Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...

Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya

Senin, 03 Januari 2011

HIDROPONIK SISTEM DFT

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bertanam dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Untuk itu dalam tulisan ini akan dipaparkan secara ringkas dan praktis bertanam dengan cara hidroponik. Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Tekhnik hidroponik DFT merupakan tekhnik hidroponik dengan menggunkan papan sterofoam yang mengapung diatas larutan nutrisi dan larutan tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerasi. Pada dasarnya hidroponik system DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berebda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik. Sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atan flof.
Beberapa tanaman yang sering ditanam secara hidroponik, adalah sayur-sayuran seperti bak choy, brokoli, sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat, bawang, bahkan strowbery, dll. Tanaman demikian sering menjadi pilihan utama kaum vegan/vegetarian yang sangat memperhatikan proses suatu tanaman apakah terdapat pembunuhan makhluk hidup, tercampur unsur kimiawi, konservasi lingkungan dan usaha penghijauan.


2. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tekhnik hidroponik DFT dalam budidaya sayuran.
B. Tinjauan Pustaka
Kecenderungan konsumen dalam memilih hasil produksi tanaman dan makanan di kota-kota besar Indonesia adalah mencari produk dengan nilai tambah terhadap manfaat kesehatan, berpenampilan menarik, dan dengan harga yang rasional. Produk-produk tersebut sebagian besar dapat terpenuhi oleh produk hidroponik. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang cara memproduksi tanaman makanan dan non-makanan (seperti bunga atau yang dikenal dengan ornamental plants) dengan metode hidroponik, secara sederhana hingga otomatis. Salah satunya dengan hidroponik system DFT (Affan, 2004).
Dalam sejarahnya, penelitian hidroponik dikenal melalui penelitian yang menggunakan hidroponik untuk studi pertumbuhan tanaman, namun penelitian lebih signifikan untuk dikatakan sebagai cikal bakal penelitian hidroponik yang menggunakan larutan nutrisi sebagai komposisi awal dengan berbagai macam komponen elemen mineral di dalam distilled water. Hidroponik atau hydroponics, berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air (Anonim, 2008).
Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu. Unsur hara ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan Mg) dan mikro ( B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi larutan semakin tinggi arus listrik yang dihantarkan (karena pekatnya kandungan garam dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik larutan nutrisi tersebut). Larutan nutrisi dapat dibuat sendiri dengan melarutkan pupuk yang diramu khusus untuk tanaman hidroponik atau membeli pupuk hidroponik secara komersial (Navioside et al., 2002).
Jika kita menanam tanaman di dalam rumah menggunakan tempat plastik atau gelas dengan air sebagai media maka ini dapat dikatakan sebagai pot culture system yang sederhana. Namun, sesuai dengan kebutuhan tanaman agar tumbuh dengan baik maka harus diperhatikan ketentuan-ketentuan dasar seperti aerasi dan larutan nutrisi dalam pot atau tabung dengan media air ini. Untuk aerasi dapat digunakan pompa udara untuk akuarium (kalau ukuran pot atau tabungnya tidak terlalu besar). Selain dua hal tersebut perlu juga diperhatikan suhu larutan nutrisinya, untuk ini dapat digunakan pendingin atau pemanas buatan yang dapat dikendalikan. Pada gambar 1, ditunjukkan pot culture system yang ditumbuhkan dalam ruang tumbuh (growth chamber) dengan penerangan buatan (artificial lighting) dengan suhu ruangan yang terkontrol, kemudian berkurangnya larutan nutrisi oleh transpirasi dan penyerapan oleh tanaman dapat diketahui dari potometer dan suhu daerah perakaran dapat dikontrol menggunakan pengatur suhu dengan pendingin dan pemanas pada bak air (Lingga, 2002).
Tekhnik hidroponik DFT merupakan tekhnik hidroponik dengan menggunkan papan sterofoam yang mengapung diatas larutan nutrisi dan larutan tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerasi. Pada dasarnya hidroponik system DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berebda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik. Sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atan flof (Sumiati,2000).
Frekuensi dan volume siram harus disesuaikan dengan kondisi cuaca, jenis dan umur tanaman, fase pertumbuhan tanaman dan jenis media yang digunakan. Cuaca mendung atau hujan (evaporasi kurang) volume dan frekuensi penyiraman dikurangi karena efek terhadap media menjadi terlalu basah sehingga akar tidak bisa tumbuh dengan baik. kondisi yang diinginkan tanaman adalah berimbang antara air, udara, pupuk dan media tanam. Sebaliknya kalau cuaca panas (evaporasi naik) fertigasi harus lebih sering dan volumenya lebih banyak (Arifin, 2004).

C. Metode praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Pada Praktikum hidroponik system DFT dilaksanakan pada tanggal 17 November 2010 di Rumah Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
1. Kolam Nutrisi
2. Nutrisi (AB Mix)
3. Bibit Tanaman kangkung, bayam merah, dan bawang.
3. Cara Kerja
Satu sterofoam untuk 3 kelompok mahasiswa. Tiap kelompok dengan kedalaman nutrisi sama.
a. Menyaiapkan bibit tanaman sayuran
b. Menanam bibit pada lubang tanam
c. Memelihara tanaman.
d. Pengamatan terhadap komponen pertumbuhan










D. Hasil Pengamatan dan pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Denah Sampel Tanaman Daun Bawang
O V2 X O O
V1 O X O V4
O O X O O
O O X O O
O O X V3 O
Keterangan = V (Sampel)





Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.6 Hasil Pengamatan DFT
Minggu Ke- No. Sampel Jumlah Daun Tinggi (cm)
1 (13/10. 10) 1 2 3,7
2 2 3,5
3 2 3
4 2 4
2 (20/10. 10) 1 10 9,7
2 11 6,7
3 3 4,5
4 10 12
3 (27/10. 10) 1 16 21
2 20 16
3 8 5
4 18 23
4 (3/11. 10) 1 58 34,5
2 86 34
3 17 13,4
4 44 57
5 (10/11. 10). 1 66 65
2 102 66
3 38 66
4 81 13
Sumber : Laporan Sementara









Tabel 1.7 Hasil Data Rekapan Tinggi Tanaman DFT
MST Tinggi Tanaman
Kangkung Bayam Kailan
1(7) 2(3) 3(6) 4(10) 1(12) 2(1) 3(4) 4(8) 1(9) 2(11) 3(2) 4(5)
0 3,5 5,2 7,03 5,75 6,6 1,3 3,575 2,5 1,33 1,3 6,83 3,5
1 8,2 15,2 4,18 8,38 7,75 4,13 5,55 5,5 1,65 4 10,4 4,47
2 10,25 18,3 16,73 15,48 10,63 13 8,3 8,3 2,13 5,13 11,98 5,33
3 35,97 38,5 42 89,63 20 41,6 13,5 15,75 5,48 6,13 13,9 7,38
4 93,63 63,6 52,7 178,53 38,5 79,5 14,5 24 5,78 6,38 6,87 18,05 12,75
5 - - 68,5 - - 82,5 - - - - - 15,13
∑ 151,55 140,8 191,14 297,57 83,42 222,03 45,42 56,05 16,57 23,27 61,1 48,5
X 30,31 28,16 38,288 35,51 16,64 44,4 9,08 11,21 3,31 4,6 12,2 9,7
X total 156,268 20,34 29,81
Sumber : Data Rekapan

Tabel 1.8 Hasil Data Rekapan Jumlah Daun DFT
MST Tinggi Tanaman
Kangkung Bayam Kailan
1(7) 2(3) 3(6) 4(10) 1(12) 2(1) 3(4) 4(8) 1(9) 2(11) 3(2) 4(5)
0 4 2 2 2 7 5 2 5 7 8 3 9
1 9 7 7 8 9 18 3 11 8 8 5 5
2 16 10 13 82 7 33 9 14 10 10 9 6
3 51 33 23 65 32 83 16 25 13 12 13 7
4 72 60 32 94 59 86 24 31 14 6,87 15 12 8
5 - - 47 - - - 29 - - - - 10
∑ 152 112 124 251 114 225 83 86 52 53 42 40
X 30,4 22,4 24,8 50,2 22,8 45 16,6 17,2 10,4 10,6 8,4 8
X total 127,8 101,6 37,4
Sumber : Data Rekapan

Tabel 1.9 Hasil Data Rekapan Panjang Akar Tanaman DFT
MST Tinggi Tanaman
Kangkung Bayam Kailan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
5 54,98 42,5 45,8 50,63 30 28 31,88 12,88 15,77 15,38 18,52 11,5
∑ 193,91 102,76 61,17
X total 48,47 25,69 15,29
Sumber : Data Rekapan

Tabel 2.1 Hasil Data Rekapan Berat Brangkasan Tanaman DFT
MST Tinggi Tanaman
Kangkung Bayam Kailan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
5 170,23 97,32 59,7 184,07 58,15 271,7 110,64 35,75 9,77 54,32 15,08 4,62
∑ 511,32 476,24 83,79
X total 137,83 119,06 20,94
Sumber : Data Rekapan
Pengukuran pH = 3,3
EC = 2,5

2. Pembahasan
Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan. Sebagai contoh jenis tanaman yang mempunyai nilai jual diatas rata-rata, yaitu: a. Paprika b. Tomat c. Timun Jepang d. Melon e. Terong Jepang f. Selada. Selain jenis tanaman di atas, banyak lagi yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik apabila dilakukan hanya pada kegiatan hobby saja.
Tekhnik hidroponik DFT merupakan tekhnik hidroponik dengan menggunkan papan sterofoam yang mengapung diatas larutan nutrisi dan larutan tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerasi. Pada dasarnya hidroponik system DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berebda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik. Sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atan flof
Bertanam dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Untuk itu dalam tulisan ini akan dipaparkan secara ringkas dan praktis bertanam dengan cara hidroponik. Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Beberapa tanaman yang sering ditanam secara hidroponik, adalah sayur-sayuran seperti bak choy, brokoli, sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat, bawang, bahkan strowbery, dll. Tanaman demikian sering menjadi pilihan utama kaum vegan/vegetarian yang sangat memperhatikan proses suatu tanaman apakah terdapat pembunuhan makhluk hidup, tercampur unsur kimiawi, konservasi lingkungan dan usaha penghijauan. Pada prraktikum kali ini menggunakan tanaman kangkung, untuk taksonominya
Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Solanales

Famili: Convolvulaceae

Genus: Ipomoea

Spesies: I. aquatica
Pada hasil pengamatan DFT pada minggu pertama di dapatkan data sampel 1 tingginya 3,7 cm dan jumlah daunnya 2, sampel ke 2 tingginya 3,5 cm dan jumlah daunnya 2, sampel 3 tingginya 3 dan jumlah daun 2, sampel 4 tingginya 4 cm dan jumlah daunnya 2. Pada minggu Kedua di dapatkan data sampel 1 tingginya 9,7 cm dan jumlah daunnya 10, sampel ke 2 tingginya 6,7 cm dan jumlah daunnya 11, sampel 3 tingginya 4,5 dan jumlah daun 3, sampel 4 tingginya 12 cm dan jumlah daunnya 10. Pada minggu Ketiga di dapatkan data sampel 1 tingginya 21 cm dan jumlah daunnya 16, sampel ke 2 tingginya 16 cm dan jumlah daunnya 20, sampel 3 tingginya 5 dan jumlah daun 8, sampel 4 tingginya 23 cm dan jumlah daunnya 19. Pada minggu Keempat di dapatkan data sampel 1 tingginya 34,5 cm dan jumlah daunnya 58, sampel ke 2 tingginya 34 cm dan jumlah daunnya 86, sampel 3 tingginya 13,4 dan jumlah daun 17, sampel 4 tingginya 57 cm dan jumlah daunnya 44. Pada minggu Kelima di dapatkan data sampel 1 tingginya 65 cm dan jumlah daunnya 66, sampel ke 2 tingginya 66 cm dan jumlah daunnya 102, sampel 3 tingginya 30,5 dan jumlah daun 38, sampel 4 tingginya 13 cm dan jumlah daunnya 81. Pada pengamatan EC meter didapatkan data pH larutan 3,3 dan Ec 2,5.

E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Tekhnik hidroponik DFT merupakan tekhnik hidroponik dengan menggunkan papan sterofoam yang mengapung diatas larutan nutrisi dan larutan tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerasi.
b. Pada dasarnya hidroponik system DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berebda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik. Sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atan flof
c. Bahwa tanaman kangkung yang di tanam dengan system DFT pertumbuhannya sangat baik ini dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman yang dari minggu ke minggu semakin bertambah.
2. Saran
Semoga Praktikum yang akan dating lebih baiik lagi. Tanamannya lebih komersil lagi.













DAFTAR PUSTAKA

Affan, M. F.F. 2004. High temperature effects on root absorption in hydroponic system DFT. Master thesis. Kochi University, pp 78.
Anonim. 2010. Pupuk Hidroponik "Joro A&B Mix" untuk DFT. http://www.joronet.net /database/pupuk_hidroponik.htm. Diakses tanggal 26 Desember 2008.
Arifin, H. S. 2004. Tanaman Hias Tampil Prima. Penebar Swadaya. Jakarta.
Karsono, S., Sudarmodjo, Y. Sutiyoso. 2004. Hidoponik Skala Rumah Tangga. Agromedia system DFT Pustaka. Jakarta.
Lingga, P. 2002. Hidroponik: Bertanam Tanpa Tanah modifikasi DFT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Navioside, A.,Yogi Sugito, Moch Dewani. 2002. Upaya Peningkatan Hasil dan Kualitas Tanaman Jagung Manis metode DFT (Zea mays Saccharata) Melalui Penggunaan Pupuk Kalium dan Pupuk Organik Cair. J. Agrivita 24 (2).
Sumiati, E. 2000. Konsentrasi dan jumlah aplikasi mepiquat klorida untuk meningkatkan produksi kentang di dataran tinggi dengan system DFT. J. Hort. 9(4):293.

2 komentar:

Apa yang membuat petani untuk menggunkan pestisida untuk mengendalikan hama.