Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...

Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya

Kamis, 27 Oktober 2011

Bioteknologi Tanaman Agrotuel TEBU

A. Pendahuluan
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Pertanian secara tradisional merupakan bidang usaha yang bertujuan untuk menghasilkan kebutuhan hidup seperti makanan, serat, makanan ternak dan bahan – bahan baku untuk industri. Bidang usaha ini berciri utama penggunaan sumber daya alami seperti tumbuhan, tanah, air, faktor lingkungan dan dipadukan dengan penggunaan tenaga manusia dan ternak. Hal ini sedikit demi sedikit berubah ke arah bentuk usaha pertanian yang mempunyai ciri – ciri seperti pada bidang usaha industri. Perubahan terjadi berkat semakin banyaknya produk – produk ilmu dan teknologi yang masuk ke dalam bidang usaha pertanian dan memberikan pengaruh pada sistim produksi bahan makanan dan pertanian di seluruh dunia.
Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini produksi hasil pertanian telah meningkat secara luar biasa, tetapi persediaan pangan yang bergizi bagi penduduk dunia tidak pernah melebihi kebutuhan. Hal ini mendorong orang untuk memanfaatkan teknologi baru dalam program pemulian tanaman agar masalah pangan dan gizi yang timbul dapat diatasi. Bioteknologi adalah penerapan yang didasarkan kepada sistim kehidupan untuk mengembangkan proses dan produk komersial. Bioteknologi mencakup teknik DNA rekombinan, tranfer gen, manipulasi dan tranfer embrio, regenerasi tumbuhan, kultur sel, antibodi monoklonal dan rekayasa proses biologi. Dengan teknik ini, kita dapat memindahkan gagasan ke penerapan praktis. Misalnya kita telah berhasil mengubah secara genetis sifat tanaman budidaya tertentu untuk meningkatkan daya tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Bioteknologi mempunyai potensi untuk meningkatkan produksi tanaman budidaya, peternakan dan pegolahannya secara biologi. Bioteknologi menyediakan bagi para pakar suatu pendekatan baru untuk mengembangkan varietas – varietas baru dengan produksi yang lebih tinggi dan lebih bergizi, lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta terhadap keadaan yang merugikan, atau mengurangi kebutuhan terhadap pupuk dan bahan – bahan kimia lainnnya ( Nadya, 2008).
B. Transgenik Tanaman Tebu untuk Produksi Biofuel
Pergeseran dari penggunaan bahan makanan untuk ketahanan pangan (food security) ke ketersediaan energi (energy security) melalui biofuel membawa dunia memasuki fase menentukan. Apakah memberi "makanan" pada kendaraan dan pabrik jauh lebih bermakna daripada memberi makanan pada manusia.Fakta yang muncul saat ini, memang mengindikasikan timbangan kepentingan lebih menguntungkan pada tujuan pertama daripada tujuan kedua.
Pembuktiannya pun sederhana, yaitu tinggal melihat bagaimana harga produk-produk agrofuel (produk pertanian sebagai sumber biofuel) membumbung di pasaran internasional, hingga pengusaha lokal "ngiler" dan lebih memilih mengekspor daripada melepas ke pasar domestik untuk kepentingan perut rakyat.Menurut situs pasar Chicago per tanggal 29 Februari 2008, harga jagung untuk pengiriman dua bulan lagi (Mei) sudah mencapai 556,4 dolar AS per bushel. Sedangkan harga kacang kedelai untuk pengiriman pada bulan yang sama di pasar berjangka Chicago juga ikut-ikutan naik menjadi 1.536,50 dolar AS per bushel, dan harga minyak kedelai menjadi 68,820 dolar AS per pon.Padahal menurut situs yang sama, kenaikan harga komoditas jagung dunia saat ini dibanding tahun lalu sudah mencapai 32,3 persen, harga produk kedelai naik 42,0 persen dan harga produk minyak kedelai sebesar 39,4 persen.Belum lagi, produk agrofuel lainnya seperti tebu, yang menjadi produk andalan Brazil untuk memenuhi lebih dari 50 persen kebutuhan BBM domestik, semakin menjadi "produk mahal".Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh ini, Indonesia sudah membanjiri produk kelapa sawit dan jagung ke pasar global untuk memenuhi kebutuhan energi dunia akan biofuel. Sebagai negara yang dikenal memiliki keunggulan alam tanah yang subur (Antara, 2007)
Peluang besar juga dimiliki produk tebu yang cocok ditanam di beberapa wilayah di Indonesia, demikian pula singkong, aren dan lain-lain.Momentum, di mana banyak negara di dunia membutuhkan energi dalam jumlah besar, dan semakin mahalnya bahan bakar fosil harus dimanfaatkan Indonesia dengan sebaik-baiknya.Tetapi, tentu saja tanpa mengorbankan ketahanan pangan sehingga rakyat kelaparan, dan tanpa mengorbankan lahan hutan sehingga tidak berdampak pada lingkungan dan perubahan iklim (climate change) (Antara, 2007)
Rekayasa genetika Pakar Biofuel asal Inggris, Richard Warburton, mengemukakan bahwa selain pemanfaatan lahan-lahan kritis, negara berkembang seperti Indonesia seharusnya dapat mengembangkan teknologi rekayasa genetika (Genetically Modified Technology) untuk menghasilkan tanaman-tanaman agrofuel."Ini adalah saat yang tepat untuk merangkul teknologi rekayasa genetika, kecuali jika nanti muncul teknologi yang lebih mampu meningkatkan produksi secara signifikan,".Diakuinya, memang banyak pihak yang menyangsikan teknologi tersebut karena rekayasa genetika masih menjadi hal yang kontroversial, terutama untuk menghasilkan bahan pangan bagi manusia, seperti yang terjadi di Eropa Barat."Para petani tradisional di sana sangat menentang karena bisa mematikan usaha mereka," ujarnya. Menurut dia, mereka yang masih menentang teknologi itu masih belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah yang tengah berkembang di dunia, terutama tentang defisitnya bahan makanan akibat `demam biofuel.Pilihan pemanfaatan teknologi rekayasa genetika untuk menghasilkan agrofuel juga menjadi perhatian Uni Eropa (EU)
(Alexander, A. 1972)
Meskipun tanaman yang diperbanyak secara vegetatif (klon) umumnya mirip induknya, tetapi tidak berarti, bahwa semua klon secara genetik bersifat serupa. Klon yang berbeda secara nyata dari induknya dapat terjadi, dan dikenal sebagai varian somatik dan merupakan hasil perubahan genetik pada sel merismatik yang menghasilkan semua atau sebagian tumbuhan baru. Dalam hal-hal tertentu varian somatik dapat menjadi varietas baru yang penting, misalnya pada jeruk manis. Beberapa mekanisme genetik dapat menyebabkan terjadinya variasi somatik, antara lain : perubahan jumlah kromosom dalam inti, mutasi gen tunggal, seperti kloroplas dan mitokondria. Meskipun fusi protoplas tumbuhan diketahui jarang terjadi, namun Power dan kawan – kawan tahun 1970, berhasil merancang suatu metode untuk mengendalikan fusi yang dapat diulang, dan dengan demikian menemukan langkah awal untuk pembastaran somatik pada tumbuhan. Suspensi protoplas dalam 0,25 mol/l larutan natrium nitrat dapat menginduksi fusi yang cepat. Larutan 10,2% sukrosa, 5,5% natrium nitrat dan kalsium klorida dapat digunakan untuk menginduksi fusi protoplas Parthenocissus tricuspidata dengan protoplas Petunia hibrida (Gilbert, 2005).
Tahap berikutnya adalah membangkitkan bastar somatik dengan teknik fusi protoplasma yaitu dengan : (1) isolasi protoplasma, fusi, pembentukan kembali dinding sel, fusi inti untuk mendapatkan inti bastar sejati, pertumbuhan sel bastar dalam kultur, dan akhirnya pembentukan tumbuhan secara lengkap (Alexander, A. 1972)
Pada umumnya, fusi kloroplas tumbuhan mudah dicapai, meskipun tidak mudah untuk menumbuhkan sel bastar dengan memuaskan. Dari hal ini jelaslah bahwa protoplas bastar yang hanya sedikit terdapat dalam campuran sel perlu dipisahkan dan mendorong perkembangannya melalui prosedur seleksi. Sebagai contoh pembastaran somatik antara Petunia hybrida dengan Petunia parodii, yang prosedur seleksinya memanfaatkan adanya perbedaan kekuatan potensi pertumbuhan antara protoplas daun kedua jenis tumbuhan ini. Protoplas Petunia parodii paling tinggi hanya dapat membentuk kalus kecil yang terdiri dari lebih kurang lima puluh sel pada media, sedangkan protoplas Petunia hybrida terus menerus membentuk kalus. Sebaliknya dari kepekaannya terhadap aktinomisin D, Petunia hybrida lebih peka terhadap aktinomisin D dari protoplas Petunia parodi .Inti campuran (heterokarion) yang terjadi pada fusi dua protoplas yang tidak sama dapat berkembang menjadi sel bastar dengan fusi inti. Dengan cara ini semua organel dari kedua protoplas pembawa gen yang dapat mengadakan seleksi sendiri, digabung, sedangkan pada persilangan seksual biasa, satu inti yang membawa gen kromosomal (karyom) yang berasal dari masing – masing induk, tetapi bisanya gen yang diwariskan melalui plastida (plastidom) dan gen yang diwariskan melalui mitokondria (kondriom) hanya berasal dari induk betina. Dengan demikian, teknik fusi protoplasma memberikan kesempatan untuk menghasilkan kombinasi dua genom induk yang lengkap (Buchanan, 2006).
Berbagai metode telah dikembangkan dan digunakan untuk membuat tanaman transgenik, termasuk diantaranya penggunaan plasmid Ti dengan Agrobacterium tumefaciens. Metoda lain yang juga telah dikembangkan adalah metoda gen transfer menggunakan kloroplas, mikroinjeksi DNA, elektroforasi, penembakkan dengan mikroproyektil Agrobacterium tumefacien efektif digunakan sebagai sistim transfer gen tanaman dikotil, meskipun tidak semua tanaman dikotil menunjukkan respon yang sama terhadap sistim tranformasi ini. Kedelai misalnya termasuk spesies tanaman yang sulit direkayasa dengan Agrobacterium. Kekurangan yang mencolok dalam sistim ini adalah kesulitan dengan tanaman monokotil, terutama golongan serelia seperti : padi, jagung, gandum dan lain – lain yang tidak dapat ditransformasi dengan Agrobacterium.Teknik – teknik gen transfer berkembang dengan cepat dan terus disempurnakan. Dalam beberapa tahun terakhir, gen transfer pada tanaman sudah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di beberapa laboratorium di dunia. metoda yang efisien dalam mengklon gen, teknik transformasi, regenerasi tanaman, ketersediaan konstruksi – konstruksi gen baru, sistim vektor yang terus dikembangkan, promotor yang spesifik untuk organ tertentu untuk ekspresi gen adalah faktor – faktor yang berperan dalam memproduksi tanaman transgenic (Naik, 2001).
Pada awalnya, gen yang banyak dipakai dalam transfer tanaman adalah gen – gen reporter yang fungsinya lebih banyak untuk uji pengembangan teknik transfer itu sendiri, atau mempelajari kemampuan sekuens pengendali dalam mengendalikan ekspresi suatu gen di dalam sel tanaman. Kemudian terus dikembangkan transfer klon gen yang mengendalikan karakter – karakter yang mempunyai nilai ekonomis sejalan dengan tersedianya klon gen tersebut. Karakter – karakter tersebut diantaranya adalah gen untuk ketahanan terhadap serangga, gen untuk ketahanan terhadap penyakit virus dan bakteri, gen ketahanan terhadap herbisida, toleransi terhadap salinitas, kekeringan dan peningkatan kualitas nutrisi (Antara, 2007)
C. Penutup
Rekayasa genetika pada tanaman tumbuh lebih cepat dibandingkan dunia kedokteran. Alasan pertama karena tumbuhan mempunyai sifat totipotensi (setiap potongan organ tumbuhan dapat menjadi tumbuhan yang sempurna). Hal ini tidak dapat terjadi pada hewan, kita tidak dapat menumbuhkan seekor tikus dari potongan kepala atau ekornya. Alasan kedua karena petani merupakan potensi besar bagi varietas-varietas baru yang lebih unggul, sehingga mengundang para pebisnis untuk masuk ke area ini.
Pakar Biofuel asal Inggris, Richard Warburton, mengemukakan bahwa selain pemanfaatan lahan-lahan kritis, negara berkembang seperti Indonesia seharusnya dapat mengembangkan teknologi rekayasa genetika (Genetically Modified Technology) untuk menghasilkan tanaman-tanaman agrofuel (Dicky, 2006).
DAFTAR PUSTAKA


Alexander, A. 1972. Sugarcane Physiology: a Comprehensive Study of the Source to Sink System. Amsterdam, Elsevier Scientific Published. 752 hal.
Antara, 2007. Transgenik untuk produksi Biofuel. www.antaranews.com. Diakses 2 Oktober 2011
Buchanan B.B., W. Gruissem, R.L. Jones. 2006. Biochemistry and Molecular Biology of Plant. American Society of Plant Physiology. Rockville, Maryland. 1367 hlm.
Dicky, 2006. Saatnya Memanfaatkan Teknologi Transgenik untuk Produksi Biofuel. www.biodieselaustindo.com. Diakses 2 Oktober 2011.
Gilbert, R.A. M.Gallo-Meagher, J.C.Comstock, J.D. Miller, M. Jain, A. Abouzid. 2005. Agronomic evaluation of sugarcane lines transformation for resistance to sugarcane mozaic virus strain E. Crop Sci. 45:2060-2067.
Nadya, 2008. Peran Bioteknologi di Bidang Pertanian. www.Sweet blogs.com. Diakses 2 Oktober 2011.
Naik, G.R. 2001. Sugarcane Biotechnology. Science Publisher, Inc. Enfield (NH), USA; Plymouth, UK. 165 hal.

Senin, 10 Oktober 2011

Budidaya Kangkung

A. PENDAHULUAN
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:
a) Divisio : Spermatophyta
b) Sub-divisio : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Convolvulaceae
e) Genus : Ipomoea
f) Species : Ipomoea reptans
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit (Dimas, 2009).

B. HASIL SURVEI BUDIDAYA KANGKUNG
Survai kebun kangkung ini dilaksanakan di kebun bapak citro suratno yang berlokasi di dilakukan di Jatisari Sapen Mojolaban Sukoharja.
1. Bahan tanam yang digunakan
Bahan yang digunakan untuk budidaya kangkung yang dilakukan oleh bapak Citro adalah biji kangkung darat karena lebih mudah saat dilakukan penanaman tinggla menungal dan memasukkan benih kangkung.
2. Perolehan Benih
Benih di peroleh dari pasar dengan harga Rp 15.000 per kantong mendapatkan biji 1/2 kg. Luas kebun yang di miliki oleh pak Citro 12m2 memerlukan 1,5 kg biji kangkung dengan setiap lubang tanam di beri lima biji dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
3. Persiapan lahan dan pengolahan lahan
Lahan seluas 12 m2 pertama di lakukan pengolahan tanah dengan di cangkul terlebih dahulu untuk menggemburkan tanah. Kemudian tanah di buat bedengan dengan lebar 1 m. dan di beri pupuk kandang per bedengan kira-kira 4 ember dengan berat 25 kg. setelah itu tanah di ratakan siap untuk di Tanami kangkung.
4. Penanaman
Dalam penanaman terlebih dahulu membuat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm dengan menggunakan tugal. Setelah itu benih kangkung di masukkan kedalam lubang tanam. Untuk perlubangnya 5 biji. Benih kemudian di timbu dengan tanah dan di siram agar benih dapat berkecambah.
5. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Jenis pupuk, takaran frekuensi pemberian
pupuk yang digunakan hanya pupuk kandang dan pupuk urea. Pupuk kandang di berikan pada saat pengolahan tanah. Pupuk urea diberikan setelah tanaman berumur 10 Hst dan 3 hari setelah dilakukan panen. Dengan di letakkan di dekat tanaman kangkung. Takaran yang digunakan dalam pemupukan untuk pupuk kandang pak citro membutuhkan kira-kira 4 ember. Pupuk urea yang digunakan sekitar 15 gr /m2.
b. Pengairan dan waktu
Untuk budiaya kangkung darat itu sendiri tidak membutuhkan banyak air sehingga penyiraman dilakukan jika hujan tidak turun dan pada sore hari. Sedangkan kebunnya yang diamati lokasinya dekat dengan sawah sehingga jika memerlukan air tidak begitu repot untuk mencarinya. Tinggal membuat jalan air untuk dialirkan ke tanaman kangkung.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang sering mengganggu adalah balalang. Pengendalian yang dilakukan hanya secara mekanik yaitu menangkap belalang dan membunuhnya. Hasil serangan yang diakibatkan belalang membuat daun kangkung rusak. Jika terlalu parah pak Citro menggunakan pestisida Tapi dalam survai kali ini ada 2 kebun berbeda yang dimiliki pak citro. Satu yang baru ditanami dan yang satu lagi sudah lama di tanami. Untuk yang baru di tanami hama dan penyakit yang menyerang masih sedikit sehingga pengendalian yang dilakukan secara mekanis. Sedangkan yang telah lama di tanami banyak hama yang menyerang sehingga pak citro berencana pengganti dengan tanaman baru.
d. Penjarangan
Tidak dilakukan penjarangan karena dalam penanaman telah diatur jumlah tanaman yang akan di tanam per lubang tanam. Tindakan yang dilakukan hanya mencabut tanaman yang mati atau tidak tumbuh baik. Dan melakukan penyiangan gulma karena untuk kangkung darat sendiri memiliki daun yang lebar, sehingga jika gulma tidak di siangi produktivitas tanaman akan berkurang
6. Panen
a. Kriteria panen
Panen dilakukan ketika tanaman telah berumur 30 hari setelah tanam. Ditandai dengan ukuran daun pada tanaman kangkung sudah cukup luas tetapi masih muda , selain itu ukuran batang cukup besar. Dan yang paling penting warna daun terlihat hijau tua. Tinggi tanaman kira-kira 25-30cm.
b. Cara panen
Biasanya panen dilakukan dengan cara memetik atau memotong. Pemotongan dilakukan pada bagian pangkal tanaman sekitar 5-10 cm diatas permukaan tanah. Biasanya masih tersisa daun 1 atau 2 lembar. Bagian bawah daun tersebut diharapkan dapat memunculkan tunas baru yang akan akan di panen di kemudian hari lagi.
c. Interval dan frekuensi
Pemanenan yang dilakukan dapat dilakukan berkali-kali dalam sekali tanam. Biasanya pada pucuk tanaman yang dipetik, tanaman dapat tumbuh lagi. Sehingga dapat di panen lagi sekitar 10-14 hari kemudian. Maksimal pemanenan dilakukan 10 kali. Hal ini dikarenakan semakin lama kualitas panen yang dilakukan semakin menurun. Setelah itu tanaman dig anti dengan tanaman baru.
d. Hasil perluasan
dari luas kebun yang ditanami kangkung pak citro mendapatkan sekitar 40 ikat untuk luas 4 m2. Biasanya 1 ikat kangkung tersebut sebanyak 1 genggam tangan. Untuk 1 ikat sendiri pak citro mematok harga 800 rupiah
e. Pengelolaan pasca panen
Pak citro tidak melakukan tindakan pengelolaan yang khusus. Hanya beberapan tindakan saja misalnya, mengumpulkan kangkung yang telah dipanen, membagi dan mengikatnya (tiap ikat satu genggam batang kangkung) untuk dipasarkan
f. Pemasaran
hasil kangkung tersebut hanya dijual atau di pasarkan di warung sekitar rumah. Jika banyak di bawa ke pasar
7. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya produksi karena areal yang sempit sehingga hasilnya sedikit. Kurangnya pengetahuan terhadap konsep budidaya kangkung yang tepat. Harga tanaman kangkung yang murah di tingkat pasar.

8. Cara mengatasi
Memanfaatkan lahan yang ada se effisien mungkin. Mencoba bertanya dan mencari informasi untuk budidaya kangkung yang tepat. Jika di tingkat pasar harganya murah maka di jual sendiri langsung ke konsumen.

C. BUDIDAYA KANGKUNG SECARA TEORI
Syarat Pertumbuhan
Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun.
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen.
Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.
Media Tanam
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik.
Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk.
Tekhnis Budidaya Yang Dilakukan Petani
a. Bahan Tanam Yang digunakan.
D. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
a. Pembibitan
Persyaratan Bibit Kangkung Darat
Dalam pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau darat). Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk.
Bibit kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20 -30 cm. Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering serta berkualitas baik.
Penyiapan Benih
a) Benih kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran 20-30 cm, dengan jarak tanam 1,5 x 15 cm.
b) Untuk benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang tua.
c) Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2 bedengan ± 300 gram, jika tiap lubang diisi 2-3 butir biji.
Teknik Penyemaian Benih
Biji dengan ukuran diameter 3 mm, disebar dalam baris-baris berjarak 15 cm dengan jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji. Kultivar yang berbiji dapat tahan tanah lembab dan tumbuh baik dalam musim hujan.
Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian
Agar diperoleh hasil panen yang baik, dalam pemeliharaan pembenihan kangkung diperlukan penyiraman teratur dan kerap pada cuaca kering.
b. Pengolahan Media Tanam
Persiapan
Kangkung air membutuhkan tempat-tempat yang ada genangan air. Bertanam kangkung memerlukan tanah yang diberi pupuk kompos, kemudian dibuatkan petak-petak/bedengan seperti tanaman sayuran lain. Tentang panjang bedengan, tergantung kondisi lahan. Kemudian siapkan tugal dan tancapkan di atas bedengan dengan jarak 20 x 20 cm.
Pembukaan Lahan
Tiga minggu sebelum melakukan penanaman kangkung, sebaiknya tanah diolah terlebih dahulu. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 10 ton per hektar, diberi air dengan ketinggian 5 cm, dibiarkan tergenang air dan diberi urea 1 kuintal per hektar
Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan untuk tanaman kangkung dapat dilakukan dengan ukuran lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam ± 15-20 cm dan jarak antar bedeng 50 cm dengan membuat selokan. Ukuran tersebut dapat disesuaikan, tergantung keadaan lahan yang tersedia. Bedengan dibuat untuk kelancaran pemasukan dan pembuangan air yang berlebih serta untuk memudahkan pemeliharaan dan kegiatan lain. Ada pula yang membuat bedengan dengan ukuran panjang kali lebar: 2×1 m dengan kedalaman drainase 30×30 cm.

c. Pemupukan
Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah tanam, kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur dengan air kemudian disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram.
Pada waktu melakukan pemupukan, lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4 sampai 5 hari. Kemudian diairi kembali. Pupuk yang diperlukan adalah sebagai berikut: 10-20 ton/ha rabuk organik dan 100-250 kg/ha urea, diberikan selama 2 minggu pertama, dengan cara disiramkan.
Lain-lain
Agar tanaman kangkung dapat berproduksi secara memuaskan, perlu dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman kacang tanah, kacang hijau, kacang buncis, kecipir atau ketimun.
d. TEKNIK PENANAMAN
Penentuan Pola Tanam
Penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang akan ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 2×1 m, maka bila jarak tanamnya ditentukan 20×20 cm, maka dalam satu bedengan terdapat sebanyak 50 lubang atau 50 rumpun kangkung (Iman, 2010).
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang berjarak 20×20 cm, sedalam ± 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan jumlah lubangnya (tergantung ukuran bedengan).
Cara Penanaman
Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00 sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.


e. PEMELIHARAAN TANAMAN
Penjarangan dan Penyulaman
Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu rumpun maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati, maka segera dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang telah disiapkan).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman pengganggu). Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu.
Pembubunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu.
Perempalan
Bagi tanaman kangkung sebagai penghasil daun dan batang, perempalan tidak dibutuhkan, sebab perempalan adalah penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna, yang akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea. Pupuk urea diberikan hanya sekali dengan cara dilarutkan dalam air lalu disiram pada tanaman kangkung. Perlu diperhatikan agar pada waktu menebar pupuk jangan sampai ada butir pupuk yang tersangkut atau menempel pada daun, sebab akan menyebabkan daun menjadi layu. Gunakan sapu lidi setiap selesai menabur pupuk.
Pengairan dan Penyiraman
Selama tidak ada hujan, perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman gunanya untuk mencegah tanaman kangkung terhadap kekeringan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00). Penyiraman dilakukan dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Tanaman kangkung darat yang terkena ulat berwarna putih yang berada pada helai daun sebelah bawah sehingga menyebabkan warna daun menjadi kuning. Untuk penanggulangannya disemprotkan Baysudin dengan dosis 2 cc per liter air, yang disemprotkan sore hari. Untuk memberantas ulat daun yang sering menyerang tanaman kangkung, digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman. Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.
Pemeliharaan Lain
Agar pertumbuhan subur, sebaiknya seminggu setelah atau sebelum panen, tanaman dipupuk urea kembali.
f. HAMA DAN PENYAKIT
Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk mencegah terjadi over populasi, semprotkan Sevin atau sejenisnya. Untuk memberantas ulat daun ini digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman. Pada waktu membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari. Kemudian diairi kembali.
Penyakit
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan sedikit perlindungan. Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae). Penyakit ini peka terhadap Dithane M-45 atau Benlate, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan higiene umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah. Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.

g. PANEN
Ciri dan Umur Panen
Panen pertama sudah bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm. Ada pula yang mulai memangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman.
Cara Panen
Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat. Cara memanen, pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku tua. Panen dilakukan pada sore hari. Panenan dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Dengan menggunakan alat pemotong. Pemungutan hasil kangkung darat dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam air. Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari. Selama panen, lahan penanaman harus tetap basah tapi tidak berair (lembab).
Periode Panen
Panen dilakukan 2-3 minggu sekali. Setiap kali habis panen, biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika sudah terlihat berbunga, sisakan ± 2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji yang kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat dikeringkan.
Prakiraan Produksi
Pertanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15 ton/ha sepanjang beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m2.
h. PASCAPANEN
Pengumpulan
Kangkung yang baru dipanen dikumpulkan dan kemudian disatukan sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan.
Penyimpanan
Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat celupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang (Karyaman, 2009).



























DAFTAR PUSTAKA

Dimas, 2009. Budidaya Kangkung. http://dimasadityaperdana. blogspot. com/ 2009/06/ budidaya- kangkung. html.Diakses Pada tanggal 1 April 2011.
Iman, 2010. Budidaya kangkung. http//Kangkung\Ini budidaya KANGKUNG kang… _ imam's space.htm. Diakses pada tanggal 1 April 2011.
Karyaman, 2009. Tekhnis Budidaya Kangkung. http:// karyamandiriprw. wordpress.com/ 2009/ 06/30/budidaya-kangkung/. Diakses Pada tanggal 1 April 2011.

Selasa, 26 April 2011

Membuat Tanaman Anggrek Tetap Berbunga Indah dan Peran Bioteknologi untuk Anggrek

A. Pendahuluan
Latar Belakang
Suku anggrek-anggrekan atau Orchidaceae merupakan satu sukutumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan "berdaging" (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara lembab.
Anggota suku ini cenderung memiliki organ-organ yang sukulen atau "berdaging": tebal dengan kandungan air yang tinggi. Dengan demikian ia dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah. Air diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara. Namun demikian, anggrek tidak ditemukan di daerah gurun karena perakarannya tidak intensif. Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai hutan atau di bawah naungan. Sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang.
Akar serabut, tidak dalam. Jenis-jenis epifit yaitu mengembangkan akar sukulen dan melekat pada batang pohon tempatnya tumbuh,namun tidak merugikan pohon inang. Ada pula yang tumbuh geofitis,dengan istilah lain terrestria artinya tumbuh di tanah dengan akar-akar di dalam tanah. Ada pula yang bersifat saprofit, tumbuh pada media daun-daun kering dan kayu-kayu lapuk yang telah membusuk menjadi humus. Pada permukaan akar seringkali ditemukan jamur akar (mikoriza) yang bersimbiosis dengan anggrek.
Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah ("anggrek tanah") batangnya pendek dan cenderung menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh baik, seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan. Pertumbuhan batang dapat bersifat "memanjang" (monopodial) atau "melebar" (simpodial), tergantung genusnya.
Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, khas daun monokotil. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpan air.
Bunga anggrek berbentuk khas dan menjadi penciri yang membedakannya dari anggota suku lain. Bunga-bunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian Kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga (sehingga disebut tepal). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam "lidah" yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari berbentuk cakram kecil (disebut "pollinia") dan terlindung oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh serangga penyerbuk (atau manusia untuk vanili) dan membawa serbuk sari ke mulut putik. Tanpa bantuan organisme penyerbuk, tidak akan terjadi penyerbukan.
Buah anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan; bahkan embrionya belum mencapai kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan( Andry, 2008).

B. PEMBUDIDAYAAN ANGGREK
Anggrek sebagaimana halnya tanaman lainnya tidak akan menjadikan suatu tanaman yang sulit dipelihara/dirawat. Permasalahan sering kali timbul karena kita tidak mengenal anggrek dengan baik. Sama halnya kita dalam memelihara tanaman/hewan peliharaan lainnya, bila akan merawat anggrek maka kita harus menyenangi dan mengenal lebih dekat lagi . Tanaman anggrek akan dapat tumbuh dengan baik bilamana persyaratan kondisi lingkungan telah terpenuhi dengan baik, seperti halnya anggrek tumbuh baik di alamnya. Dengan mengenali persyaratan hidup anggrek, maka kita dapat merawat anggrek dengan baik (Deptan, 2008).


Perhatikan anggrek merpati/vanda tricolour, dapat tumbuh subur di batang/ranting pohon asem dipinggir jalan, dan berhasil melewati keadaan kering dimusim kemarau (tidak ada yang menyiram air, cukup air hujan dimusim penghujan) dan keadaan basah di musim penghujan (tidak mati terserang jamur/fungi). Nah belajar dari sana kita bisa pula memperlajari semua jenis anggrek yang kita miliki satu demi satu dengan baik. Contoh anggrek disebelah ini dapat tumbuh sehat walaupun di tiangg beton sekalipun (tanpa media tanam lho). Satu kata kunci yang penting adalah keadaan lingkungan seimbang yang diinginkan, atau dengan kata lain anggrek tidak menyukai keadaan ekstrim. Contoh ekstrim basah, terlalu sering disiram, atau air tergenang dalam media tidak dapat mengalir dengan baik, atau aliran udara tidak dapat mengurangi kelembaban yang ada, maka tanaman anggrek akan mudah terserang penyakit jamur. Demikian pula kalau terlalu kurang air (kekeringan) maka tanaman anggrek akan dehidrasi, dan cenderung menghambat pertumbuhan selanjutnya.
Demikian dengan dosis baik pupuk, hormon, vitamin, isektisida, fungisida dsb, tanaman anggrek dialamnya mendapatkannya secara alami atau dengan dosis yang rendah sekali (encer), jadi cenderung tidak pernah terjadi over dosis. Nah hal ini pulang yang sering terjadi pada anggrek perliharaan kita, seperti bila ingin menyiram anggrek (baik pupuk, insektisida, fungisida) sesuai dengan instruksi beberapa gram dalam 1 liter, ketika kita menghadapi permasalahan tidak tepatnya ukuran yang kita gunakan, ada sisa dalam spayer (semprotan) maka kita cenderung menghabiskannya dengan menyemprotkan berulang ditanaman yang sama.
Apalagi bila tanaman kita sedang terserang penyakit, maka keinginan kita untuk segera sembuh (bibit penyakit mati dan tanaman anggrek segar kembali) maka kecenderungan kita melakukan diluar dosis yang seharusnya. Kata penting disini adalah “mencegah lebih baik daripada mengobati”, artinya dengan menjaga kebersihan kebun, kelembaban, siang matahari, aliran udara kita dapat mencegah bibit penyakit menghinggapi tanaman kita. Mulailah dengan yang kecil dan sederhana, mungkin kita belum punya banyak koleksi anggrek, sehingga kita mendapatkan situasi/kondisi kebun yang baik untuk tumbuh anggrek kita.
Berikut ini ad acara merawat anggrek :
1. Lokasi, suhu dan kelembaban: Anggrek akan tumbuh dengan baik di dataran tinggi (di dataran rendah juga bisa hidup, tetapi harus memenuhi ketentuan yang tepat), suhu berkisar 15 – 35 derajat Celcius (suhu optimum 21 derajat Celcius) dengan sirkulasi udara yang baik. Kelembaban udara berkisar 65 – 70 %.
2. Cahaya matahari: Tanaman anggrek pantang kena sinar matahari langsung, tetapi masih toleran terhadap sinar matahari pagi (antara jam 7 – 9 pagi). Anggrek yang kurang dapat cahaya matahari tumbuh kurus, berdaun sempit dan panjang, sebaliknya jika kelebihan sinar matahari daun akan menguning seperti terbakar. Anggrek akan tumbuh dengan baik jika digantung di bawah kerimbunan pohon.
3. Penyiraman: Tidak ada patokan tepat untuk menyiram anggrek. Cara praktis untuk mengetahui apakah tanaman sudah perlu disiram dengan memantau kondisi media tanamnya. Penyiraman sebaiknya dengan sprayer dan air yang digunakan bebas kaporit dan senyawa kimia lainnya. Anggrek muda lebih membutuhkan banyak air, penyiraman sebaiknya 1 hari 1 kali. Untuk anggrek yang lebih besar, 2 hari sekali cukup memadai. Terlalu banyak air akan membuat anggrek mudah diserang jamur yang menyebabkan daun dan akar membusuk. Bunga anggrek sebaiknya jangan terkena air karena akan cepat rontok.
4. Pemupukan: Anggrek perlu dipupuk untuk membuatnya rajin berbunga. Tips untuk memilih pupuk yang tepat adalah pilih pupuk cair (pupuk daun), unsur makro NPK harus disesuaikan dengan usia tanaman (anggrek muda memerlukan unsur N lebih banyak, sedangkan anggrek siap berbunga memerlukan unsur P lebih banyak). Pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan dosis 1/2 sdt untuk 1 liter air. Semprotkan larutan pupuk dengan sprayer pada bagian daun dan akar. Pemupukan bisa dilakukan lebih sering dengan mengurangi dosis.
5. Media tanam: Media tanam yang baik adalah yang tidak cepat lapuk, memudahkan akar menempel, berongga (porous) untuk sirkulasi udara, dapat menyimpan zat hara, serta tidak mudah menjadi sumber penyakit. Macam media adalah pakis, moss, sabut kelapa, arang kayu, pecahan batu bata atau genteng.
6. Pot: Untuk pot bisa dipilih pot tanah atau plastik. Pot tanah bisa menyimpan air, sedangkan pot plastik tidak. Aggrek juga bagus ditanam di blok pakis dan digantung di bawah pohon. Secara berkala sebaiknya dilakukan repotting, misalnya 6 bulan sekali untuk memberi ruang lebih pada akar anggrek.
C. JENIS DAN MANFAAT PUPUK
Pupuk Nitrogen (N) berpengaruh meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tetapi bila diberikan secara berlebihan, tanamanmudah terserang penyakit dan pembentukan bunga menjadi terhambat.
Pupuk Phospor (P) berpengaruh untuk merangsang pembungaan. Kekurangan unsur P menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat.
Pupuk Kalium (K) merangsang pertumbuhan akar dan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Kekurangan unsure K menyebabkan terhambatnya proses fotosintesa dan jumlah tangkai bunga menurun.
PEMBERIAN PUPUK
Pemberian pupuk pada tanaman anggrek Dendrobium disesuaikan dengan tahap pertumbuhan tanaman yaitu:
1. Dendrobium bibit (Seedling) membutuhkan pupuk dengan perbandingan N:P:K sebanyak 60:30:30.
2. Dendrobium ukuran sedang tumbuh membutuhkan pupuk dengan perbandingan
3. N:P:K sebanyak 30:30:30.
4. Dendrobium yang sedang berbunga membutuhkan pupuk dengan perbandingan N:P:K sebanyak 10:60:10.
5. Dosis untuk pupuk daun yang berbentuk kristal adalah 1 gram/liter dan dosis untuk pupuk berbentuk cairan adalah 2
6. cc ? 3 cc dilarutkan dalam 1 liter air.
7. Pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan menyemprotkan ke seluruh bagian tanaman.
8. Sebaiknya tidak menyiramkan pupuk ke media karena tidak efisien, hanya ujung akar yang memanfaatkanya.
9. Waktu penyemprotan sebaiknya pada pagi atau sore hari.
Jika cuaca mau hujan tunda pemupukan karena pupuk yang diberikan akan tercuci sebelum diserap tanaman.(Anggrekayah, 2008)
HASIL KAJIAN
Pupuk yang dikaji terdiri dari:
a) 30 gr NPK + 5 cc Metalik/10 lt,
b) 5 gr Dekastar + 5 cc Metalik/10 lt,
c) 40 cc Herbasri/10 lt.
Bibit anggrek yang digunakan berasal dari kultur jaringan dengan ukuran bibit 10 cm yang ditanam pada pot tanahberdiameter 15 cm.Pot diisi dengan pecahan batu bata sampai 1/3 bagian tinggi pot.Selanjutnya anggrek ditanam pada bagian tengah pot yang telah berisi media.Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman telah berumur 1 minggu dengan cara disemprot melalui daun dandiulang tiap minggu.Pemeliharaan tanaman dilakukan secara rutin terutama penyiraman. Pengendalian terhadap ulat daun digunakanDithane 0,2%.Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk NPK ditambah unsur mikro Metalik cenderung memberikanpertumbuhan yang terbaik diikuti oleh penggunaan pupuk Dekastar + Metalik dan penggunaan pupuk Herbasri (Aaragron, 2009).

D. PERAN BIOTEKNOLOGI UNTUK TANAMAN ANGGREK
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian bagian tanaman seperti sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya secara aseptis (suci hama) di dalam atau diatas suatu medium budidaya sehingga bagian bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap kembali. Prinsip kultur jaringan terdapat pada teori sel yang dikemukakan dua ahli biologi dari jerman, MJ schleiden dan schwan . Secara implicit teori tersebut menyatakan bahwa sel tumbuhan bersifat autonom dan mempunyai totipotensi. Sel bersifat autonom artinya dapat mengatur rumah tangganya sendiri, disini yang dimaksud adalah dapat melakukan metabolism, tumbuh dan berkambang secara independen jika diisolasi dari jaringan induknya. Totipotensi diartikan sebagai kemampuan dari sel tumbuhan (baik sel somatik/vegetatif maupun sel gametik) untuk beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap kembali.
Salah satu pembeda sel tumbuhan dengan sel hewan adalah adanya dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel tumbuhan selain berfungsi memberi bentuk pada sel juga sebagai barier mekanik yang mengisolasi sel sel dengan lingkungan luarnya. Pada kenyataannya sel satu dengan lainnya yangmenyusun jaringan, meskipun secara fisik dibatasi oleh membrane plasma dan dinding sel, tidak terisolasi dan masih dapat berhubungan lewat pasmodesmata(symplast). Implikasi dari kenyataan tersebut adalah adanya kontinuitas sitoplasmatik, atau dengan kata lain informasi genetic yang terdapat dan berawal dari zygot tentulah tersebar ke seluruh tersebar ke seluruh sel sel penyusun tubuh tumbuhan. Sel tumbuhan dengan demikian haruslah mengandung seluruh informasi yang diperlukan untuk tumbuhan berkembang dan berkembang biak, sel demikian disebut totipoten.
Istilah ekplan digunakan untuk menyebutkan bagian kecil dari tanaman (sel, jaringan atau organ) yang digunakan untuk memulai suatu kultur. Eksplan yang digunakan didalam kultur jaringan harus yang masih muda (promordia), sel selnya masih bersifat meristematis dan sudah mengalami proses deferensasi. Sel sel mesofil dan stomata pada daun, kambium, korteks dan lain sebagainya adalah bentuk bentuk sel yang sudah mengalami deferensiasi. Pada primordial daun misalnya, sel sel yang sudah mengalami deferensiasi tersebut hanya perlu membelah satu atau dua kali saja kemudian berhenti (dorman, berada di G1 dari interfase pada siklus sel pada waktu yang lama) selanjutnya akan membentang. Pembelahan sel selnya juga sudah di program untuk menghasilkan sel yang sama misalnya, sel sel mesofil hanya akan membelah dan menghasilkan sel mesofil juga.
Dengan cara mengisolasi dari tanaman induknya dan menumbuhkan di dalam atau diatas media kultur, sel sel pada eksplan yang tadinya dorman, dihadapkan pada kondisi stres. Kondisi ini akan mengubah pola metabolisme, sel akan memulai siklusnya yang baru ,selanjutnya akan tumbuh dan berkembang di dalam kultur. Respon yang terlihat pertamakali yaitu terbentuknya jaringan penutup luka, sel selnya terus membelah, jika pembelahannya tidak terkendali akan membentuk massa sel yang tidak terorganisir atau disebut dengan kalus. Pembelahan sel sel yang tidak terkendali disebabkan karena sel sel tumbuhan, yang secara normal bersifat autotrof dikondisikan menjadi hiterotrof dengan cara memberikan nutrisi yang cukup kompleks di dalam media kultur. Sel sel kalus ini berbeda dengan sel sel eksplannya, sel sel menjadi tidak terdeferensiasi, proses ini disebut dedeferensiasi (kembali ke keadaan tidak terdeferensiasi).
Pada proses dedeferensiasi sel sel pada eksplan, yang tadinya dalam keadaan dorman, diinduksi untuk kembali aktif melakukan pembelahan. Induksi dedeferensiasi dapat dilakukan dengan menambahkan zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin ke dalam media kultur, auksin sintetik yang umum digunakan adalah 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dengan konsentrasi maksimum 2 mg/l. Sel sel akan terus membelah selama dipelihara dalam medium induksi. Zat zat pengatur tumbuh diatas diketahui berfungsi sebagai mutagenic agent . Sel sel yang terlalu lama dipelihara di dalam medium induksi akan mengalami mutasi , tetapi tidak kehilangan sifat totipotensinya.
Laju pertumbuhan sel, jaringan dan organ tanaman di dalam kultur akan menurun setelah periode waktu tertentu, umumnya segera terlihat dengan adanya gejala kematian sel atau nekrosis pada eksplan. Hal ini disebabkan karena menyusutnya kadar nutrient medium dan terbentuknya senyawa senyawa racun yang dilepaskan oleh eksplan di sekitar medium. Untuk itu harus segera dilakukan sub kultur yaitu pemindahan sel sel , jaringan atau organ ke dalam medium baru. Tujuan dilakukannnya sub kultur adalah untuk mempertahankan laju pertumbuhan sel sel tetap konstan dan untuk defereniasi kalus. Medium yang digunakan dapat sama atau berbeda dengan medium semula.
Perkembangan selanjutnya adalah terjadinya metamorfogenesis yaitu proses terbentuknya organ organ baru (de novo) yang kemudian akan tumbuh menjadi tanaman utuh. Tanaman regenaras yang dihasilkan dengan kultur jaringan disebut dengan platelet, pembentukan platelet terjadi dengan dua proses yang berbeda:
• Organogenesis yaitu deferensiasi meristem unipolar, memnghasilkan ujung tunas (shoot tip) yang akan menjadi tunas(caulogenesis) atau ujung akar(root tip) yang akan menjadi akar(rhizogenesis). Pada proses organogenesis diperlukan 2 tahap induksi, masing masing menggunakan medium dengan zat pengatur tumbuh yang berbeda. Tahap pertama biasanya adalah induksi pembentukan tunas,proses caulogenesis diinduksi dengan mengunakan zat pengatur tumbuh dari golongan sitokinin ke dalam media kultur. Tahap yang kedua adalah induksi pembentukan akar, proses rhizogenesis ini dikerjakan dengan menambahkan zat pengatur tumbuh golongan auksin
• Embriogenesis somatic merupakan suatu proses deferensiasi meristem bipolar yang berupa bakal tunas dan akar, dua meristem diperlukan untuk pertumbuhan tanaman utuh. Embrio yang terbentuk selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh. Pertumbuhan dan perkembangan embrionya berlangsung secara bertahap melalui proses yang identik dengan proses embryogenesis zygotik, pada tanaman dikotil, yaitu dengan terbentuknya struktur bipolar melalui tahapan bulat (globular), jantung (heart stage), torpedo, dan akhirnya berkecambah menjadi plantet
Morfogenesis in vitro dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung terjadi tanpa melalui tahapan kalus terlebih dahulu. Sel sel diinduksi langsung memnjadi embriogenik, hal ini dapat dikerjakan dengan menanam eksplam pada medium dengan kombinasi zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan sitokinin secara simultan. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa perlakuan heat shock pada daun chicorium hybrid 474, dapat menginduksi sel sel daun menjadi embriogenik. Padas el gametik (mikrospora)induksi menjadi embriogenik dilalkukan dengan memberikan stress. Stres dapat diberikan secara fisik dengan pemberian cold shock atau dengan heat shock, dapat juga dilakukan dengan khemis yaitu dengan mengkulturkan pada medium starvation(medium minimal yang hanya terdiri dari garam garam makro dan mannitol)atau dengan memberikan stress osmotic. Sel sel yang sudah terinduksi menjadi embriogenik adalah identik dengan zygot, sehingga dapat melanjutkan perubahannya menjadi embrio dan selanjutnya menjadi tanaman utuh.
Morfogenesis secara tidak langsung umumnya mengalami tahapan kalus terlebih dahulu. Kalus yang lunak jika di transfer ke dalam medium cair akan membentuk suspense sel yang aktif tumbuh. Kultur sel adalah kultur dengan menggunakan sel sebagai eksplan, eksplan berasal dari sel sel yang sudah mengalami dedeferensiasi(kalus). Kalus yang digunakan sebagai eksplan pada kultur sel disebut sebagai inokulum. Kultur seldipelihara di dalam medium cair yang diinkubasi dengan atau tanpa penggojokan. Jika proses dedeferensiasinya benar,maka gen genyang bertanggung jawab terhadap totipotensi akan berfungsi,pembelahan sel selnya menjadi terkendali, membentuk sel sel yang terorganisir(embryo).
Embrio yang terbentuk adalah dari sel sel somatik atau gametik dan bukan dari zygot, embrio demikian disebut sebagai embrio adventip prosesnya disebut embryogenesis somatic. Embrio selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh melalui proses yang identik dengan proses embryogenesis zygotik. Teknik kultur jaringan yang semula ditujukan untuk penelitian dasar di bidang biologi, terutama pembuktian totipotensi sel, sekarang berkembang sedemikian pesatnya sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan keperluan yang lain terutama agrobisnis dan farmasi.
Dalam bidang agrobisnis aplikasi yang nyata dari teknik kultur jaringan tumbuhan adalah dapat menekan biaya produksi karena dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu relative singkat, tidak memerlukan lahan yang terlalu luas, tidak tergantung pada iklim, bebas hama dan penyakit sehingga dapat di transport kemana saja, melewati batas batas Negara, tanpa melalui proses karantina. Yang lebih penting lagi, karena merupakan perbanyakan vegetative, maka keturunannya akan sama dengan induknya. Survey yang dilaksanakan di negeri belanda menunjukkan, laboratorium mikropropagasi komersial pada tahun 1988 telah menghasilkan tanaman yang diperbanyak secara klonal sebanyak 65 juta sedangkan di Indonesia telah sangat membantu program hutan tanaman industry,pohon yang berhasil dikembangkan dengan metode ini antaralain jati dengan kemampuan multiplikasi 5-6 platelet atau dalam kurun waktu satu tahun dari satu eksplan dapat diperoleh sekitar 15 juta anakan(Nurheti, 2009).

E. Penutup
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Jakarta, baiksebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot.Salah satu jenis bunga yang banyak dikembangkan di Jakarta adalah anggrek Dendrobium. Selain tingkat kebutuhankonsumen akan bunga anggrek Dendrobium cenderung meningkat, harganya pun cukup tinggi.
Dalam membudidayakan tanaman anggrek Dendrobium, media yang digunakan tidak cukup menyediakan unsur- Unsure yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya, sehingga perlu diberi pupuk, baik organik maupun anorganik. AnggrekDendrobium merupakan tanaman epifit, sehingga penyerapan hara melalui akar sangat sedikit karena itu penyerapanhara dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pupuk melalui daun.Selama ini pupuk majemuk yang digunakan petani adalah: Hyponex, Gaviota, Cristalon, dan lain-lain, sementara hargapupuk tersebut akhir-akhir ini meningkat. BPTP Jakarta telah melakukan pengkajan beberapa jenis pupuk pada tanamananggrek Dendrobium sebagai salah satu upaya mendapatkan pupuk pengganti (alternatif) yang efektif dan efisien.



























DAFTAR PUSTAKA

Andry, 2008. Tips Merawat Anggrek. http/ andryanggrek.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 Maret 2011
Anggrekayah, 2008. Anggrek Cara Mudah Perawatan. www.anggrekayah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 Maret 2011
Aragorn, 2009. Budidaya Anggrek. www. Aragron tani Anggrek. Blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 Maret 2011.
Deptan, 2008. Budidaya Tanaman Anggrek. http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/. Diakses Pada tanggal 4 Maret 2011
Nurheti, 2009. Bioteknologi Anggrek Dengan Kultur Jaringan. www. Kultrur jaringan skala rumah tangga. Blogspot. Com Diakses pada tanggal 4 Maret 2011.

Budidaya Tanaman Kapas (Gossypium sp)

A. Pendahuluan
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).
Tanaman kapas secara botanis disebut dengan Gossypium sp yang memiliki sekitar 39 spesies dan 4 spesies diantaranya yang dibudidayakan yaitu : Gossypium herbacium L, Gossypium arberium L, Gossypium hersutum L dan Gossypium barbadense; dengan
klasifikasi sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Gossypium
Spesies : Gossypium sp
Tanaman kapas mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam, bahkan sering lebih panjang dari pada tanamannya sendiri. Dari akar tunggang akan tumbuh akar-akar cabang, dan terus bercabang hingga membentuk akar-akar serabut. Pada waktu berkecambah calon akar tunggang tumbuh terlebih dahulu masuk kedalam tanah diikuti oleh keping biji. Batang terdiri dari ruas dan buku, dari buku keluar cabang vegetatif dan generatif. Selama pertumbuhan yang aktif, cabang generatif terbentuk tiap tiga hari, jumlah cabang generatif bervariasi antara 15-20 tergantung pada varietas dan lingkungan (Dahrul, 2007).
Kapas (Gossypium hersutum) merupakan salah satu komoditi perkebunan penghasil serat alam untuk bahan baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Kebutuhan bahan baku industri TPT terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, dan saat ini kebutuhan tersebut telah mencapai sekitar 500 ribu ton serat kapas yang setara dengan 1,5 juta ton kapas berbiji pertahun. Namun perkembangan industri TPT tersebut belum didukung oleh kemampuan penyediaan bahan baku berupa serat kapas dalam negeri, sehingga sekitar 99,5% kebutuhan bahan baku tersebut masih dipenuhi dari impor. Menyadari hal tersebut pemerintah sejak tahun 1978 telah berupaya terus meningkatkan produksi kapas mulai dari pelaksanaan program IKR, P2WK, proyek OECF, swadaya petani hingga Program Percepatan (akselerasi kapas) yang dimulai tahun 2007 sampai saat ini. Keseluruhan program tersebut diatas dilaksanakan secara bermitra antara petani dengan perusahaan pengelola kapas. Sedangkan, pemerintah berperan sebagai fasilitator.
Pada awalnya areal pengembangan kapas terbatas hanya di beberapa Provinsi yaitu : Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT dan Sulsel. Mulai tahun 2007 telah dikembangkan pertanaman kapas di Bali. Berdasarkan pengalaman pengembangan kapas selama ini ternyata keberhasilan usaha tani kapas sangat ditentukan oleh beberapa faktor terutama : (i) penggunaan benih unggul dan sarana produksi secara 5 tepat (mutu, jenis, waktu, jumlah dan tempat) (ii) penerapan standar teknis anjuran termasuk ketepatan waktu tanam dan pemeliharaan tanaman dimulai sejak tanam hingga masa panen.
Kapas (Gossypium hirsutum) merupakan tanaman perkebunan dan bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia. Tanaman kapas dikembangkan untuk menyediakan bahan baku bagi industri tekstil. Walaupun industri tekstil Indonesia termasuk lima besar di dunia, serat kapas yang merupakan bahan baku industri tekstil belum diusahakan dalam skala perkebunan besar. Pengembangan kapas secara intensif dilakukan melalui program Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR) yang dimulai tahun 1978/1979 dengan luas areal sekitar 22.000 ha. Daerah pengembangan kapas meliputi daerah dengan iklim kering, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Dalam perkembangannya, areal kapas dalam program IKR terus menurun dari tahun ke tahun dan pada musim tanam tahun 2006 luas areal kapas hanya mencapai 7000 ha yang tersebar di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat.

B. Morfologi Kapas
Akar tanaman kapas berupa akar tunggang, panjangn akar dapat mencapai 0,75-1 meter. Batang beruas-ruas, tiap ruas tumbuh daun dan cabang-cabang pada ketiaknya. Memiliki 3 macam tunas, yaitu tunas serap, cabang vegetatif dan cabang generatif. Cabang generatif ditandai dengan diakhiri yaitu tumbuhnya square.Tinggi tanaman mencapai 100-150 cm.
Daun berbentuk normal (palmatus), permukaan daun berbulu jarang, tulang daun menjari. Bunga tanaman kapas termasuk bunga sempurna. Bunga tumbuh pada cabang generatif, tiap cabang ada 6-8 kuncup. Bagian-bagian bunganya yaitu terdiri dari tangkai bunga, daun kelopak tambahan, daun kelopak, mahkota bunga, bakal buah, tangkai kepala putik, kepala putik, dan tepung sari.
Buah berbentuk dari persarian sampai buah masak 40-70 hari. Bentuk buah bulat telur, dengan warna hijau muda atau hijau gelap berbintik-bintik. Setiap buah memiliki 3-5 ruang, sehingga buah tanaman kapas termasuk buah kotak.
Cabang-cabang generatif akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya 35-40% yang menjadi buah. Daun terbentuk pada buku-buku batang utama dan cabang generatif. Daun pertama terbentuk pada buku ke-2 pada umur 10-12 hari (buku ke-1 berisi daun lembaga). Daun berlekuk 3 atau 5, berbulu dan berkelenjar. Pada daun terdapat stomata yang berperan yang berperan pada proses-proses fotosintesis dan respirasi. Jumlah stomata pada permukaan bahwa kira-kira dua kali jumlah stomata pada permukaan atas.
C. Budidaya Tanaman Kapas
a. Syarat Tumbuh Tanaman Kapas
 Lahan
Faktor lahan mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung tingkat produktivitas kapas. Agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang baik, tanaman kapas memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut : Tanah:
a. Struktur tanah lempung berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 80% atau lempung berliat dengan kandungan liat kurang dari 50%.
b. PH tanah minimal 5,5
c. Topografi relatif datar atau miring dengan kemiringan < 30% yang disertai pembuatan teras memotong arah lereng.
d. Daya menahan air dan drainase baik.
Tanaman kapas yang diusahakan secara komersial hendaknya ditanam di dataran rendah dan tidak melebihi dari 400 m di atas permukaan laut.Kapas menghendaki tanah yang subur,drainase baik,daya pegang air tinggi,serta memiliki pH tanah 6,7-7.
 Iklim
Daerah dengan tipe iklim C, D, E dan F cocok untuk penanaman kapas ditegalan. Di samping itu, daerah yang memiliki curah hujan 600-800 mm selama 4 bulan pertumbuhan tanaman kapas atau 1200-1600 mm selama setahun, juga merupakan daerah yang sesuai untuk penanaman dan pengembangan kapas.
 Air
Kebutuhan air akan meningkat setelah pembentukan kuncup bunga. Pada periode pemasakan buah, tanaman kapas banyak memerlukan air, sedangkan pada waktu panen di butuhkan keadaan yang kering. Kapas tidak dianjurkan ditanam di daerah dengan curah hujan selama 120 hari, lebih dari 1600 mm atau kurang dari 500 mm (Estu, 2009).
b. Persiapan Lahan
a. Lokasi dipilih tempat yang relatif rata dekat dengan sumber air dan tidak tergenang air, dan mudah diawasi.
b. Lahan dibersihkan, diratakan, dibuat plot-plot dan bumbunan dan saluran drainase air diatur dengan baik.
Pengolahan Tanah I
a. Pembukaan lahan dengan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit
b. Buat plot dengan ukuran 3 x 2 meter, dengan tinggi 30 cm.
Pengolahan Tanah II
a. Gemburkan tanah kembali yang gunanya untuk membalik tanah.
b. Beri pupuk kandang (1 sak/plot) dan dolomit (2 kg/plot), kemudian balik kembali tanah tersebut.
c. Buat jarak tanam yaitu 30 x 40 cm
d. Lakukan pengairan atau pemberian air.
e. Buat bumbunan atau perbaikan saluran air.
c. Penanaman
a. Buat lubang tanaman dengan menggunakan tugal, dengan kedalam 1-3 cm.
b. Tanam benih 2-3 benih/lubang tanam.
c. Berikan furadan dan fungisida @ 20 gram/plot, diletakkan di sekitar lubang tanaman.
d. Berikan pula SP36 (90 gr/plot) dan KCl (60 gr/plot) sebagai pupuk dasar (pemupukan I). Pemupukan ini dilakukan karena KCL dan SP36 merupakan yang sulit larut, maka pupuk ini diberikan lebih awal.
e. Tutup dengan jerami agar kelembapan terjaga dan menghindari terjadinya evapotranspirasi dan agar benih tidak terseret air hujan.
d. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Benih kapas sudah tumbuh pada hari ketujuh setelah tanam, sehingga bila ada benih yang tidak tumbuh harus dilakukan penyulaman dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10-15 hari setelah tanam, agar pertumbuhan tanaman bisa seragam karena agar mempermudah dalam proses perawatanya.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila gulma banyak tumbuh disekitar tanaman kapas. Penyiangan dilakukan berulang-ulang apabila tumbuh banyak gulma. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan koret dan dicabut.
c. Pembubunan
Pembubunan dilakukan agar tanaman memiliki perakaran yang kuat dan tidak mudah roboh.
d. Penjarangan
Pada umur 14 hari setelah tanam, biasanya dilakukan penjarangan terhadap tanaman yang melebihi kebutuhan awal. Karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua dan perakaran masih dalam kondisi mudah untuk di lakukan penjarangan, dan karena pada umur tersebut adalah umur yang ideal untuk melakukan penyeleksian tanaman. Penjarangan dilakukan secara manual, yaitu dengan cara dicabut menggunakan tangan.
e. Pengairan
Kebutuhan akan air atau kelembaban untuk kapas ialah sejak awal penanaman sampai menjelang panen. Cara pengairanya dengan cara disiram di daerah tanaman.
f. Pemupukan II
Pemupukan kedua dilakukan pada usia 2 minggu dengan menggunakan pupuk UREA sebesar 180 gram/plot.
g. Pemupukan III
Pemupukan ketiga dilakukan pada usia 4 minggu dengan menggunakan pupuk UREA sebesar 180 gram/plot.
h. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman kapas ini berupa earias vittella, belalang, aphis dan emphoasca. Hama tersebut diatasi dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida berupa Buldok dengan dosis 2cc/liter, Dupol dengan dosis 6cc/liter, dan menggunakan Decis 4cc/liter. Sedang penyakit yang menyerang adalah puru akar yang menyebabkan tanaman layu sementara dan akhirnya tanaman mati.
Hama yang menyerang tanaman kapas ini berupa earias vittella, belalang, aphis sp dan emphoasca. Earias vittella biasanya menyerang bagian batang, sedangkan aphis sp menyerang bagian daun, yang menyebabkan daun menjadi keriput karena cairan dan mineral didalam daun diserap oleh aphis. Dan penyakit yang menyerang adalah puru akar yang menyebabkan tanaman layu sementara dan akhirnya tanaman mati. Serangan hama yang meledak tersebut dikarenakan faktor alam, dimana lingkungan menjadi sangat lembab. Selain itu jarak tanam yang sempit yakni 40 x 30 cm, juga dapat menyebabkan serangan hama tidak bisa berhenti karena cabang-cabang tanaman kapas saling bedesakan.
(Eko, 2010).
e. Panen
Pembuahan terjadi 30 jam setelah penyerbukan. Pada waktu buah (boll) masak, kulit buah retak dan kapasnya/seratnya menjadi kering dan siap dipanen. Bagian serat terpanjang terdapat pada pucuk biji. Panjang serat bervariasi tergantung jenis dan varietasnya. Panjang serat yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm. Keterbatasan air pada periode pemanjangan serat, akan mengurangi panjang serat. 1 boll kapas ± 3,5 – 4 gram. Bentuk biji bulat telur, berwarna cokelat kehitaman dan berat biji per 100 biji sekitar 6-17 gram tergantung varietas. Serat melekat erat pada biji berwarna putih yang disebut fuzz (kabu-kabu). Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi diluarnya terdapat lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian dalam. Cabang-cabang generatif akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya 35-40% yang menjadi buah.
f. Pasca Panen
Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat) Serat kapas memiliki beberapa manfaat dan kegunaan antara lain sebagai bahan baku industri tekstil, benang, kain sebagai pakaian sehari hari dan sebagai bahan kosmetik dan medis yaitu sebagai perban atau lapisan pembalut luka dan sebagai bahan popok bayi (Wikipedia, 2010).




DAFTAR PUSTAKA

Dahrul, 2007. Budidaya Kapas. http// budidaya-tanaman-kapas-1286768724.htm. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Eko, 2010. Laporan Budidaya Kaps. http// laporan-budidaya-kapas.html. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Estu, 2009. Budidaya Tanaman Kapas. http// budidaya-tanaman-kapas.html. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Wikipedia, 2010. http//Wikipedia/Kapas.htm. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.

Tembakau dan Dampaknya

Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau kunyah, dan sebagainya. Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang. Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan. Setelah Perang Saudara Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk baru ini dengan cepat berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-20.
Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome de Las Casas, 1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.
Peningkatan konsumsi tembakau di Indonesia sejak tahun 1970 disebabkan oleh rendahnya harga rokok, peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan rumah tangga dan proses mekanisasi industri rokok. Undang-Undang Cukai menetapkan bahwa tarif cukai adalah untuk menurunkan konsumsi produk tembakau dan mengendalikan distribusinya karena produk tembakau berbahaya bagi kesehatan. Peningkatan tarif cukai tembakau adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi kerugian kesehatan dan ekonomi akibat konsumsi tembakau.
1. Konsumsi Tembakau di Indonesia

Sebanyak 57 juta penduduk Indonesia merokok:
a. Persentase penduduk yang merokok pada tahun 2004 adalah 34 persen, angka ini meningkat dari 27 persen pada tahun 1995.
b. 63 persen penduduk laki-laki merokok (meningkat dari 53 persen pada tahun 1995); penduduk perempuan yang merokok adalah 4,5 persen.
c. Dari penduduk yang mengkonsumsi tembakau, 97 persen merokok. Mayoritas perokok (88 persen) mengkonsumsi rokok kretek.
d. 78 persen perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun. Rata-rata umur mulai merokok pertama kali adalah 17,4 tahun.
e. Lebih dari 97 juta penduduk Indonesia dan 70 persen anak-anak di bawah umur 15 tahun adalah perokok pasif yang terus menerus terpapar asap rokok.
2. Dampak Konsumsi Tembakau diIndonesia
Tingginya prevalensi perokok berkontribusi secara signifikan pada kematian dini. Akibatnya memperpendek umur harapan hidup laki-laki, meningkatkan biaya kesehatan dan menurunkan produktifitas.
a. Setiap tahun 200.000 orang meninggal akibat merokok di Indonesia.2
b. 50 persen perokok aktif akan meninggal akibat penyakit yang terkait dengan tembakau.3
c. Biaya kesehatan untuk mengobati penyakit yang berkaitan dengan merokok
"RUU tersebut bukan bertujuan untuk membatasi tanaman tembakau, tetapi untuk mengatur tentang rokok, misalnya anak-anak tidak boleh membeli rokok, anak di bawah umur dilarang menjajakan rokok.
Ia mengatakan hal tersebut dalam kunjungan kerja di Kabupaten Temanggung untuk melihat langsung sistem penanaman tembakau pola Tlahap.
Hadir dalam kesempatan tersebut antara lain Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jateng, Teguh Winarno, Wakil Bupati Temanggung, Budiarto, dan sejumlah kepala satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Temanggung.
Lebih lanjut Sumaryati mengatakan, berdasarkan hasil penelitian, tembakau atau rokok merupakan penyebab timbulnya berbagai penyakit seperti jantung, pembuluh darah, dan kanker. Perokok aktif mempunyai risiko tiga kali lebih besar terserang penyakit itu ketimbang perokok pasif. Menurut dia, Indonesia termasuk ketinggalan untuk mengatur tentang rokok karena di negara lain sudah menerapkan aturan kandungan nikotin dalam rokok.
"Beberapa anggota DPR memang mengusulkan agar RUU itu bukan dampak tembakau terhadap kesehatan, tetapi dampak rokok bagi kesehatan. Namun, pembahasan ini masih panjang dan melibatkan banyak departemen," katanya.
Ia mengatakan, dampak negatif merokok perlu dipahami semua pihak dan bukan berarti rencana pembuatan UU tersebut untuk melarang petani menanam tembakau. Menurut dia penanaman tembakau model Tahap sangat menarik dan perlu dikembangkan karena dengan model diversifikasi itu, petani tembakau pendapatannya meningkat.
Mereka, katanya, selain mendapatkan hasil tembakau juga mendapat tambahan dari tanaman kopi, jagung, rumput gajah, atau tanaman lainnya. Selama ini petani tembakau banyak yang miskin, yang meraih untung adalah industri rokok. Padahal, industri rokok sekarang sudah dibeli orang asing. "Cukai yang selama ini diterima pemerintah dari pembeli, sedangkan untung dari rokok dibawa ke luar negeri karena pemiliknya orang asing," katanya.
Kebijakan tentang rokok di Malaysia, katanya. perlu dicontoh. Di negara tersebut, iklan rokok di televisi dan produk rokok menjadi sponsor olahraga, dilarang

UU Tembakau Bukan Batasi Tanaman
Sabtu, 16 Jan 2010 16:27:31 WIB | Oleh : Heru Suyitno. http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=23872

Rabu, 09 Februari 2011

Pelaksanaan Produksi Benih

PENDAHULUAN

Benih secara umum adalah istilah yang dipakai untuk bahan dasar pemeliharaan tanaman atau hewan. Istilah ini biasanya dipakai bila bahan dasar ini berukuran jauh lebih kecil daripada ukuran hasil akhirnya (dewasa). Dalam pertanian, benih dapat berupa biji maupun tumbuhan kecil hasil perbanyakan aseksual. Benih diperdagangkan tidak untuk dikonsumsi. Bidang perikanan juga memakai istilah ini untuk menyebut hewan yang masih muda yang siap dipelihara hingga dewasa.
Budidaya tanaman membutuhkan berbagai teknik untuk mengoptimalkan produksi. Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman dipelihara dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah) dipanen. Kegiatan produksi pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman. Pembibitan tanaman adalah suatu proses penyediaan bahan tanaman yang berasal dari benih tanaman (biji tanaman berkualitas baik dan siap untuk ditanam) atau bahan tanaman yang berasal dari organ vegetatif tanaman untuk menghasilkan bibit (bahan tanaman yang siap untuk ditanan di lapangan).
Pembenihan merupakan suatu proses yang penting untuk pengenmbangan pertanian. Dengan menggunakan beberapa teknik tanaman, hasil pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dari tanaman bisa diperoleh. Teknik tanaman yang akan dikembangkan meliputi berbagai teknik dari setiap aspek pembibitan dan produksi benih. Dalam teknik pembibitan dan produksi benih akan diterangkan landasan teori dan langkah kerja tentang teknik penyiapan bahan tanam berupa benih dan bibit tanaman, persiapan lahan dan penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian hama, penyakit dan gulma, pemeliharaan tanaman, perlakuan khusus pada tanaman, pembungaan dan pembuahan, pemanenan dan pascapanen.



Pelaksanaan Produksi Benih

Benih memiliki beberapa definisi, yaitu bahan tanaman untuk dikembangbiakkan, baik berupa bahan generatif maupun vegetatif (SK Menhut No. 57 Tahun 1990 tentang Benih Tanaman Hutan. Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang digunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha penanaman.
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Tidak hanya tanaman pangan saja melainkan pula tanaman perkebunan dan tanaman pakan ternak.
Tahapan perkembangan perbenihan yang telah dicapai pada saat ini berbeda antar kelompok tanaman. Secara umum, perbenihan tanaman pangan telah digarap paling dahulu dan paling maju dibandingkan dengan kelompok tanaman lainnya. Perbenihan tanaman perkebunan berada pada posisi kedua setelah tanaman pangan, sedangkan tanaman pakan dan tanaman hutan industri dan tanaman reboisasi berada pada tahap pengembangan berikutnya yang keduanya relatif sama tingkatannya.
A. Komponen dan Lingkup Kegiatan Produksi Benih
Teknik produksi benih sedikit berbeda dengan teknik produksi non-benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana aspek kemurnian genetik menentukan kelulusan dalam sertifikasinya. . Teknik budi daya ini secara internal dilaksanakan oleh penangkar benih dalam bentuk roguing dan secara eksternal dilaksanakan oleh BPSB dalam bentuk pengawasan di lapang.
Adapun teknik budi daya mulai dari pengolahan tanah hingga panen antara teknik budi daya produksi benih dan non benih secara relatif sama. Dalam kegiatan produksi benih terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan yaitu benih atau tanaman, lingkungan tumbuh atau lapang produksi dan pengelolaan atau budidaya.
Tanaman lazimnya mengalami dua tahap perkembangan yaitu vegetatif dan reproduktif. Tahap perkembangan vegetatif meliputi perkecambahan benih, pemunculan bibit, dan pertumbuhan bibit menjadi tanaman dewasa. Tahap perkembangan reproduktif meliputi pembentukan bunga, pembentukan benih, pemasakan benih dan pematangan benih. Siklus perkembangan yang lengkap pada akhirnya akan menghasilkan benih. Produk reproduktif itu disebut benih karena secara ekologis dimanfaatkan tanaman untuk melanjutkan keturunannya.
Lingkungan tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tanah atau substrat tempat tumbuh benih/tanaman, iklim atau cuaca dan makhluk biologis (hama, gulma, penyakit dan jasad bermanfaat). Tanah atau substrat tempat tumbuh merupakan komponen pemasok hara dan air yang diperlukan tanaman selain sebagai tempat hidup makhluk/komponen biologis. Komponen biologis yang dapat merugikan meliputi hama, penyakit dan gulma, sedangkan yang menguntungkan tanaman antara lain bakteri Rizhobium dan cendawan Mycorrhizae. Lingkungan tumbuh yang baik memungkinkan produksi benih yang baik pula.
Pengelolaan atau teknik budidaya tanaman untuk menghasilkan benih mencakup dua prinsip, yaitu prinsip genetik dan prinsip agronomis. Dalam prinsip genetik, teknik budidaya diarahkan untuk menghasilkan benih yang bermutu genetik tinggi, yakni benih yang sesuai dengan diskripsi varietasnya. Dalam prinsip agronomis, teknik budidaya tanaman diarahkan untuk menghasilkan benih yang bermutu fisiologis dan mutu fisik yang tinggi, selain hasilnya juga diharapkan tinggi. Pengelolaan atau teknik budidaya dimaksudkan untuk memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman.
Secara agronomis, pelaksanaan produksi benih mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Pemilihan dan Penyiapan Lahan Produksi
Untuk menghasilkan benih bermutu, tanaman harus diusahakan secara intensif pada lahan yang memenuhi persyaratan dan dikelola sesuai dengan keadaan agroklimat setempat. Lahan untuk tempat produksi benih bersertifikat harus dipilih dengan beberapa pertimbangan dan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Lahan yang subur dan ketersediaan air
Air dapat disediakan secara teknis melalui irigasi atau secara alami sebagai lahan tadah hujan. Air sangat dibutuhkan terutama pada saat tanaman memasuki masa pengisian biji (grain filling). Perlu diperhatikan pula bahwa memproduksi benih umumnya dilakukan di luar musim tanam (off-season) karena untuk memenuhi kebutuhan benih pada musim berikutnya.
b. Adaptasi tanaman/varietas terhadap lingkungan produksi
Setiap tumbuhan memiliki sebaran wilayah geografis yang berbeda-beda untuk memungkinkan mempertahankan hidupnya. Wilayah sebaran meliputi jenis tanah, iklim dan ketinggian dari permukaan laut. Ketinggian tempat tidak dapat dimanipulasi dan kesuburan tanah lebih udah dikendalikan daripada iklim. Iklim sangat sulit dikendalikan, tetapi dengan kemampuan akal manusia unsure-unsur iklim dapat diatur di dalam suatu lapang poduksi yang serba terkendali.
Produsen benih seharusnya memilih lapang produksi yang sesuai dengan tanaman yang akan diusahakan. Oleh karena itu, mutlak diperlukan pengetahuan yang memadai sehubungan dengan karakteristik dan perilaku tanaman di samping pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan hidup tanaman dan kondisi lapang produksi.
c. Sejarah pertanaman yang berkaitan dengan varietas atau spesies yang ditanam sebelumnya
Untuk menghindari percampuran varietas, sejarah lahan, yakni catatan urutan jenis dan varietas tanaman yang pernah ditanam, perlu diperhatikan. Secara umum, dalam satu lokasi lahan produksi benih tidak dapat ditanami dua varietas berbeda dari jenis tanaman yang sama secara berturut karena akan menimbulkan penyerbukan silang. Adanya tanaman voluntir juga merupakan kontaminan. Selain dari dalam lahan, percampuran dapat terjadi dari pertanaman sejenis yang berbeda varietas yang ada di sekitar lahan produksi. Cara menghindarinya dengan melakukan isolasi waktu atau isolasi jarak. Isolasi diterapkan apabila pada satu areal pertanaman terdapat kemungkinan terjadinya penyerbukan silang. Jika kemungkinan penyerbukan silang tidak terjadi maka isolasi tidak perlu dilakukan.
Dalam pelaksanaannya, isolasi sering sulit dilaksanakan karena sulit mencari lahan produksi benih yang betul-betul ideal dan mengatur keserempakan pola dan waktu tanam petani. Oleh karenanya, isolasi yang sering dilakukan yaitu menanam tanaman barier (tanaman penghalang) sehingga dapat menghemat waktu (tidak perlu isolasi waktu) dan dapat memanfaatkan ruang antara pertanaman. Adapun upaya untuk menghindari percampuran varietas dari dalam lahan produksi, dilakukan rouging (pencabutan tanaman voluntir/tindakan seleksi dengan membuang bibit atau tanaman yang mempunyai tipe simpang atau sakit).
d. Rotasi tanaman
Rotasi ini bertujuan untuk mengurangi hama penyakit, tanaman voluntir dan memanfaatkan tanaman yang masih tersisa atau yang ditinggalkan oleh tanaman sebelumnya.
e. Kemudahan akses untuk informasi dan transportasi yang kaitannya nanti dalam menunjang berbagai pemberian masukan ke lapang produksi dan pemasaran.
Lahan untuk produksi benih peru disiapkan demgan pengolahan tanah dengan tujuan untuk menggemburkan, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas organisme tanah, serta menciptakan aerasi yang baik. Selain itu, pengolahan tanah dapat juga bermanfaat dalam mengendalikan gulma dan membebaskan lahan dari sisa-sisa tanaman atau benih tanaman yang ada. Untuk itu, hendaknya cukup tersedia waktu antara saat pengolahan tanah dan waktu tanam sehingga benih gulma dan tanaman dari pertanaman sebelumnya tumbuh dan dapat dicabut.
Proses penyiapan polybag untuk pembibitan dimulai dengan menentukan komposisi media pembibitan. Pada umumnya komposisi media yang diharapkan adalah mempunyai kandungan hara makro dan mikro, mangandung bahan organik, aerasi baik dan dapat menyimpan air dengan efisien. Untuk media pembibitan para petani penangkar benih biasanya menyiapkan komposisi media tanah: kompos (1: 1).
Media tanah dan kompos yang telah disiapkan harus dicampur dengan merata agar kondisi media tanam seragam baik secara fisik, kimia dan biologis. Para petani pengangkar biasanya melakukan pencampuran sebagai berikut: karung tanah dicampur satu karung kompos lalu diaduk sampai rata, kegiatan ini dilakukan berulang-ulang sampai volume media tanam diperkirakan mencukupi untuk mengisi polybag.
Media tanam kemudian diisikan ke polybag. Para petani biasanya menyiapkan kotak kayu untuk memberdirikan polybag atau kaleng atau botol plastik. Polybag dibuka mulutnya dan setelah polybag berdiri pada tempatnya, maka media pembibitan disiramkan ke atas polybag terbuka sampai penuh, kemudian masing-masing polybag dirapikan dan disiram dengan air.
2. Penumbuhan tanaman
Penumbuhan tanaman adalah proses dimana benih mengalami perkembangan sampai siap dipanen dengan berbagai perlakukan. Perlakuan yang dilakukan untuk menumbuhkan tanaman yaitu dengan penanaman dan pemeliharaan tanaman. pada penanaman ini biasanya dilakukan persemaian atau pembibitan. Pada pembibitan kultivar hybrid (F1) biasanya benih disemai dalam barisan telah ditetapkan sebelumnya. Persemaian biasanya dilakukan dengan menbuat bedengan-bedengan, lokasi pembuatan bedengan sebaiknya di dekat lokasi penanaman agar mudah melakukan pemindahan (transplanting).
Beberapa alasan sehingga perlu dilakukan persemaian dan pembibitan terlebih dahulu sebelum ditanam ke lapang :
a. Kesulitan mempersiapkan bedengan semai secara langsung di lapang
b. Tanaman biasanya memerlukan naungan untuk menghindari sengatan matahari, angin dingin dan hujan badai
c. Memudahkan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman saat stadium bibit
d. Dapat lebih memperpanjang musim tanam
e. Reguing dapat dilakukan lebih awal
f. Untuk mendapatkan tanaman yang lebih seragam
g. Karena harga benih mahal
h. Dapat lebih menghemat waktu dan tenaga kerja pada fase awal produksi
Kebutuhan benih yang ditanam per hektar juga harus diperhatikan karena mampu menentukan kerapatan populasi tanaman. Kerapatan tanaman mempengaruhi intensitas cahaya dan kebutuhan air yang diperlukan tanaman. Kerugian dari persemaian tanaman dengan kerapatan tanaman yang rendah tidak mampu berkompetisi dengan gulma sehingga tanaman tidak bisa matang secara seragam.
Setelah benih matang maka dilakukan pemindahan atau transplanting yang terdiri dari dua kegiatan yaitu pencabutan dan penanaman kembali bibit di lapangan. Beberapa manfaat dilakukan transplanting adalah :
a. Bahan kimia untuk pengendalian hama dan penyakit dapat diberikan ketika bibit dalam fase pembibitan
b. Bibit tersebut dapat diseleksi lebih dulu sehingga seragam sebelum dipindahtanamkan
c. Pemeriksaan terhadap tanaman dapat dilakukan secara lebih intensif agar didapatkan bibit yang baik
Setelah dilakukan pencabutan maka dilakukan penanaman langsung di lapangan. Benih biasanya ditanam dalam barisan-barisan dengan dibenamkan pada dalam lubang tanam. Penanaman menggunakan lubang bermanfaat untuk mengurangi kebutuhan benih, tanaman yang tumbuh terdistribusi dengan merata, memungkinkan pengendalian gulma dengan penanaman sisipan, menyediakan jalur untuk rouging dan inspeksi tanaman. Jarak tanaman pada penanaman di lapang juga harus diperhatikan. Jarak terbaik tanaman tergantung pada kebiasaan tumbuh dan penyebaran lateral sistem perakaran. Selain itu, pengaturan jarak tanaman mampu menyesuaikan intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman.
Pemeliharaan tanaman sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam pemeliharaan tanaman adalah :
1. Penjarangan
Tujuan dari penjaringan sendiri yaitu untuk memproleh kerapatan dari tanaman itu sendiri supaya hasilnya lebih optimum per satuan luas.
2. Pendangiran
Pendangiran adalah kegiatan menggemburkan tanah yang bertujuan untuk menghindari pemadatan tanah di sekitar tanaman dan membersihkan lahan dari gulma. Sebaiknya pendangiran dilakukan seperlunya saja dan jangan terlalu dalam agar tujuan pembersihan gulma tercapai.
3. Pengendalian Gulma
Gulma adalah tanaman yang mampu mengganggu tanaman budidaya. Gulma merupakan pesaing tanaman dalam memperoleh air, cahaya dan unsure hara serta inang dari hama dan penyakit tertentu. Pertumbuhan gulma juga sngat tidak terkendali untuk itu gulma harus dikendalikan. Gulma dapat dikendalikan dengan berbagai cara aantara lain adalah drainase, penggenangan, rotasi tanaman, penggunaan pupuk, penyemaian, dan penggunaan herbisida.
Pada dasarnya gulma merupakan tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin unsur hara sampai tempat yang kaya unsur hara. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Banyak batasan pengertian tentang gulma, tetapi secara umum gulma dapat didefinisikan sebagai kelompok jenis tumbuhan yang hidupnya atau tumbuhnya tidak dikehendaki oleh manusia karena dianggap mengganggu dan bisa merugikan hasil tanaman yang dibudidayakan.

4. Irigasi
Irigasi atau pengairan dilakukan untuk menghindari kekurangan air pada tanaman. Kebutuan air pada tanaman yang baru dan lama ditanam berbeda. Tanaman baru biasanya memerlukan pengairan lebih sering daripada yang sudah mantap pertumbuhannya.
5. Pemupukan
Tanaman dalam fase perkembangan vegetative memerlukan hara mineral yang cukup, salah satu cara untuk mencukupi asupan hara bagi tanaman dengan pemupukan. Penggunaan pupuk hendaknya terbatas karena bila terlalu berlebih malah membuat produksi benih tidak maksimal.
6. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Salah satu faktor penghambat yang perlu dipertimbangkan selain benih yang baik adalah serangan hama dan penyakit. Untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit, sebelumnya harus mengenal dan memahami jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman tersebut. Biasanya serangan hama dan penyakit dalam pertanaman dipengaruhi sedikit banyak oleh iklim dan kehadiran mereka dalam tanah.
Metode pengendalian hama dan penyakit yang sama dipergunakan seperti pada petanaman untuk pangan dan pakan. Penguburan sisa-sisa tanaman dengan pembajakan dan rotasi tanaman bisa mengurangi resiko penyakit terbawa dari tanaman musim sebelumnya. Perawatan benih dan penyemprotan insektisida merupakan praktek yang lazim, tetapi tambahan insektisida khusus kadang-kadang perlu untuk tanaman benih. Resiko penggunaan insektisida terhadap serangga penyerbuk harus selalu diperhatikan.
7. Penegakan Lanjaran dan Para-Para
Lanjaran diperlukan oleh tanaman tertentu yang merambat ke atas seperti kacang panjang, mentimun, dan paria. Lanjaran harus kuat karena untuk menompang tanaman, panjang dan posisinya juga harus disesuaikan dengan masing-masing kebutuhan tanaman. Para-para juga diperlukan untuk spesies tertentu. Lanjaran dan para-para yang lebih kuat diperlukan jika tanaman menghasilkan bauh yang ukurannya besar, seperti labu air, labu siam, dan bligo.
8. Pemangkasan
Pemangkasan diperlukan untuk tanaman-tanaman tertentu guna menghasilkan tajuk yang tinggi. Tomat dan kangkung misalnya merupakan tanaman yang memerlukan pemangkasan. Dalam prduksi benih rumput-rumputan, pemangkasan sering dilakukan untuk keperlluan mengatur pembungaan dan juga mengatur produksi benih.
9. Membantu Penyerbukan
Penyerbukan kadang-kadang perlu dibantu, terutama untuk tanaman-tanaman yang membutuhkan bantuan serangga saat proses penyerbukannya. Praktek demikian merupakan hal-hal yang lumrah dilaksanakan khususnya pada Negara-negara maju, misalnya dengan memanfaatkan bantuan lebah yang diternak.
10. Perlindungan Tanaman dari Kontaminan Serbuk Sari Lain.
Kontaminasi serbuk sari selain berasal dari tanaman-tanaman yang ada di dalam kebun produksi juga bisa dapat berasal dari tanaman-tanaman yang berasal dari luar kebun produksi benih yang sedang kita tangani. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap sekeliling kebun, produksi benih, khususnya pada saat sebelum dan selama pembungaan. Dengan demikian diharapkan kontaminasi serbuk sari dari luar areal produksi benih bisa dikurangi.
3. Pemanenan Tanaman
Pemanenan harus dilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat agar daya simpan benihnya tinggi. Saat terbaik untuk melaksanakan panen bagi tanaman-tanaman yang ditanam untuk menghasilkan benih adalah pada saat tanaman menghasilkan benih bermutu tinggi dalam jumlah yang maksimum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tuingkat produksi benih dapat berasal dari lingkungan manapaun dari tanaman itu sendiri. Beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian agar produksi dapat lebih tinggi antara lain :
1. Tegakan tanaman yang tumbuh baik dan seragam
2. Proses pematangan tanaman berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu lama, tetapi juga tidak terlalu pendek
3. Tingkat kebersihan penyerbukan dan pembuahan yang tinggi sehingga dapat terbentuk rangkaian buah yang baik.
A. Penentuan Saat Panen
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan saat panen antara lain adalah jumlah dan mutu benih yang dihasilkan. Terkadang, terdapat petani yang melakukan penundaan saat panen benih dengan pertimbangan agar jumlah benih yang dihasilkan dapat lebih baik, mengingat pada fase masak fisiologis biasanya benih masih memiliki kadar air yang terlalu tinggi untuk dipanen. Namun, penundaan yang terlalu lama di lapangan juga dapat meningkatkan kehilangan benih dan menurunnya mutu benih yang terlalu ekstrim karena cuaca di lapangan yang sangat berfluktuasi antara hujan dengan cerah. Laju pengeringan batang, polong, benih atau rangkaian benih secara alamiah akan lebih dipercepat apabila keadaan lingkungan panas dan kering.
Pada awal proses pengeringan, benih masih menempel pada tanaman induknya, dan pengeringan dirangsang dengan cara alami, yakni dengan menggunakan sinar matahari dan angin. Pada proses selanjutnya, petani dapat menggunakan cara alami atau buatan, tergantung pada fasilitas yang dimiliki. Walaupun demikian, kehilangan kadar air harus dipandang sebagai suatu proses yang menentukan mutu akhir dari benih yang dihasilkan.
Jika benih dipanen sebelum fase pemasakan, maka ukuran benih belum cukup memadai dan benih akan menjadi keriput pada saat pengeringan. Selain itu, benih juga akan sulit untuk dipisahkan pada saat perontokan, sulit dikeingkan, tidak tahan simpan, dan dalam masa perkecambahannya akan memiliki vigor yang rendah.
Sedangkan jika benih dipanen setelah benih masak pada tanaman, maka sebagian benih akan hilang karena rontok, rebah, atau akan dimakan serangga maupun burung. Benih yang tetap pada tanaman akan terlalu kering dan mudah pecah, bahkan sangat mudah pecah selama perontokan, disamping akan mundur dalam kapasitas perkecambahan dan vigornya akibat deraan cuaca. Sebagai contoh, pada tanaman jenis polong-polongan akan menyerap air dalam jumlah yang banyak saat terjadi hujan lebat dan akan mempertahankannya untuk beberapa waktu.
B. Sistem Panen
Sistem panen dapat dilakukan dengan menggunakan dua tahap, yaitu tahap pemotongan dan tahap perontokan. Pemotongan merupakan suatu proses pemisahan antara bagian batang dan beberapa daun tanaman yang mengandung benih dengan bagian dasar tanaman. Sedangkan perontokan merupakan proses pemisahan benih dengan bagian tanaman yang telah dipotong sebelumya.
Pada beberapa spesies tanaman, benih dipanen dengan cara pemetikan menggunakan tangan. Praktek ini dilakukan pada pertanaman sayuran yang benihnya tidak matang sekaligus. Contohnya adalah pada tanaman kapas, kacang gude, wortel, dan beberapa kultivar Pennisetum.
Di samping pemetikan dengan tangan, terdapat dua sistem panen yang lazim, yaitu pemotongan dan perontokan sebagai dua operasi yang terpisah, dan kombinasi kedua operasi itu. Keunggulan dari kedua sistem itu tergantung pada tiga faktor, yaitu efektivitas pengeringan alami, kehilangan yang diakibatkan oleh rontok dan tingkat kerusakan mekanis benih. Kerusakan mekanis dapat disebabkan oleh kegagalan dalam pemasangan alat perontok, tetapi sifat dan besaran kerusakan dipengaruhi oleh kadar air benih. Jika benih terlalu basah, benih terhancur atau jaringan-jaringannya menjadi memar, jika terlalu kering benih mudah menjadi retak.

1. Pemotongan dan Perontokan
Pada umumnya, pemanenan dilakukan dengan cara memotong tanaman dan membiarkannya sampai kering di lapangan. Pemotongan ini dapat dilakukan secara alami dengan tenaga manusia, yaitu dengan menggunakan sabit atau pisau. Setelah benih cukup kering, kegiatan perontokan dapat segera dilaksanakan.
Dalam beberapa spesies tanaman, jaringan batang dan daun berangsur-angsur menguning, dan ketika benih matang jaringan ini mati atau hampir mati. Tanaman dipotong sebelum benih mulai rontok, dan diikat ke dalam berkas-berkas ikatan. Setelah dikeringkan secara alami, ikatan-ikatan terebut diangkut ke tempat perontotkan atau ditimbun sebelum waktu perontokan. Contoh tanaman yang biasanya menggunakan metode ini adalah jenis serealia berbenih kecil, rumput-rumputan yang tumbuh tegak, dan beberapa jenis kacang-kacangan.
Pada spesies tanaman lain, sementara benih menjadi matang, batang dan daun masih tetap hijau, dan massa bahan-bahan vegetatif harus dilayukan dengan mengeringkan di bawah cahaya matahari atau diangin-anginkan. Dalam tanaman-tanaman ini, tanaman yang telah dipotong dibiarkan tersebar dalam bentuk barisan-barisan (windrow), atau timbunan kecil, atau bahkan disusun pada rak-rak dalam keadaan basah. Jika cukup kering untuk perontokan, bahan diangkut ke mesin perontokan statis, atau diambil dari windrow dan dirontok dengan combine harvester. Ini merupakan metode yang lazim untuk tanaman-tanaman rerumputan dan banyak kacang-kacangan.
2. Pemanenan Langsung dengan Combine
Pemanenan dengan combine adalah memanen padi dengan merontokkan batang dan daun secara langsung. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Metode ini biasanya digunakan pada pemanenan serealia dalam skala besar. Dalam pemanenan system combine terdapat dua jenis alat yang digunakan, yaitu:
a. Head-feed type combine harvester
Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Combine jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi.
b. Standard type combine harvester
Mesin panen padi jenis ini adalah mesin yang dikembangkan di Amerika dan Eropa, yang dipergunakan juga untuk memanen gandum. Padi yang dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan. Gabah hasil perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas permukaan tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding type).
Dalam memanen dengan cara combine diharapkan tanaman dalam keadaan kering. Pengeringan pada tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama pengeringan tanaman secara manual dengan membiarkan tanaman mengering dengan sendirinya antara 3-10 hari. Kedua, pengeringan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan bahan kimia seperti:
1) Desikan
Bahan kimia ini dapat merusak membran sel dan menyebabkan kematian jaringan hijau.
2) Defolian
Bahan ini dapat menyebabkan penglepasan etilen dalam daun.
3) Sterilan tanah
Bahan tersebut dapat merusak akar dan menghentikan pengambilan air.
Dari kesemua bahan kimia tersebut Desikan adalah bahan paling efektif untuk digunakan namun harganya mahal dan berdampak negative berupa perubahan warna serta perkecambahan yang terjadi jelek.
Guna mendapatkan benih yang baik hendaknya penyemprotan pembungaan dilakukan tidak lama sebelum pemasakan dengan menggunakan resin plastik yang larut air. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah gugurnya benih secara fisik ketika matang sehingga pemanenan dapat dilakukan sampai beniih matang sepenuhnya. Adapun kekurangan pemanenan dengan metode ini adalah pemanenan hanya dapat dilakukan apabila benih dalam keadaan matang. Untuk mengatasi masalah tersebut telah ditemukan 2 metode baru, yaitu:
a. Pemanenan menggunakan mesin bergerak melalui pertanaman sambil memukul/ menggosok perbungaan untuk melepaskan benih yang matang dan menyisakan benih yang belum matang pada pohon/ tanaman.
b. Pemanenan menggunakan metode yang memungkinkan benih rontok ke atas tanah dan kemudian mengambilnya dengan mesin Sunction Harvester.
c. Pengaruh Panen Terhadap Daya Simpan Benih
Penyimpanan dilakukan untuk benih yg tidak langsung dipakai (karena kelebihan ataupun memang hrs disimpan dahulu sebelum ditanam). Untuk menghambat deteriorasi (kemunduran), harus disimpan dengan metode tertentu agar benih tidak mengalami kerusakan/penurunan mutu. Kondisi benih saat dipanen memiliki pengaruh yang sangat menentukan terhadap daya simpan.
Benih yang dipanen sebelum benih itu masak tidak dapat disimpan dalam waktu lama. Cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan penggantian benih basah dan kering sebelum dan selama benih dipanen. Misalnya benih kedelai yang masak dalam cuaca hangat memiliki kadar air antara 11% - 20%. Adapun pengaruh dari cuaca basah adalah meningkatkan jumlah dan berkembangbiakan spora cendawan yang terbawa ke dalam penyimpanan.tujuan utama dari penyimpanan benih adalah:
- Untuk mengawetkan cadangan makanan dari musim ke musim
- Memperthankan viabilitas benih
- Melindungi benih dari penyebab kemunduran viabilitas benih
- Penyimpanan benih bermakna ekonomis / saat pemasaran yang tepat
- Perkembangan teknologi genetika, penyimpanan jangka panjang
Beberapa penyebab hilangnya viabilitas selama penyimpanan adalah kerusakan mekanis yang terjadi ketika pemanenan ataupun pada pengolahan berikutnya. Contoh; pengupasan kacang tanah atau pemanenan jagung dengan mesin pipil. Semua ini dapat terjadi karena kesalahan dalam menyetelan mesin combine harvester/ perontokan. Pada jagung 70%benih rusak setelah pemipilan pada kadar air 8%. Pengaruh dari kerusakan adalah terdapatnya luka pada embrio sehingga cendawan mudah masuk selama proses penyimpanan. Kerentanan terhadap keusakan dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk benih serta sifat-sifat lain. Benih dengan bentuk bulat lebih penyimpanannya lebih tahan lama dari benih gepeng. Benih dengan ukuran besar (kacang-kacangan) dan benih beradikula menonjol (sorgum, kacang tanah dll) lebih mudah mengalami kerusakan, begitu pula dengan benih berminyak akan lebih rentan rusak dari pada benih lainnya.
Faktor terpenting dalam penyimpanan benih adalah kadar air benih ketika akan disimpan.Untuk mendapatkan kadar air benih yang sesuai setelah pemanenan dilakukan pengeringan. Apabila benih tidak dikeringkan dengan seragam, maka kadar air mungkin akan terlalu tinggi pada titik terisolasi di dalam peyimpanannya sehingga menyebabkan kemunduran benih yang kemudian merata pada seluruh benih di tempat penyimpanan. Selain itu daya simpan benih juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti:
1) Pengaruh Genetik
Variasi Antar spesies; berupa Benih umur panjang (Barley dan Oats) dan benih umur pendek (Selada, bawang, kacang tanah)
2) Pengaruh Kondisi Sebelum Panen
Erat kaitannya dengan kondisi lingkungan tumbuh/ lapangan selama perkembangan benih (suhu, intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, unsur hara, cekaman biotik/ abiotik). Tingkat kemasakan benih/ optimal (cadangan makanan, kesehatan, viabilitas benihnya). Kondisi benih waktu masih di lapangan, selama prosesing, cara dan tempat penyimpanan
3) Pengaruh iklim terhadap umur/ masa simpan benih
 Faktor lingkungan yang paling dominan pengaruhnya
 Cuaca berpengaruh terhadap kondisi fisik benihnya (pecah, luka dan kerapuhan bagian pelindung/ kulit benihnya).
 Pengaruh iklim terhadap proses perkembangan/ pemasakan benihnya
 Hujan sebelum panen dapat memacu perkecambahan
4. Penaganan Benih agar Siap Salur
Benih saat sudah siap salur harus disimpan agar tetap terjaga kelembabannya maupun proses perkecambahannya. Teknik penyimpanan benih siap salur harus dilakukan sesuai dengan sifat daya simpan benih yang diproduksi. Terdapat dua pengelompokkan benih menurut daya simpannya, yaitu: tipe ortodoks (memerlukan kadar air yang rendah untuk penyimpanannya) dan tipe rekalsitran (memerlukan kadar air yang tinggi untuk penyimpanannya).
Rumusan tentang pengaruh temperatur dan kadar air benih terhadap daya simpan benih yaitu sebagai berikut : (1). Jumlah angka kelembapan dalam % dan temperatur dalam F tidak boleh melampaui angka 100 untuk penyimpanan benih selama 3-10 tahun. Untuk penyimpanan benih <3 tahun, angka tersebut boleh sampai 120 dengan catatan tingkat kelembapan udara tidak melebihi 60 f. (2). Daya hidup benih menjadi setengahnya jika temperatur dinaikkan 5 c. Hal ini berlaku bila tempat penyimpanan dengan kelembapan 20-70% dan temperatur 0-50 C. (3). Daya hidup benih menjadi setengahnya jika kadar air benih ditingkatkan 1% untuk kisaran benih berkadar air 5-14%.
Gas yang berpengaruh terhadap aya simpan benih di penyimpanan ntara lain oksigen (O2), karbon ioksida (CO2), dan nitrogen (N2). emakin tinggi kadar O2 di ruang penyimpanan, daya hidup benih akan semakin turun. Meningkatnya kadar CO2 dapat meningkatkan daya simpan benih bawang merah. Nitrogen dapat mempercepat kemunduran benih bawang merah dan sawi (Nurwardani, 2008).
Cara penyimpanan benih ada dua sistem yaitu penyimpanan terbuka dan penyimpanan terkendali. Sistem penyimpanan terbuka berarti tidak ada perlakuan terhadap kondisi lingkungan ruang penyimpanan. Daya simpan benih tergantung pada kondisi daerah penyimpanan. Di daerah dengan iklim yang lembap dan temperatur tinggi, daya simpan benih akan cepat menurun. Di daerah dengan iklim kering dan dingin, benih bisa tahan lama disimpan. Pada sistem penyimpanan ini, biasanya benih dikemas dengan wadah yang tidak kedap, seperti kain blacu, karung goni, kertas semen, dan bahan porus lain. Sistem penyimpanan ini hanya cocok untuk benih yang disimpan dalam jangka pendek (<3 bulan). Pada sistem penyimpanan benih terkendali, lingkungan ruang penyimpanan dikontrol atau dikendalikan sedemikian rupa sehingga daya hidup benih dapat dipertahankan sesuai dengan keinginan (lama yang diinginkan).
B. Klasifikasi dan Sistem Produksi Benih
Benih sumber atau benih yang akan digunakan untuk memproduksi benih haruslah bermutu tinggi dan jelas asal-usulnya. Syarat mutu bagi benih bersertifikat antara lain murni (sesuai dengan sifat-sifat induknya), sehat (bebas dari hama maupun penyakit), bersih (bebas dari kotoran maupun campuran varietas lain), dan memiliki daya tumbuh yang tinggi. Benih sumber yang digunakan dalam produksi benih harus berasal dari kelas yang lebih tinggi seperti dalam sistem alur perbanyakan mono generation flow atau poly generation flow.
Berdasarkan fungsi dan cara produksi, benih terdiri atas benih inti (nucleous seed), benih sumber, dan benih sebar. Benih inti adalah benih awal yang penyediaannya berdasarkan proses pemuliaan dan/ atau perakitan suatu varietas tanaman oleh pemulia pada lembaga penyelenggara pemuliaan (Balai Penelitian Komoditas). Benih inti merupakan benih yang digunakan untuk perbanyakan atau menghasilkan benih penjenis (Breeder Seed/BS).
Benih sumber terdiri atas tiga kelas, yaitu benih penjenis (BS/ Breeder Seed), benih dasar (BD/ Foundation Seed/FS), dan benih pokok (BP/ Stock Seed/SS). Benih penjenis merupakan perbanyakan dari benih inti yang selanjutnya akan digunakan untuk perbanyakan benih kelas-kelas selanjutnya, yaitu benih dasar dan benih pokok.
Uraian dari masing-masing kelas benih adalah sebagai berikut:
1. Benih Penjenis (Breeder Seed/BS)
Benih penjenis adalah benih sumber yang diproduksi dan dikendalikan langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan atau diberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut. Saat ini benih penjenis dikelola oleh UPBS di Balai Penelitian Komoditas, misal untuk kedelai di Balitkabi. Dalam sertifikasi, benih penjenis dicirikan oleh label berwarna putih (rencana menjadi warna kuning) yang ditandatangani oleh pemulia dan Kepala Institusi penyelenggara pemuliaan tersebut. Benih penjenis digunakan sebagai benih sumber untuk produksi atau perbanyakan benih dasar (FS/BD).
2. Benih Dasar (BD/ Foundation Seed/FS)
Benih dasar adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsen benih (BBI, BPTP, perusahaan benih BUMN/swasta yang profesional) dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu). Benih dasar merupakan benih sumber untuk perbanyakan/produksi benih pokok. Karena benih dasar merupakan turunan pertama (F1) dari benih penjenis. Benih ini diproduksi dan diawasi secara ketat oleh pemulia tanaman sehingga kemurnian varietasnya dapat dipertahankan. Benih dasar ini diberi label sertifikasi berwarna putih.
3. Benih Pokok (BP/ Stock Seed/SS)
Benih pokok merupakan F1 dari benih dasar atau F2 dari benih penjenis. Benih pokok adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsen penangkar benih di daerah dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu) dan diberi label sertifikasi berwarna ungu.
4. Benih Sebar (BR/ Extension Seed/ES)
Benih sebar (BR/ Extension Seed/ES) disebut benih komersial karena merupakan benih turunan dari benih pokok, yang ditanam oleh petani untuk tujuan konsumsi. Benih pokok dan benih sebar umumnya diperbanyak oleh Balai Benih atau penangkar benih dengan mendapatkan bimbingan, pengawasan dan sertifikasi dari BPSB. Benih sebar diberi label sertifikasi berwarna biru. Untuk benih palawija, selain benih sebar berlabel biru juga terdapat benih sebar berlabel hijau yang merupakan keturunan dari benih sebar berlabel biru.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih bermutu yang terus meningkat, sementara jumlah benih bermutu yang beredar belum sesuai dengan yang dibutuhkan maka dimungkinkan untuk diproduksi benih berlabel merah jambu (LMJ). Pengadaan benih LMJ tidak melalui proses sertifikasi, tetapi tetap memenuhi standar laboratorium untuk pelabelan.
Selain dengan pengkelasan benih, upaya pemenuhan kebutuhan benih bersertifikat juga dilakukan dengan strategi alur perbanyakan benih yang terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Perbanyakan Tunggal
Benih dengan indeks penangkaran tinggi menggunakan pola alur perbanyakan tunggal, seperti padi dan jagung. Pada sistem alur perbanyakan benih alur tunggal, tiap kelas benih diperbanyak untuk menghasilkan kelas benih di bawahnya sehingga F3 dari benih penjenis adalah kelas benih sebar
b. Perbanyakan Ganda
Adapun benih yang memiliki indeks penangkaran rendah dapat menggunakan pola alur perbanyakan ganda seperti pada kedelai. Pada sistem alur perbanyakan ganda, setiap kelas benih dapat diperbanyak untuk menghasilkan kelas benih yang sama dengan maksimal generasi diperbanyak 4 kali. Dengan demikian, F3 dari kelas benih penjenis bukan benih sebar, melainkan benis penjenis ke-3 yang dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan kelas benih penjenis ke- 4 atau kelas benih dasar.
c. Perbanyakan Transisi
Ada juga sistem alur perbanyakan transisi dalam perbanyakan benih kacang-kacangan. Pada sistem alur perbanyakan ini, benih diperbanyak secara alur generasi tunggal sampai dengan kelas benih pokok dan selanjutnya benih diperbanyak secara alur ganda untuk menghasilkan kelas benih sebar. Hal ini pun diterapkan dengan pertimbangan kebutuhan benih di lapang sehingga tidak perlu benih F4.



PENUTUP


Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Tidak hanya tanaman pangan saja melainkan pula tanaman perkebunan dan tanaman pakan ternak.
Pembenihan merupakan suatu proses yang penting untuk pengenmbangan pertanian. Dengan menggunakan beberapa teknik tanaman, hasil pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dari tanaman bisa diperoleh. Teknik tanaman yang akan dikembangkan meliputi berbagai teknik dari setiap aspek pembibitan dan produksi benih. Benih juga menjadi salah satu faktor produksi penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Sebab, benih sebagai titik awal penentuan kualitas dan kuantitas produksi. Ketersediaan benih bermutu secara cepat dan tepat serta memadai salah satu persyaratan dalam usaha peningkatan produktivitas panen. Sayangnya, meski mengklaim sebagai negara agraris, Indonesia masih kalah ketimbang negara tetangga seperti India, Thailand, dan Malaysia.



















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pasca Panen Padi. http:// diperta-ntb/Juklak/pasca_panen_padi.htm. Diakses pada tanggal 7 September 2010.
Mugnisjah, W. Q dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Nurwadani, P. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 2 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Rukmana, R. dan S. Saputra, 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta.
Saepudin. 2009. Pemanenan dengan mesin combine dan reaper. http://saepudin-keinginanuntukmaju.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 September 2010.
Sipayung .1990. Virus (Entomopatogen), Sarana Pengendalian Biologis Hama Daun Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Marihat : Pematang Siantar.