Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...

Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya

Senin, 03 Januari 2011

Budidaya Tanaman Tomat

1. Sejarah Pertanaman/Lahan
Lokasi penanaman untuk pembudidayakan tomat berada diantara pertanaman kacang panjang dan cabai serta padi. Dari hasil wawancara dengan petani pemilik lahan, awalnya di tanam padi selama dua musim tanam. Untuk selanjutnya tanaman dirotasi dengan menanam tomat. Setelah tanaman tomat dipanen kemudian akan digunakan untuk tanaman padi.
2. Persiapan Lahan
Dalam budidaya tomat lahan harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan lahan diperlukan karena tanah yang telah digunakan untuk bercocok tanam, kandungan unsur haranya telah berkurang diserap oleh tanaman sebelumnya sehingga perlu pengolahan tanah dengan cara membaliknya. Kandungan unsur hara yang tersedia dalam tanah dapat tercampur dengan baik dan kemudian penyiapan benih atau pembibitan akan segera dilakukan. Sebaiknya pembibitan dilakukan setelah pengolahan lahan agar penyiapan lahan tidak terburu-buru sehingga pengolahannya dapat dilakukan secara optimal dan bibit tidak terlalu tua.
Lahan tanam yang akan digunakan sebagai tempat budidaya sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu. Gulma yang terdapat di lahan tempat budidaya dicabut sampai bersih agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini karena gulma yang terdapat di lahan dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Unsur hara yang seharusnya dapat diserap oleh tanaman secara maksimal jadi tidak dapat diserap seluruhnya karena sebagian diserap oleh gulma. Dengan adanya hal ini maka terjadi kompetisi antara tanaman dengan gulam untuk memperebutkan unsur hara. Selain itu, gulma dan akar dari tanaman yang lama dapat menjadi sumber hama dan penyakit. tentunya ini dapat merugikan bagi budidaya tanaman.
Luas lahan yang digunakan dalam budidaya tomat berukuran 2.200m2. Lahan pada awal pengolahan dilakukan pemupukan berupa pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha. Hal ini dimaksudkan guna meningkatkan hara serta memperbaiki struktur tanahnya, sehingga tanah tersebut menjadi gembur, remah, serta mempunyai drainase dan airase yang baik. Dengan ini pertumbuhan tanaman yang akan ditanam dapat tumbuh secara optimal.
Sebelum memindahkan bibit tomat ke lahan, membuat bedengan dengan ukuran lebar ± 110 cm dengan ketinggian bedengan menyesuaikan dan jarak antar bedengan 75-80 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak tanam yang digunakan pada budidaya tomat adalah 25 x 70 cm.
3. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
Bedengan yang sudah selesai dibuat, selanjutnya ditutup dengan MPHP sampai bedengan tersebut tertutup seluruhnya. Pemasangan MPHP ini dimaksudkan untuk membatasi pertumbuhan gulma yanag dapat tumbuh disekitar tanaman tomat, sehingga kompetisi dapat dikurangi. Selain itu untuk menjaga kelembaban tanah agar tidak cepat mengalami kekeringan.
Adapun keuntungan bercocok tanam menggunakan sistem MPHP, antara lain :
• Warna hitam dari mulsa menimbulkan kesan gelap sehingga dapat menekan rumput-rumput liar atau gulma.
• Warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari ; sehingga dapat mengurangi hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak langsung menekan serangan penyakit virus.
• Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap (stabil).
• Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara oleh sinar matahari.
• Buah tomat yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air tanah sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit busuk buah.
• Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya relatif seragam (homogen).
• Praktis untuk melakukan sterilisasi tanah dengan menggunakan gas fumigan seperti Basamid-G, karena fungsi MPHP mempercepat proses pembentukan gas zat fumigan tanpa harus membeli plastik khusus.
• Secara ekonomis penggunaan MPHP dapat mengurangi pekerjaan penyiangan dan penggemburan tanah, sehingga biaya pengadaan MPHP dapat dialokasikan dari biaya pemeliharaan tanaman tersebut.
• Pada musim kering (kemarau), MPHP dapat menekan penguapan air dari dalam tanah, sehingga tidak terlalu sering untuk melakukan penyiraman (pengairan).
MPHP yang sudah dipasang, kemudian dilakukan pelubangan MPHP dengan menggunakan kaleng yang dipanaskan. Jarak antar lubang disesuaikan dengan jarak tanam. Karena fungsi lubang tersebut untuk meletakkan bibit yang akan dipindahtanamkan. Pemakaian mulsa tersebut dapat dipakai untuk penanaman yang akan datang apabila mulsa masih bagus, biasanya dipakai dua kali pemakaian.
4. Penyiapan Benih dan Pembibitan
Pada penyiapan benih, tahap pertama yang dilakukan yaitu mengecambahkan terlabih dahulu benih yang akan digunakan. Setelah benih berkecambah, baru dilakukan penyemaian. Penyemaian dilakukan ketika benih sudah berkecambah pada umur sekitar 1 minggu setelah tebar. Benih yang disemai dipilih yang bagus dan seragam pertumbuhannya. Kemudian diletakkan pada polybag kecil ukuran 8 x 10 cm. Penyemaian dilakukan di halaman rumah, hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan bibit dapat lebih mudah dikontrol, baik itu terkait penyinaran, penyiraman, serta pemupukan.
Perawatan yang dilakukan selama penyemaian antara lain pencabutan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, karena pada masa ini merupakan periode kritis tanaman terhadap gulma. Selain pencabutan gulma, dibutuhkan pula penyiraman yang teratur. Penyiraman tanaman dilakukan sebanyak dua kali sehari.
5. Penanaman
Penanaman dilakukan ketika bibit tomat sudah berumur 17-23 hari atau berdaun 2-4 helai. Waktu penanaman yang paling baik adalah pagi atau sore hari dimana kelembaban lingkungan relatif tinggi, sehingga penguapan udaranya relatif rendah, sehingga tanaman yang baru pindah ke lahan tidak cepat layu. Selain itu tanaman yang baru dipindah ke lahan dapat beradaptasi.
Jarak tanam yang digunakan adalah 25 x 70 cm. Pembuatan lubang tanam menggunakan tugal yang terbuat dari kayu yang ujungnya runcing. Tanah yang terlihat dari lubang MPHP ditugal, kemudian bibit dimasukkan pada lubang yang ditugal tersebut. Setelah itu dilakukan penyiraman secukupnya sampai tanahnya cukup basah.
6. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi pemasangan ajir (turus), penyiraman (pengairan), pemupukan tambahan (susulan/lanjutan), pengendalian hama, penyakit, dan gulma.
 Pemasangan ajir (turus)
Tomat umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh perlu dipasang ajir (turus) yang terbuat dari bambu dengan panjang ± 125 cm, lebar ± 4 cm dan tebalnya ± 2 cm. Ajir ditancapkan di dalam lubang mulsa pada bedengan yang menjadi tempat tumbuh tanaman tomat. Pemasangan ajir ini dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST, karena pada umur ini tanaman tomat sudah memiliki tinggi yang memungkinkan terjadinya roboh tanaman, sehingga tanaman tersebut dapat ditopang oleh ajir.
 Pengairan (Penyiraman)
Pengairan dilakukan sebatas kondisional, yaitu ketika kondisi tanahnya mulai kering, atau ketika daun tanaman tomat mulai terluhat layu, sehingga tanaman tomat dapat tetap bertahan. Pengairan dengan mengambil air dari sumur bor menggunakan diesel. Pengairan dilakukan sampai lahan yang digunakan tergenang air, sehingga kelembaban tanahnya dapat terjaga dalam waktu yang lebih lama dibandingkan hanya disemprotkan saja. Pengairan yang wajib dilakukan yaitu ketika pemupukan pupuk kimia (NPK), hal ini karena pupuk NPK bersifat panas, sehingga bila tidak diairi, maka tanaman akan terbakar, dan dapat mati.
 Pemupukan Tambahan (susulan)
Pemupukan tambahan diberikan ketika tanaman berumur 13 HST, dengan menggunakan pupuk NPK. Dosis yang diberikan yaitu 10 kw/ha dengan cara menaburkan disekitar tanaman pada lubang MPHP. Pemupukan tambahan ini dimaksudkan untuk menambah hara yang berkurang akibat digunakan tanaman pada proses pertumbuhan dan perkembangan pada fase vegetatif. Sehingga hara yang diberikan dapat mendukung tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan generatifnya.
D. Gulma Tanaman Tomat
Gulma adalah tumbuhan tingkat tinggi yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman yang dibudidayakan.
Gulma mengakibatkan kerugian-kerugian pada tanaman utama, antara lain:
1) Kompetisi antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi.
2) Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
3) Sebagai vektor hama dan penyakit tanaman.
4) Memperbesar biaya usaha pertanian, seperti biaya tambahan untuk pengendaliannya.
Gulma dan pertanaman mengadakan persaingan memperebutkan hara, air dan cahaya. Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat ditentukan oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, dan ada tidaknya allelopati.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnya dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma, pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumputan makanan ternak, pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan, pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan sebagainya.
Secara fisik, misal dengan pengolahan tanah, pembabatan, penggenangan, pembakaran dan pemakaian mulsa. Dengan sistem budidaya, misal dengan pergiliran tanaman, budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops). Pengendalian secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain yang bersifat antagonis. Secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan herbisida atau senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma baik secara selektif maupun non selektif, kontak atau sistemik, digunakan saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Secara terpadu, yaitu dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Gulma diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu teki-tekian, rumput-rumputan, dan gulma daun lebar. Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus untuk mengendalikannya.
a. Gulma teki-tekian
Kelompok teki-tekian dalam pengendaliannya sulit dilakukan baik secara mekanik ataupun dengan kimia karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan, sehingga jenis pestisida yang baik untuk gulma ini adalah sistemik. Jenis pestisida sistemik ini dapat meresap sampai ke umbinya. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), dan udelan (Cyperus kyllinga). Ciri dari gulma teki adalah batang berbentuk segi tiga, bulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun dan titik tumbuh tersembunyi.
Pada lahan pertanaman tomat ditemukan gulma teki-tekian yaitu teki ladang (Cyperus rotundus). Dengan populasi yang belum mengahambat pertumbuhan dan perkembangan tomat sehingga pengendalian gulma pada lahan tersebut hanya dikendalikan dengan cara mekanik yaitu dengan mencabut gulma tanpa memberikan perlakuan herbisida.
Klasifikasi Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Familia : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
Akar teki atau Rumput palsu (batang segitiga) hidup sepanjang tahun dengan ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm. Biasanya tanaman liar ini tumbuh di kebun, di ladang dan di tempat lain sampai pada ketinggian 1000m dari permukaan laut. Tanaman ini mudah dikenali karena bunga-bunganya berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas helm benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya terletak pada buah-buahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5 cm dengan diameter 5 - 10 mm.
Daunnya berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup tanah. Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun.
b. Gulma rumput-rumputan
Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian tetapi menghasilkan stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik.
Gulma rumput-rumputan ini dikendalikan dengan cara mekanik yaitu dengan mencabut. Pada lahan pengamatan pengendalian dilakukan pada dua minggu pertama ketika tanaman tomat masih kecil dimana tanaman masih kalah dalam persainagan perebutan hara, air dan cahaya. setelah tanaman tomat tumbuh besar pengendalian gulma sudah tidak dilakukan karena tanaman tomat sudah mampu berkompetisi dengan gulma yang ada.


Rumput
Rumput (bahasa Inggris: grass) adalah tumbuhan pendek yang sering ada di halaman, pinggir jalan atau lapangan. Rumput dianggap sebagai gulma pengganggu tanaman bila berada di sekitar tanaman yang sengaja ditanam, tapi merupakan aset utama lapangan sepak bola.
Klasifikasi rumput-rumputan
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica (L.) Gaertn
(Anonim, 2009e).
c. Gulma daun lebar
Gulma berdaun lebar ini merupakan gulma yang berasal dari ordo Dicotyledoneae. Gulma ini berada pada lubang mulsa yang menjadi tempat tumbuh tanaman tomat dan gulma ini biasanya munculpada akhir masa budidaya. Kompetisi yang terjadi dengan munculnya gulma berdaun lebar ini adalah kompetisi dalam memperebutkan unsur hara dan air. Akan tetapi, kemunculan gulma ini tidak memperngaruhi dari perkembangan tanaman karena telah melalui periode kritis. Ciri-ciri gulma berdaun lebar di antaranya adalah daun muncul pada meristem apikal, terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta terdapat titik tumbuh pada cabang. Contoh gulma ini antara lain ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), namun gulma berdaun lebar yang dijumpai di lahan adalah krokot (Portulaca oleracea) yang termasuk masuk kedalam genus dari suku portulacaceae.
Berdasarkan hasil pengamatan populasi gulma yang tumbuh pada sampel, presentase tertingi terdapat pada minggu ke lima. Hal ini karena sudah tidak dilakukan pengendalian gulma. Pengendalian gulma lebih difokuskan pada umur 2 MST. Secara keseluruhan pengendalian gulma dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara dicangkul dan dicabut disekeliling tanaman pada lubang mulsa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang membuat petani untuk menggunkan pestisida untuk mengendalikan hama.