Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...

Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya

Senin, 03 Januari 2011

Hama Tanaman Tomat

Kerusakan yang terjadi di lahan tomat sebagian besar diakibatkan oleh faktor lingkungan, hal ini dikarenakan pada saat penanaman dilakukan pada awal musim hujan dan berangin sehingga banyak tanaman yang roboh karena masih masih kecil dalam masa transplanting. Kerusakan yang disebabkan oleh hama sangat kecil sehingga tidak menurunkan produktifitas tomat yang dibudidayakan. Semua kerusakan yang disebabkan hama tidak merusak tanaman sampel sehingga dalam penghitungan intensitas kerusakan sangat susah ditentukan.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan mengambil hama-hama yang ada kemudian mematikannya sehingga hama dapat dikendalikan populasinya. Pengendalian secara kimia menggunakan pestisida tetapi hanya dilakukan ketika intensitas kerusakan sudah meluas. Namun selama pengamatan pengendalian dengan cara kimia belum dilakukan karena serangan masih rendah. Rendahnya intensitas kerusakan juga dipengaruhi karena lokasi budidaya bersebelahan dengan lahan persawahan sehingga hama-hama banyak yang menyerang tanaman padi, misalnya hama keong yang suka makan tanaman padi daripada tanaman tomat.
Waktu tanam yang tepat merupakan salah satu strategi dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Hama biasanya menyukai kondisi hangat untuk berkembang biak namun karena pada saat penanaman dilakukan pada awal musim hujan maka hama yang berkembang hanya sedikit, hanya hama0hama tertentu saja yang berkembang tetapi bukan hama utama tanaman tomat. Musuh alami yang juga merupakan predator hama yang ditemukan di lahan tomat adalah jenis belalang sembah yang merupakan predator bagi jenis-jenis ulat daun. Namun karena kurangnya pengetahuan petani maka pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan hama belum maksimal.
Jika dilihat dari gejala yang timbul, hama yang paling banyak ditemui adalah ulat daun. Ulat ini berwarna hijau dan memakan daun-daun tanaman tomat. Daun yang diserang akan menunjukkan kerusakan berupa bekas-bekas gigitan pada tepi daun. Populasi musuh alami berupa belalang sembah juga sangat banyak sehingga keseimbangan ekologi tetap terjaga karena populasi hama dan predator seimbang.
 Identifikasi Hama dan Musuh Alami
a. Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)

Hama keong mas umumnya terdapat pada lahan yang basah, keong mas menyerang tanaman pada waktu awal tanam atau pada waktu tanaman masih muda. Keong mas memakan batang dan daun tanaman tomat sehingga hanya tinggal batang bawah saja yang membuat tanaman akan mati. Serangan hama keong mas terjadi pada malam hari yang biasanya apabila matahari sudah terbenam atau waktu petang hari keong mas akan keluar dan memakan tanaman tomat. Tanda yang ditinggalkan keong pada daun tomat adalah adanya bekas lendir kering yang menempel pada daun.
Pengendalian hama keong mas dilakukan dengan cara mekanik atau manual dengan mengambil hama keong mas dan mengumpulkannya kemudia di hancurkan, pengendalian dengan kimia tidak dilakukan hal ini di karenakan tidak efektif dan dirasa hanya melakukan pemborosan saja. Populasi hama keong mas cepat mengalami peningkatan karena telur keong mas berjumlah banyak.

b. Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.)
Ulat buah mempunyai Ordo Lepidoptera dan termasuk Famili Noctuidae. Ulat ini menyerang tomat yang masih muda, sehingga kalau buah tua tampak berlubang-lubang dan biasanya menjadi busuk karena infeksi. Kondisi tanaman yang mempunyai tajuk yang rapat membuat perkembangan ulat dapat meningkat. Serangan ulat buah tidak terlihat begitu saja sebelum terdapat lubang pada buah tomat. Metamorfosis ulat buah yaitu:
 Larva ketika baru menetas dari telur berwarna kuning muda dengan tubuh berbentuk silinder. Larva muda kemudian berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola corak antara sesama larva. Larva H. armigera terdiri dari lima instar, lama stadium larva berkisar antara 12 – 25 hari.
 Pupa dibentuk di dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama stadium pupa adalah 15 – 21 hari.
Pengendalian hama lalat buah dilakukan dengan insektisida. Insektisida yang biasa digunakan adalah Laret dan Metindo.
c. Kepik (Palomena prasina)

Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna. Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalamHemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap seranggaanggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh.
d. Belalang

Dalam populasi belalang yang rendah dan tidak bersifat darurat, pengendalian dapat dilaksanakan dengan agen pengendali hayati aman terhadap lingkungan. Di antara agen pengendali hayati yang sangat berpotensi untuk pengendalian hama ini adalah sejenis cendawan yang bersifat patogen pada hewan serangga, yaitu cendawan Metarhizium anisoplae spp dan Beauveria bassiana. Dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan). Cendawan patogenik secara alami diketahui dapat menginfeksi berbagai jenis serangga. Semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian
e. Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)





Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)) merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru (Anonim, 2008). Namun pada saat praktikum tikus juga menyerang tanaman tomat pada saat tanaman berbuah. Hal ini dikarenakan lahan bersebelahan dengan persawahan. Tanaman padi yang merupakan makanan pokok tikus sudah ipanen sehingga tikus menyerang tanaman lain yang berada di sekitar persawahan.
Cara pengendalian:
Pengendalian tikus dilakukan secara terpadu yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini (dimulai sebelum tanam), intensif, dan terus-menerus dengan memanfaatkan dilakukan oleh petani secara bersama (berkelompok) dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas (hamparan).
f. Laba-laba (Araneus diadematus)






Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengankalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.
Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat--dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain. Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atauprosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax), sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebutchelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya. Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna.
Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut di kakinya.
Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah yang ditutupi kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu bersembunyi.
Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.
Sedikit berbeda, laba-laba pemburu (seperti anggota suku Lycosidae) biasanya lebih aktif. Laba-laba jenis ini biasa menjelajahi pepohonan, sela-sela rumput, atau permukaan dinding berbatu untuk mencari mangsanya. Laba-laba ini dapat mengejar dan melompat untuk menerkam mangsanya.
Bisa yang disuntikkan laba-laba melalui taringnya biasanya sekaligus mencerna dan menghancurkan bagian dalam tubuh mangsa. Kemudian perlahan-lahan cairan tubuh beserta hancuran organ dalam itu dihisap oleh si pemangsa. Berjam-jam laba-laba menyedot cairan itu hingga bangkai mangsanya mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa lebih cepat menghabiskan makanannya dengan cara merusak dan meremuk tubuh mangsa dengan rahang dan taringnya itu. Tinggal sisanya berupa bola-bola kecil yang merupakan remukan tubuh mangsa yang telah mengisut.
Beberapa laba-laba penenun memiliki kemampuan membungkus tubuh mangsanya dengan lilitan benang-benang sutera. Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat; atau jika laba-laba ingin menyimpan mangsanya beberapa waktu sambil menanti saat yang lebih disukai untuk menikmatinya belakangan.
g. Semut







Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).
Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan kerangka manusia dan hewanbertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Namun, beberapa spesies semut, semisal semut bulldog Australia, memiliki penglihatan yang baik. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan. Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut lain atau larvanya.
Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap.
Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya. Spesies semut seperti Formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang bisa disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan.
Semut sebagai pesaing hama kutu dalam hal ruang. Ketika hama kutu menyerang tanaman semangka, banyak populasi semut berada disekitar kutu tersebut, maka keberadaan semut akan sangat mengganggu kutu, sehingga kutu tidak dapat merusak tanaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang membuat petani untuk menggunkan pestisida untuk mengendalikan hama.