Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...

Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya

Senin, 15 November 2010

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH

A. PENDAHULUAN
Penanganan benih perlu dilakukan secara khusus dan serius. Kelalaian atau keterlambatan dalam penanganan benih akan menyebabkan daya kecambah menurun atau bahkan benih mati. Penanganan benih mencakup kegiatan pemanenan, pengeringan, pemilahan, pelakuan benih, pengemasan, penyimpanan, dan pengujian. Penanganan benih perlu memperhatikan kelompok benih seperti benih ortodoks atau rekalsitran (benih yang tidak tahan desikasi) atau intermediate (semi-rekalsitran). Melalui cara panen dan penanganan benih yang optimal, mutu fisiologis benih dapat dipertahankan lebih lama (Sukarman dan Maharani Hasanah, 2003). Produksi benih sendiri bisa dengan cara persilangan pada tanaman tersebut. Sama dg produksi biji, tetapi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan BPSB yang telah memberi persyaratan untuk kelas benih tertentu.Hal ini sesuai dengan tujuan dari produksi benih adalah :
1. Menyebarkan varietas unggul baru hasil pemuliaan untuk produksi secara komersial
2. Mempertahankan identitas genetik (mengenai kebenaran, kemurnian, dan kemantapan) varietas unggul tersebut
3. Menjaga dan memelihara produktivitas varietas unggul
Produksi benih merupakan salah satu cara untuk mempertahankan atau mewariskan kekuatan (viabilitas, vigor suatu benih) yang dimiliki tetua kepada anaknya. atau menciptakan suatu kekuatan baru yang lebih baik dari yang sudah ada baik dari segi kualitas maupun harga. Benih suatu tanaman atau varietas tanaman tersebut. Sehingga setiap benih harus memiliki kualitas yang baik.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam produksi benih, kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih tersebut. Karena selain nutrisi dan budidaya tanaman yang tepat pada suatu tanaman, faktor-faktor ini pun perlu diketahui. Dengan mengetahui faktor-faktor ini maka kita dapat mengetahui pula proses fisiologi suatu tanaman.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih terdiri dari eksternal dan internal. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Perubahan tanaman dari fase vegetative (terutama ketika tanaman menghasilkan daun-daun) menjadi fase reproduktif (ketika tanaman menghasilkan kuncup bunga, bunga dan benih) tergantung pada rangsangan eksternal. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki fase reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Oleh karena itu terdapat beberapa rangsangan eksternal untuk menyebabkan perubahan itu terjadi. Berikut adalah unsur-unsur eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Iklim
a. Cahaya
Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses fotosintesis dan pembungan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang (Heru, 2009).
Cahaya sebagai sumber energi dan terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor penting, yaitu :
1. Intensitasnya
Intensitas cahaya matahari suatu tempat tergantung dari ketinggian temapt tersebut, semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya kan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah.
Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Sedangkan dalam perkeambahan cahaya berperan sebagai faktor pengontrol perkecambahan. Secara alami suatu biji yang sudah masak makan terlepas dari pohonya dan jatuh ke tanah dan berkecambah dalam kondisi yang berbeda-beda. Kebanyakan biji-biji atau benih akan berkecambah dengan cahaya maupun tanpa cahaya. Pemberian cahaya pada benih dengan cahaya merah akan merubah Fm dalam biji menjadi Fim dan benih akan berkecambah dengan cepat. Berbeda dengan pengaruh intensitas radiasi yang terkait fotosintesis yaitu ketika klofofil memegang peranan penting karena di dalam kualitas radiasi matahari fitokrom merupakan senyawa yang menentukan sifat morfogenetik tanaman. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui alasan mengapa biji gulma tidak dapat berkecambah jika kanopi tanaman menutupi sempurna.
2. Kualitasnya
Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak semuanya dapat dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali. Kualitas cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak selalu konstan namun bervariasi dari musim ke musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi udara di atmosfer.
Pengertian cahaya berkaitan dengan radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya sebagian kecil saja yang diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua, yaitu yang bergelombang panjang (long wave radiation) dan yang bergelombang pendek (short wave radiation). Batas terakhir dari radiasi gelombang pendek adalah radiasi ultraviolet, sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah sinar inframerah. Radiasi dengan panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah yang digunakan untuk proses fotosintesis.
Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya cahaya tersebut tersaring oleh beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan kembali ke angkasa luar. Cahaya matahari gelombang pendek tersaring dan diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer, sedangkan cahaya gelombang panjang tersaring oleh uap air di udara, cahaya gelombang panjang lainnya dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan dan lapisan debu di atas permukaan bumi.
Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak diselidiki, dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya biru saja daunnya akan berkembang secara normal, namun batangnya akan menunjukkan tanda-tanda terhambat pertumbuhannya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya kuning saja, cabang-cabangnya akan berkembang tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang panjang dan daunnya kecil-kecil. Dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan merah memegang peranan penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
3. Fotoperiodesitasnya
Seperti halnya faktor temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu ber-cahaya. Di daerah tropis dengan intensitas yang tinggi fotooksidasi lebih kecil dibandingkan di daerah sedang karena itu foto respirasinya cepat. Hal ini mengakibatkan sintesis protein berkurang (Campbell, NA. 2002).
Kita ketahui bahwa panjang gelombang distribusinya dari pagi-sore berbeda. Pada pagi hari kebanyakan panjang gelombang pendek dan semakin sore panjang gelombang pendek berkurang dan panjang gelombang panjang bertambah. Oleh karena itu fotosintesis paling efektif sesudah siang hari (Anonimb, 2010).
Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik semakin ke kutub panjang penyinaran matahari semakin panjang. Dalam hal ini kita mengenal tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
a. Tanaman hari panjang : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
b. Tanaman hari pendek : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
Kini terdapat penggolongan tambahan sebanyak empat jebi, yaitu tanaman yang berhari panjang-pendek (long short-day, yang memerlukan hari panjang sebelum hari pendek), tanaman berhari pendek-panjang (short long day, yang memerlukan hari pendek sebelum hai panjang), stenofotoperiodik (yang memerlukan panjang hari medium) dan amfifotoperiodik (yang memerlukan hari panjang atau hari pendek tetapi bukan hari medium) (Mugnisjah, 2004).
Kelompok Tnm hari pendek Tnm hari panjang Tnm hari netral
Sayuran kentang, ketela rambat kacang-kacangan bayam, lobak, selada tomat, lombok, okra
Buah strawberry - strawberry
Bunga chrysanthemum, Cosmos bouvardia, Stevia poinsetia China aster, gardenia, delphinium Carnation, dianthus, Violet cyclamon
Sumber:http://justminehortikulture.blogspot.com
Meskipun sejumlah spesies terbukti tidak peka terhadap faktor panjang penyinaran tetapi hal ini menentukan apakah tanaman-tanaman tersebut hanya dapat membentuk bagian-bagian vegetatif saja. Di dalam tanaman hari pendek panjnagnya penyinaran merupakan faktor pembatas yang berakibat membentuk bagian-bagian vegetatif yang bersifat gigas (besar) sedang pembungaannya dikekang. Tanaman hari panjang jika tanaman pada daerah yang panjang penyinarannya lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internodia yang lebih pendek dan cenderung membentuk roset dan pembungaan tanaman hari panjang ini akan dikekang (Anonimb, 2010).
Cahaya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan tanaman dapat mempunyai beberapa macam kegunaan antara lain :
a. Fotosintesis
b. Cahaya dalam hubungannya dengan klasifikasi tanaman
c. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam tubuh tanaman. Misalnya, sintesis khlorofil, kelakuan stomata dan sebagainya
d. Transpirasi
Tanaman-tanaman dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan cahaya di dalam proses hidupnya menjadi :

a. Heliophytes
Tanaman yang termasuk Heliophytes adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada keadaan yang penuh dengan sinar matahari.
b. Sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada intensitas cahaya yang lebih rendah.
1) Fakultatif Sciophytes
Adalah tanaman yang dapat hidup baik, baik pada keadaan penuh sinar matahari maupun pada keadaan teduh.
2) Obligativ sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik tanpa sinar matahari yang intensif.
Kebanyakan tanaman yang termasuk tanaman air, Ipomea repens, terate dan sebagainya, faktor cahaya tidak merupakan faktor yang membatasi dalam proses hidupnya. Tetapi pada tanaman-tanaman darat adanya faktor-faktor lain selain cahaya, misalnya temperatur dan lembab relatif dapat mengadakan suatu pengaruh bersamaan terhadap proses hidupnya. Dengan demikian pengaruh tunggal cahaya tak dapat diketahui dengan pasti. Dengan penyelidikan didapat kenyataan bahwa kerusakan seedlings biasanya disebabkan karena faktor keteduhan dan lebih sedikit disebabkan oleh faktor cahaya. Pada tanaman aciophytes membutuhkan cahaya yang lebih rendah daripada heliophytes. Sebagai perbandingan adalah jika pada situasi yang sama heliophytes tahan pada intensitas 4.200 lux dan pada sciophytes pada 27 lux (Anonimb, 2010).
Panjang hari dilaporkan berkorelasi positif dengan nisbah bunga jantan/betina dalam tanaman berhari pendek Heteropogon contortus. Hal ini sehubungan dengan sistem pemuliaan tanaman yang bersangkutan menurut pergeseran latitude dari tempat menumbuhkannya. Lamanya fotoperiode kritikal dapat berubah oleh kondisi suhu. Dalam tanaman berhari pendek, suhu rendah dapat memperpanjang fotoperiode kritikal sehingga membatasi pembungaan(Mugnisjah, 2004).
b. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman (Anonimb, 2010).
Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik. Tidak ada batas suhu terendah bagi kelangsungan hidup spora, biji dan bahkan lumut kerak dan lumut daun tertentu pada kondisi kering. Batas suhu terendah untuk bertahan hidup pada keadaan yang lebih normal sangat tergantung pada spesies dan sejauh mana jaringan telah diadaptasikan terhadap embun es. Tumbuhan yang sedang tumbuh aktif sering dapat bertahan hidup hanya pada beberapa derajat di bawah 0°C, sedangkan banyak yang dapat bertahan pada sekitar – 40°C. Beberapa tumbuhan tinggi dapat tumbuh dan berbunga di bawah salju.
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi pembekuan es secara alami. Selain itu, aktivitas enzim pada suhu rendah terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme dalam sel.
Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan pemutusan asam nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian, faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb, 2010).
Sebagai contoh, padi hirida memerlukan suhu harian 20-30oC untuk proses produksinya. Tomat tumbuh baik pada temperatur 20-27°C, pembentukan buah terhambat pada temperatur >30°C atau <10°C (Anonima, 2010).
c. Curah Hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis. Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).
Tipe Iklim
(jumlah bulan basah) Jumlah bulan kering Jenis bebuahan yang sesuai
9,10-12,11, 11-12,12 0 Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek
9
8
7
6 3
0-3
0-4
4-5 Duku,durian,mundu,papaya,pisang
Rambutan

Lebih dari 4 bulan Jambu biji,jambu monyet,nangka pepaya.
Sumber: Ashari,S.1998
Selain itu,aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi.apabila terjadi kerusakan pada tepung sari dan kepala puti berarti penyerbukan telah gagal. Hal ini juga berarti bahwa pembuahan dan selanjutnya,panen, telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya. Pada tanaman padi tidak memerlukan hujan selama masa berbunga. Sehingga terjadi produksi benih pada tanaman padi.
d. Kelembaban Nisbi
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air
Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah uap air yang sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung pada suhu dan tekanan itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%) (Anonimc, 2010). RH mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi mempengaruhi respirasi benih
􀀹 RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T) lingkungan
􀀹RH dan T saling berkaitan dan mempengaruhi kemunduran benih:
a. Setiap penurunan kadar air 1% menggandakan masa hidup dua kali, dan
b. Setiap penurunan suhu ruang simpan 5oC akan menggandakan masa hidup benih dua kali.
Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu terhadap perkecambahan serbuk sari. Kelembaban nisbi atmosfer juga berpengaruh juga terhadap populasi serangga dan pathogen. Disamping itu, rontok benih berkorelasi negative dengan kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang rendah dapat menyebabkan kehilangan benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004). Sebagai contoh, padi hirida memerlukan kelembaban relatif 80% untuk proses produksinya. Interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan, kelemababan nisbi dan periode simpan berpengaruh pada tumbuh serempak benih tersebut.


e. Angin
Angin sebenarnya dapat bersifat menguntungkan serta merugikan dalam usaha produksi benih yang dihasilkan, hal ini tergantung pada kencang tidaknya angin. Angin yang terlalu kencang dalam peredarannya akan mengakibatkan beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang hilang baik pada tanaman maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang telah terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih dahulu, agar air yang terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang dihasilkan.
Pada saat penyebaran serbuk sari dengan adanya bantuan angin sangat diharapkan akan menghasilkan produksi benih yang lebih bervariasai sehingga akan mendapatkan varietas tanaman yang lebih beraneka ragam. Agar dalam penyebaranya pun tidak akan merugikan sehingga menghasilkan benih yang kurang baik maka dalam menghasilkan benih yang bermutu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu memperhatikan cuaca yang terjadi, suhu udara karena jika suhu udara lembab dengan angin yang ada maka akan mengakibatkan angin membawa kandungan air di dalamnya. Sehingga jika terdapat kandungan air dalam angin akan mengakibatkan benih yang dihasilkan juga terdapat kandungan airnya dan itu akan mengakibatkan kualitas benih menurun karena benih tidak murni.
2. Biologis
Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan produksi benih yang tergantung pada serangga untuk penyerbukannya. Sebagai contoh, produksi benih Desmodium uncinatum sangat tergantung pada aktivitas lebah. Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam pertanaman yang memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari pada hari yang sangat cerah adalah rendah. Perhatian harus diberikan untuk mengurangi kompetisi pasokan makanan, misalnya dengan memindahkan atau menghilangkan bunga dari pohon, perdu atau tanaman lainnya yang berbunga puncak pada waktu yang sama dengan pertanaman untuk menghasilkan benih. Sebaliknya, untuk mempertahankan populasi lebah yang tinggi, pasokan makanan alternative juga perlu ditingkatkan jika pertanaman untuk menghasilkan benih tidak berbunga lebat (Mugnisjah, 2004).
Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca yang sangat basah (Sanusi, 2009). Tempat untuk pertanaman benih karenanya harus dipilih yang dapat menjamin penyerbukan berlangsung dengan optimum. angin yang terlalu cepat tidak disenangi lebah penyerbuk sehingga dapat berakibat pada rendahnya hasil pula.
Resistensi terhadap hama merupakan faktor umum untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimum. Jika tanaman memiliki kemampuan berproduksi tinggi, namun tidak disertai dengan mekanisme resistensi terhadap hama, maka jika terjadi serangan hama, tanaman tersebut tidak mampu berproduksi secara maksimum. Kualitas produksi juga yang diserang juga dapat diserang oleh bermacam-macam hama.
3. Tanah
Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur. Tanah yang subur disini diartikan sebagai tanah yang memiliki sifat fisika, kimia maupun biologi yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga menghasilkan benih yang bermutu dan optimum. Sehingga tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar tidak kekeringan. Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial. Pokok-pokok dari faktor tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak yang ditempuh pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang tersedia 4) Oksigen yang tersedia didalam tanah.
Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal musim, dan hal ini dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya berikutnya. Sebagai contoh, tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik, dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi pengapuran. Persiapan tanah dan pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau lebih tinggi terutama kandungan phosfor. Pemberian N biasanya setengah dari pemberian kalium untuk memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetative (Anonima, 2010).
Faktor internal meliputi:
1. Genetik
Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Genetik pada kali ini yang akan dibahas adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Hal ini disebabkan, dengan mengetahui kualitas genetik maka dapat menghasilkan genetik varietas yang diinginkan. Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih mewakili keragaman genetik dari sumber benih yang dipilih. Keragaman genetik mungkin lebar ataupun sempit tergantung pada tujuan penanaman.
Pada biji, biasanya embrio terbentuk setelah proses pembuahan sel telur oleh sel jantan. Sel jantan dan sel betina masing-masing memberikan satu set kromosom atau inti DNA. Betina dan jantan masing-masing memberikan sitoplasma yang mengandung organel yang memiliki sistim genetiknya sendiri khususnya mitokondria dan plastida. Kloroplast (Chloroplast) DNA pada tanaman angiosperma biasanya diturunkan melalui sel induknya, sementara dalam jenis tanaman daun jarum (coniferous) khususnya diturunkan oleh sel jantan.
Pada beberapa biji tanaman daun jarum (conifrous) dimana pembuahan tidak terjadi sampai benih tumbuh mencapai ukuran penuh, sifat benih yang paling penting berkembang sesuai dengan tanaman induk dan keadaan lingkungan. Pada kebanyakan biji angiosperma dimana embrio berkembang bersamaan dengan struktur lainnya sel jantan asing pasti akan berpengaruh. Sebagai contoh pada tanaman jati (Tectona grandis) pembuahan sendiri menghasilkan buah yang lebih kecil daripada pembuahan silang (crossing). Pada angiosperm kemungkinan keadaannya lebih rumit dari pada conifers.
Adanya perbedaan masa hidup benih yang diturunkan pada turunannya tidak terbatas hanya pada tingkat spesies saja, namun juga dijumpai pada tingkat kultivar. Pada penelitian yang membandingkan masa hidup beberapa kultivar dari spesies yang sama menunjukkan adanya perbedaan masa hidup yang nyata. Pada penelitian terhadap delapan kultivar kedelai, Burgess (1938) menemukan adanya perbedaan pada daya kecambah setelah empat tahun disimpan, yakni dari 21 hingga 99 %, padahal sewaktu disimpan lima bulan daya kecambahnya berkisar antara 95 sampai 99 %.
2. Vigor dan Viabilitas
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpannya.Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Terlepas dari masalah tersebut,beberapa peneliti menunjukkan bahwa lot-lot benih yang mengalami kemunduran cepat mengandung benih yang bervigor rendah dan benih yang masih bervigor. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran secara cepat. Semakin lama benih di simpan, maka benih mengalami penurunan viabilitas dan vigornya.
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa faktor,diantaranya faktor genetik dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, biar kondisi penyimpanannya memungkinkan pertunbuhannya. Penurunan vigor dan viabilitas kadang digambarkan dengan suatu kurva kelansungan hidup sigmoid. Kurva kelansungan hidup benih kering yang disimpan pada kondisi yang menguntungkan dapat dipenggal menjadi 3 bagian yang berbeda. Bagian pertama mewakili benih pada waktu masih vigor dan kemunduran fungsi kehidupannya berlangsung lambat. Bagian ini berakhir pada tingkat daya kecambah 90-75%. Bagian kedua yang kemundurannya berlangsung dengan cepat,bagian kedua ini berlangsung hingga ketingkat 25 hingga 10%. Akhirnya bagian ketiga yang proses kemundurannya menjadi lambat kembali dan berlangsung terus sampai semua benihnya mati.Kurva vigor sangat mirip dengan kurva viabilitas hanya saja kehilangan vigor mendahului kehilangan viabilitas.
Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan tanaman induknya. Pada saat kematangan fisiologis itu benih memiliki viabilitas dan vigor benih yang maksimal, demikian pula dengan berat keringnya. Pertumbuhan tanaman induk yang baik merupakan syarat yang mantap sewaktu kematangan benihnya. Hal inilah yang menjamin tingginya viabilitas dan vigor benih tersebut. Selanjutnya penyakit dan hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik pada tanaman induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada waktu pematangan fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh terhadap tingginya viabilitas dan vigor benih (Kartasapoetra, 2003).
Viabilitas
Daya kecambah (viabilitas) kian meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai maximum germination jauh sebelum masak fisiologis atau berat maksimum tercapai. Sampai masak fisiologis tercapai 100% ini konstan. Sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan jelek dilapangan (Jurnalis Kamil, 1979).
Vigor dihubungkan dengan bobot benih . Dalam hal ini dihubungkan dengan kekuatan kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme. Sewaktu benih di tanam bila benih menurun maka kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat kering atau bobot benih saat dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan menghasilkan panen yang rendah (Oren L.Justice dan Louis N.Bass).
Uji kedalaman tanam tergolong uji kekuatan benih dengan lingkungan sub optimal. Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih dilapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat hujan atau traktor. Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih.
Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabilitas benih kedelai selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi, kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan beniholeh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis (Purwantoro, 2009).















C. PENUTUP
Berdasarkan materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih adalah
1. Faktor Eksternal terdiri dari:
a. Iklim, meliputi
1) Cahaya
2) Suhu
3) Curah Hujan
4) Kelembaban Nisbi
5) Angin
b. Biologis
c. Tanah
2. Faktor Internal terdiri dari
a. Genetika
b. Vigor dan Viabilitas Benih
















DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2010. Budidaya dan Produksi Benih Tomat (Lycopersicum esculentum L.). http://sultra.litbang.deptan.go.id (Diakses tanggal 2 September 2010 pukul 06.00 WIB).
Anonimb, 2010. Pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan. Http://Pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan.
Anonimc. 2010. Kelembaban Nisbi yang Mempengaruhi Produksi Benih. http://teknologibenih.blogspot.com.
Anonimd. 2010. Faktor Lingkungan Tanaman. http://justminehortikulture.blogspot.com.
Anonime. 2010. Pengaruh Viabilitas dan vogor benih terhadap produksi benih. www.iptek.tekben.com. Diakses tanggal 2 September 2010.
Ashari,S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Campbell, NA. 2002. Biologi jilid II. Jakata : Erlangga.
Heru, 2009. Hubungan suhu bagi pertumbuhan tanaman. http://hubungan-suhu-bagi-pertumbuhan-tanaman.html. Diakses Tanggal 2 September 2010 pukul 08.50 WIB.
Kamil, J.1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa. Bandung.
Mugnisjah, W. Q., Asep Setiawan. 2004. Produksi Benih. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Sanusi, A. 2009. Hubungan Faktor Iklim dengan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. http://sanoesi.wordpress.com (Diakses tanggal 2 September 2010 pukul 06.10 WIB)
Wiraadmaja. 2009. Faktor-faktor mempengaruhi produksi benih padi. www.ilmupertanian.com. Diakses tanggal 2 September 2010
Wurttemberg, HB. 1994. Biology I. Berlin : Cornelson Dpuc