Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...

Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya

Senin, 15 November 2010

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH

A. PENDAHULUAN
Penanganan benih perlu dilakukan secara khusus dan serius. Kelalaian atau keterlambatan dalam penanganan benih akan menyebabkan daya kecambah menurun atau bahkan benih mati. Penanganan benih mencakup kegiatan pemanenan, pengeringan, pemilahan, pelakuan benih, pengemasan, penyimpanan, dan pengujian. Penanganan benih perlu memperhatikan kelompok benih seperti benih ortodoks atau rekalsitran (benih yang tidak tahan desikasi) atau intermediate (semi-rekalsitran). Melalui cara panen dan penanganan benih yang optimal, mutu fisiologis benih dapat dipertahankan lebih lama (Sukarman dan Maharani Hasanah, 2003). Produksi benih sendiri bisa dengan cara persilangan pada tanaman tersebut. Sama dg produksi biji, tetapi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan BPSB yang telah memberi persyaratan untuk kelas benih tertentu.Hal ini sesuai dengan tujuan dari produksi benih adalah :
1. Menyebarkan varietas unggul baru hasil pemuliaan untuk produksi secara komersial
2. Mempertahankan identitas genetik (mengenai kebenaran, kemurnian, dan kemantapan) varietas unggul tersebut
3. Menjaga dan memelihara produktivitas varietas unggul
Produksi benih merupakan salah satu cara untuk mempertahankan atau mewariskan kekuatan (viabilitas, vigor suatu benih) yang dimiliki tetua kepada anaknya. atau menciptakan suatu kekuatan baru yang lebih baik dari yang sudah ada baik dari segi kualitas maupun harga. Benih suatu tanaman atau varietas tanaman tersebut. Sehingga setiap benih harus memiliki kualitas yang baik.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam produksi benih, kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih tersebut. Karena selain nutrisi dan budidaya tanaman yang tepat pada suatu tanaman, faktor-faktor ini pun perlu diketahui. Dengan mengetahui faktor-faktor ini maka kita dapat mengetahui pula proses fisiologi suatu tanaman.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih terdiri dari eksternal dan internal. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Perubahan tanaman dari fase vegetative (terutama ketika tanaman menghasilkan daun-daun) menjadi fase reproduktif (ketika tanaman menghasilkan kuncup bunga, bunga dan benih) tergantung pada rangsangan eksternal. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki fase reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Oleh karena itu terdapat beberapa rangsangan eksternal untuk menyebabkan perubahan itu terjadi. Berikut adalah unsur-unsur eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Iklim
a. Cahaya
Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses fotosintesis dan pembungan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang (Heru, 2009).
Cahaya sebagai sumber energi dan terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor penting, yaitu :
1. Intensitasnya
Intensitas cahaya matahari suatu tempat tergantung dari ketinggian temapt tersebut, semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya kan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah.
Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Sedangkan dalam perkeambahan cahaya berperan sebagai faktor pengontrol perkecambahan. Secara alami suatu biji yang sudah masak makan terlepas dari pohonya dan jatuh ke tanah dan berkecambah dalam kondisi yang berbeda-beda. Kebanyakan biji-biji atau benih akan berkecambah dengan cahaya maupun tanpa cahaya. Pemberian cahaya pada benih dengan cahaya merah akan merubah Fm dalam biji menjadi Fim dan benih akan berkecambah dengan cepat. Berbeda dengan pengaruh intensitas radiasi yang terkait fotosintesis yaitu ketika klofofil memegang peranan penting karena di dalam kualitas radiasi matahari fitokrom merupakan senyawa yang menentukan sifat morfogenetik tanaman. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui alasan mengapa biji gulma tidak dapat berkecambah jika kanopi tanaman menutupi sempurna.
2. Kualitasnya
Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak semuanya dapat dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali. Kualitas cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak selalu konstan namun bervariasi dari musim ke musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi udara di atmosfer.
Pengertian cahaya berkaitan dengan radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya sebagian kecil saja yang diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua, yaitu yang bergelombang panjang (long wave radiation) dan yang bergelombang pendek (short wave radiation). Batas terakhir dari radiasi gelombang pendek adalah radiasi ultraviolet, sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah sinar inframerah. Radiasi dengan panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah yang digunakan untuk proses fotosintesis.
Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya cahaya tersebut tersaring oleh beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan kembali ke angkasa luar. Cahaya matahari gelombang pendek tersaring dan diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer, sedangkan cahaya gelombang panjang tersaring oleh uap air di udara, cahaya gelombang panjang lainnya dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan dan lapisan debu di atas permukaan bumi.
Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak diselidiki, dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya biru saja daunnya akan berkembang secara normal, namun batangnya akan menunjukkan tanda-tanda terhambat pertumbuhannya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya kuning saja, cabang-cabangnya akan berkembang tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang panjang dan daunnya kecil-kecil. Dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan merah memegang peranan penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
3. Fotoperiodesitasnya
Seperti halnya faktor temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu ber-cahaya. Di daerah tropis dengan intensitas yang tinggi fotooksidasi lebih kecil dibandingkan di daerah sedang karena itu foto respirasinya cepat. Hal ini mengakibatkan sintesis protein berkurang (Campbell, NA. 2002).
Kita ketahui bahwa panjang gelombang distribusinya dari pagi-sore berbeda. Pada pagi hari kebanyakan panjang gelombang pendek dan semakin sore panjang gelombang pendek berkurang dan panjang gelombang panjang bertambah. Oleh karena itu fotosintesis paling efektif sesudah siang hari (Anonimb, 2010).
Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik semakin ke kutub panjang penyinaran matahari semakin panjang. Dalam hal ini kita mengenal tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
a. Tanaman hari panjang : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
b. Tanaman hari pendek : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
Kini terdapat penggolongan tambahan sebanyak empat jebi, yaitu tanaman yang berhari panjang-pendek (long short-day, yang memerlukan hari panjang sebelum hari pendek), tanaman berhari pendek-panjang (short long day, yang memerlukan hari pendek sebelum hai panjang), stenofotoperiodik (yang memerlukan panjang hari medium) dan amfifotoperiodik (yang memerlukan hari panjang atau hari pendek tetapi bukan hari medium) (Mugnisjah, 2004).
Kelompok Tnm hari pendek Tnm hari panjang Tnm hari netral
Sayuran kentang, ketela rambat kacang-kacangan bayam, lobak, selada tomat, lombok, okra
Buah strawberry - strawberry
Bunga chrysanthemum, Cosmos bouvardia, Stevia poinsetia China aster, gardenia, delphinium Carnation, dianthus, Violet cyclamon
Sumber:http://justminehortikulture.blogspot.com
Meskipun sejumlah spesies terbukti tidak peka terhadap faktor panjang penyinaran tetapi hal ini menentukan apakah tanaman-tanaman tersebut hanya dapat membentuk bagian-bagian vegetatif saja. Di dalam tanaman hari pendek panjnagnya penyinaran merupakan faktor pembatas yang berakibat membentuk bagian-bagian vegetatif yang bersifat gigas (besar) sedang pembungaannya dikekang. Tanaman hari panjang jika tanaman pada daerah yang panjang penyinarannya lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internodia yang lebih pendek dan cenderung membentuk roset dan pembungaan tanaman hari panjang ini akan dikekang (Anonimb, 2010).
Cahaya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan tanaman dapat mempunyai beberapa macam kegunaan antara lain :
a. Fotosintesis
b. Cahaya dalam hubungannya dengan klasifikasi tanaman
c. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam tubuh tanaman. Misalnya, sintesis khlorofil, kelakuan stomata dan sebagainya
d. Transpirasi
Tanaman-tanaman dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan cahaya di dalam proses hidupnya menjadi :

a. Heliophytes
Tanaman yang termasuk Heliophytes adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada keadaan yang penuh dengan sinar matahari.
b. Sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada intensitas cahaya yang lebih rendah.
1) Fakultatif Sciophytes
Adalah tanaman yang dapat hidup baik, baik pada keadaan penuh sinar matahari maupun pada keadaan teduh.
2) Obligativ sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik tanpa sinar matahari yang intensif.
Kebanyakan tanaman yang termasuk tanaman air, Ipomea repens, terate dan sebagainya, faktor cahaya tidak merupakan faktor yang membatasi dalam proses hidupnya. Tetapi pada tanaman-tanaman darat adanya faktor-faktor lain selain cahaya, misalnya temperatur dan lembab relatif dapat mengadakan suatu pengaruh bersamaan terhadap proses hidupnya. Dengan demikian pengaruh tunggal cahaya tak dapat diketahui dengan pasti. Dengan penyelidikan didapat kenyataan bahwa kerusakan seedlings biasanya disebabkan karena faktor keteduhan dan lebih sedikit disebabkan oleh faktor cahaya. Pada tanaman aciophytes membutuhkan cahaya yang lebih rendah daripada heliophytes. Sebagai perbandingan adalah jika pada situasi yang sama heliophytes tahan pada intensitas 4.200 lux dan pada sciophytes pada 27 lux (Anonimb, 2010).
Panjang hari dilaporkan berkorelasi positif dengan nisbah bunga jantan/betina dalam tanaman berhari pendek Heteropogon contortus. Hal ini sehubungan dengan sistem pemuliaan tanaman yang bersangkutan menurut pergeseran latitude dari tempat menumbuhkannya. Lamanya fotoperiode kritikal dapat berubah oleh kondisi suhu. Dalam tanaman berhari pendek, suhu rendah dapat memperpanjang fotoperiode kritikal sehingga membatasi pembungaan(Mugnisjah, 2004).
b. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman (Anonimb, 2010).
Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik. Tidak ada batas suhu terendah bagi kelangsungan hidup spora, biji dan bahkan lumut kerak dan lumut daun tertentu pada kondisi kering. Batas suhu terendah untuk bertahan hidup pada keadaan yang lebih normal sangat tergantung pada spesies dan sejauh mana jaringan telah diadaptasikan terhadap embun es. Tumbuhan yang sedang tumbuh aktif sering dapat bertahan hidup hanya pada beberapa derajat di bawah 0°C, sedangkan banyak yang dapat bertahan pada sekitar – 40°C. Beberapa tumbuhan tinggi dapat tumbuh dan berbunga di bawah salju.
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi pembekuan es secara alami. Selain itu, aktivitas enzim pada suhu rendah terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme dalam sel.
Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan pemutusan asam nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian, faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb, 2010).
Sebagai contoh, padi hirida memerlukan suhu harian 20-30oC untuk proses produksinya. Tomat tumbuh baik pada temperatur 20-27°C, pembentukan buah terhambat pada temperatur >30°C atau <10°C (Anonima, 2010).
c. Curah Hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis. Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).
Tipe Iklim
(jumlah bulan basah) Jumlah bulan kering Jenis bebuahan yang sesuai
9,10-12,11, 11-12,12 0 Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek
9
8
7
6 3
0-3
0-4
4-5 Duku,durian,mundu,papaya,pisang
Rambutan

Lebih dari 4 bulan Jambu biji,jambu monyet,nangka pepaya.
Sumber: Ashari,S.1998
Selain itu,aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi.apabila terjadi kerusakan pada tepung sari dan kepala puti berarti penyerbukan telah gagal. Hal ini juga berarti bahwa pembuahan dan selanjutnya,panen, telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya. Pada tanaman padi tidak memerlukan hujan selama masa berbunga. Sehingga terjadi produksi benih pada tanaman padi.
d. Kelembaban Nisbi
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air
Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah uap air yang sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung pada suhu dan tekanan itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%) (Anonimc, 2010). RH mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi mempengaruhi respirasi benih
􀀹 RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T) lingkungan
􀀹RH dan T saling berkaitan dan mempengaruhi kemunduran benih:
a. Setiap penurunan kadar air 1% menggandakan masa hidup dua kali, dan
b. Setiap penurunan suhu ruang simpan 5oC akan menggandakan masa hidup benih dua kali.
Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu terhadap perkecambahan serbuk sari. Kelembaban nisbi atmosfer juga berpengaruh juga terhadap populasi serangga dan pathogen. Disamping itu, rontok benih berkorelasi negative dengan kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang rendah dapat menyebabkan kehilangan benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004). Sebagai contoh, padi hirida memerlukan kelembaban relatif 80% untuk proses produksinya. Interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan, kelemababan nisbi dan periode simpan berpengaruh pada tumbuh serempak benih tersebut.


e. Angin
Angin sebenarnya dapat bersifat menguntungkan serta merugikan dalam usaha produksi benih yang dihasilkan, hal ini tergantung pada kencang tidaknya angin. Angin yang terlalu kencang dalam peredarannya akan mengakibatkan beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang hilang baik pada tanaman maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang telah terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih dahulu, agar air yang terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang dihasilkan.
Pada saat penyebaran serbuk sari dengan adanya bantuan angin sangat diharapkan akan menghasilkan produksi benih yang lebih bervariasai sehingga akan mendapatkan varietas tanaman yang lebih beraneka ragam. Agar dalam penyebaranya pun tidak akan merugikan sehingga menghasilkan benih yang kurang baik maka dalam menghasilkan benih yang bermutu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu memperhatikan cuaca yang terjadi, suhu udara karena jika suhu udara lembab dengan angin yang ada maka akan mengakibatkan angin membawa kandungan air di dalamnya. Sehingga jika terdapat kandungan air dalam angin akan mengakibatkan benih yang dihasilkan juga terdapat kandungan airnya dan itu akan mengakibatkan kualitas benih menurun karena benih tidak murni.
2. Biologis
Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan produksi benih yang tergantung pada serangga untuk penyerbukannya. Sebagai contoh, produksi benih Desmodium uncinatum sangat tergantung pada aktivitas lebah. Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam pertanaman yang memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari pada hari yang sangat cerah adalah rendah. Perhatian harus diberikan untuk mengurangi kompetisi pasokan makanan, misalnya dengan memindahkan atau menghilangkan bunga dari pohon, perdu atau tanaman lainnya yang berbunga puncak pada waktu yang sama dengan pertanaman untuk menghasilkan benih. Sebaliknya, untuk mempertahankan populasi lebah yang tinggi, pasokan makanan alternative juga perlu ditingkatkan jika pertanaman untuk menghasilkan benih tidak berbunga lebat (Mugnisjah, 2004).
Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca yang sangat basah (Sanusi, 2009). Tempat untuk pertanaman benih karenanya harus dipilih yang dapat menjamin penyerbukan berlangsung dengan optimum. angin yang terlalu cepat tidak disenangi lebah penyerbuk sehingga dapat berakibat pada rendahnya hasil pula.
Resistensi terhadap hama merupakan faktor umum untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimum. Jika tanaman memiliki kemampuan berproduksi tinggi, namun tidak disertai dengan mekanisme resistensi terhadap hama, maka jika terjadi serangan hama, tanaman tersebut tidak mampu berproduksi secara maksimum. Kualitas produksi juga yang diserang juga dapat diserang oleh bermacam-macam hama.
3. Tanah
Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur. Tanah yang subur disini diartikan sebagai tanah yang memiliki sifat fisika, kimia maupun biologi yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga menghasilkan benih yang bermutu dan optimum. Sehingga tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar tidak kekeringan. Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial. Pokok-pokok dari faktor tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak yang ditempuh pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang tersedia 4) Oksigen yang tersedia didalam tanah.
Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal musim, dan hal ini dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya berikutnya. Sebagai contoh, tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik, dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi pengapuran. Persiapan tanah dan pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau lebih tinggi terutama kandungan phosfor. Pemberian N biasanya setengah dari pemberian kalium untuk memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetative (Anonima, 2010).
Faktor internal meliputi:
1. Genetik
Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Genetik pada kali ini yang akan dibahas adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Hal ini disebabkan, dengan mengetahui kualitas genetik maka dapat menghasilkan genetik varietas yang diinginkan. Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih mewakili keragaman genetik dari sumber benih yang dipilih. Keragaman genetik mungkin lebar ataupun sempit tergantung pada tujuan penanaman.
Pada biji, biasanya embrio terbentuk setelah proses pembuahan sel telur oleh sel jantan. Sel jantan dan sel betina masing-masing memberikan satu set kromosom atau inti DNA. Betina dan jantan masing-masing memberikan sitoplasma yang mengandung organel yang memiliki sistim genetiknya sendiri khususnya mitokondria dan plastida. Kloroplast (Chloroplast) DNA pada tanaman angiosperma biasanya diturunkan melalui sel induknya, sementara dalam jenis tanaman daun jarum (coniferous) khususnya diturunkan oleh sel jantan.
Pada beberapa biji tanaman daun jarum (conifrous) dimana pembuahan tidak terjadi sampai benih tumbuh mencapai ukuran penuh, sifat benih yang paling penting berkembang sesuai dengan tanaman induk dan keadaan lingkungan. Pada kebanyakan biji angiosperma dimana embrio berkembang bersamaan dengan struktur lainnya sel jantan asing pasti akan berpengaruh. Sebagai contoh pada tanaman jati (Tectona grandis) pembuahan sendiri menghasilkan buah yang lebih kecil daripada pembuahan silang (crossing). Pada angiosperm kemungkinan keadaannya lebih rumit dari pada conifers.
Adanya perbedaan masa hidup benih yang diturunkan pada turunannya tidak terbatas hanya pada tingkat spesies saja, namun juga dijumpai pada tingkat kultivar. Pada penelitian yang membandingkan masa hidup beberapa kultivar dari spesies yang sama menunjukkan adanya perbedaan masa hidup yang nyata. Pada penelitian terhadap delapan kultivar kedelai, Burgess (1938) menemukan adanya perbedaan pada daya kecambah setelah empat tahun disimpan, yakni dari 21 hingga 99 %, padahal sewaktu disimpan lima bulan daya kecambahnya berkisar antara 95 sampai 99 %.
2. Vigor dan Viabilitas
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpannya.Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Terlepas dari masalah tersebut,beberapa peneliti menunjukkan bahwa lot-lot benih yang mengalami kemunduran cepat mengandung benih yang bervigor rendah dan benih yang masih bervigor. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran secara cepat. Semakin lama benih di simpan, maka benih mengalami penurunan viabilitas dan vigornya.
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa faktor,diantaranya faktor genetik dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, biar kondisi penyimpanannya memungkinkan pertunbuhannya. Penurunan vigor dan viabilitas kadang digambarkan dengan suatu kurva kelansungan hidup sigmoid. Kurva kelansungan hidup benih kering yang disimpan pada kondisi yang menguntungkan dapat dipenggal menjadi 3 bagian yang berbeda. Bagian pertama mewakili benih pada waktu masih vigor dan kemunduran fungsi kehidupannya berlangsung lambat. Bagian ini berakhir pada tingkat daya kecambah 90-75%. Bagian kedua yang kemundurannya berlangsung dengan cepat,bagian kedua ini berlangsung hingga ketingkat 25 hingga 10%. Akhirnya bagian ketiga yang proses kemundurannya menjadi lambat kembali dan berlangsung terus sampai semua benihnya mati.Kurva vigor sangat mirip dengan kurva viabilitas hanya saja kehilangan vigor mendahului kehilangan viabilitas.
Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan tanaman induknya. Pada saat kematangan fisiologis itu benih memiliki viabilitas dan vigor benih yang maksimal, demikian pula dengan berat keringnya. Pertumbuhan tanaman induk yang baik merupakan syarat yang mantap sewaktu kematangan benihnya. Hal inilah yang menjamin tingginya viabilitas dan vigor benih tersebut. Selanjutnya penyakit dan hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik pada tanaman induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada waktu pematangan fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh terhadap tingginya viabilitas dan vigor benih (Kartasapoetra, 2003).
Viabilitas
Daya kecambah (viabilitas) kian meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai maximum germination jauh sebelum masak fisiologis atau berat maksimum tercapai. Sampai masak fisiologis tercapai 100% ini konstan. Sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan jelek dilapangan (Jurnalis Kamil, 1979).
Vigor dihubungkan dengan bobot benih . Dalam hal ini dihubungkan dengan kekuatan kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme. Sewaktu benih di tanam bila benih menurun maka kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat kering atau bobot benih saat dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan menghasilkan panen yang rendah (Oren L.Justice dan Louis N.Bass).
Uji kedalaman tanam tergolong uji kekuatan benih dengan lingkungan sub optimal. Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih dilapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat hujan atau traktor. Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih.
Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabilitas benih kedelai selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi, kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan beniholeh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis (Purwantoro, 2009).















C. PENUTUP
Berdasarkan materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih adalah
1. Faktor Eksternal terdiri dari:
a. Iklim, meliputi
1) Cahaya
2) Suhu
3) Curah Hujan
4) Kelembaban Nisbi
5) Angin
b. Biologis
c. Tanah
2. Faktor Internal terdiri dari
a. Genetika
b. Vigor dan Viabilitas Benih
















DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2010. Budidaya dan Produksi Benih Tomat (Lycopersicum esculentum L.). http://sultra.litbang.deptan.go.id (Diakses tanggal 2 September 2010 pukul 06.00 WIB).
Anonimb, 2010. Pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan. Http://Pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan.
Anonimc. 2010. Kelembaban Nisbi yang Mempengaruhi Produksi Benih. http://teknologibenih.blogspot.com.
Anonimd. 2010. Faktor Lingkungan Tanaman. http://justminehortikulture.blogspot.com.
Anonime. 2010. Pengaruh Viabilitas dan vogor benih terhadap produksi benih. www.iptek.tekben.com. Diakses tanggal 2 September 2010.
Ashari,S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Campbell, NA. 2002. Biologi jilid II. Jakata : Erlangga.
Heru, 2009. Hubungan suhu bagi pertumbuhan tanaman. http://hubungan-suhu-bagi-pertumbuhan-tanaman.html. Diakses Tanggal 2 September 2010 pukul 08.50 WIB.
Kamil, J.1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa. Bandung.
Mugnisjah, W. Q., Asep Setiawan. 2004. Produksi Benih. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Sanusi, A. 2009. Hubungan Faktor Iklim dengan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. http://sanoesi.wordpress.com (Diakses tanggal 2 September 2010 pukul 06.10 WIB)
Wiraadmaja. 2009. Faktor-faktor mempengaruhi produksi benih padi. www.ilmupertanian.com. Diakses tanggal 2 September 2010
Wurttemberg, HB. 1994. Biology I. Berlin : Cornelson Dpuc

Rabu, 01 September 2010

Pengaruh penggenangan Terhadap pertumbuhan Tanaman Padi

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap berat brangkasan tanaman padi maka di buat percobaan sederhana. Faktor-faktor tersebut antara lain perlakuan penggenangan dan pemberian pupuk organic. Untuk perlakuan A1 penggenangan dilakukan 5 cm diatas permukaan tanah, A2 macak-macak (tanah jenuh), A3 digenang sampai 5 cm dibawah permukaan tanah, A4 digenang sampai 10 cm dibawah permukaan tanah. sedangakan untuk perlakuan pemberian pupuk organic untuk O1 pemberian pupuk 10 ton/ha, perlakuan O2 pupuk organic 15 ton/ha, perlakuan O3 pupuk organic 20 ton/ha, perlakuan O4 pupuk organic 25 ton/ha. Dari kedua faktor tersebut kemudian dikombinasikan menjadi16 kombinasi perlakuan. Semua kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga jumlah ulangan ada 48 buah. Kemudian diamati tinggi tanaman setiap minggunya dan jumlah anakannnya, serta pada akhir dilakukan penimbangan berat brangkasan tanaman sehingga di dapatkan hasil antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain memiliki tinggi tanaman yang berbeda-beda serta berat brangkasan yang berbeda pula
Pengamatan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dilakukan terhadap berat, berangkasan tanaman dan tinggi tanaman. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pengelolaan lengas tanah, pemberian pupuk organik, urea, phosphate dan perlakuan pengenangan, dan varietas yang ditanam berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan tanaman padi. Berat berangkasaan tanaman dipengaruhi pupuk organik dan anorganik, varietas, serta tinggi genangan.
Pada hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan A1O1 dan A2O1 yaitu memiliki tinggi tanaman 88,5 cm, tanaman padinya tumbuh tinggi. Pada perlakuan A1O1 ini dengan perlakuan genagan 5 cm diatas permukaan tanah dan penggunaan pupuk organic 10 ton/ha. Pada A2O1 juga juga tinggi tanaman padi hamper sama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tanaman padi dapat tumbuh optimum pada penggenagan 5 cm diatas permukaan tanah dan diberi bahan organic 10 ton/ha.
Pada pengamatan jumlah anakan dan berat brangkasan pada perlakuan A1O1 memiliki berat brangkasan yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan pada kelompok lain sehingga tanaman padi dapat tumbuh secara optimal pada saat penggenangan 5 cm diatas permukaan tanah. kita ketahui bahwa tanaman padi di Indonesia di tanam pada lahan yang tergenang. Karena pada lahan padi yang tergenang akan terjadi kondisi anaerop pada tanah sawah sehingga unsure hara di dalam tanah akan lebih banyak. Proses amonifikasi dan nitrifikasi didalam tanah juga berlangsung sacara baik. Ini merupakan kondisi yang ideal untuk pertanaman padi. Tanaman padi tidak tumbuh normal jika tidak digenangi, apalagi bila keberadaan air dibawah permukaan tanah maka tanaman padi akan semakin tumbuh tidak optimal berat brangkasan akan semakin kecil. Ini dapat ditunjukkan pada perlakuan A4O4 yaitu dilakukan penggenangan 10 cm dibawah permukaan tanah. dan pemberian pupuk 25 ton/ha.
Pemberian pupuk organik yang terlalu banyak juga akan menurunkan berat brangkasan tanaman karena semakin banyak memberi pupuk maka setelah mencapai kebutuhan optimal bagi tanaman maka akan terjadi penurunan seperti grafik pertumbuhan tanaman. Sehingga dalam hal pemberian pupuk organik dalam budidaya pertanian secukupnya untuk pertumbuhan tanaman saja. Jika terlalu banyak atau berlebih maka malah menyebabkan hasil semakin turun.
Bahan organik biasanya dapat berasal dari pupuk kompos, Kompos kaya nutrisi. Kompos itu sendiri bermanfaat untuk tanah dengan berbagai cara, termasuk sebagai conditioner tanah , sebuah pupuk untuk menambahkan penting humus atau asam humat , dan sebagai alam pestisida untuk tanah. sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi, diperlukan unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K). tidak terpenuhinya salah satu unsur hara tersebut akan mengakibatkan menurunya kwalitas dan kwantitas hasil produksi pertanian. Unsur hara N,P dan K didalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen tercuci, menguap, dan erosi. Untuk mencukupi kekurangan unsur hara N , P, dan K perlu dilakukan pemupukan.
Pemupukan yang ideal adalah unsur yang ditambahkan melengkapi unsur yang tersedia dalam tanah hingga jumlah nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia untuk tanaman menjadi tepat. Bersamaan dengan ini jumlah yang tersedianya unsure yang essensial lain harus pula ideal. Singkatnya, keseimbangan kesuburan secara keseluruhan harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman yang wajar.
Bahan organik merupakan akumulasi seresah hasil dekomposisi mikroorganisme. Pada umumnya laju dekomposisi dipengaruhi oleh komposisi bahan organik, pH tanah, aktivitas mikroorganisme, dan yang lain sebagainya. Semakin besar komposisi bahan organik tanah maka laju dekomposisi semakin cepat. Tinggi rendahnya kandungan bahan organik tergantung dari sumber bahan organiknya. Meskipun kecil kadar bahan organik pada akhirnya akan berpengaruh pada sifat fisik tanah (warna), kapasitas pertukaran kation, dan juga kemampuan tanah untuk mengikat dan menahan air.

Kamis, 24 Juni 2010

Kegunaan Anabaena Azolla

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pertanian saat ini adalah tentang kesuburan yang berkelanjutan. Ini menjadi polemik di dunia pertanian hal ini dkhawatirkan bahwa semakin lama lahan pertanian tidak lagi subur padahal kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Maka untuk mengatasi itu pada lahan terutama padi perlu adanya sumber nitrogen yang banyak.
Hal ini sangat penting karena saat sekarang yang dipacu adalah produksi yang semakin tinggi dari satu jenis tanaman yaitu padi sawah, dengan target kenaikan produksi untuk setiap tahun semakin meningkat. Justru pada lahan sawah, bahan organik tanah dan tingkat nitrogen semakin terbatas sehingga hasilnya pun menjadi tidak maksimal. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia. Sumber nitrogen alternatif ini adalah pupuk hijau. Salah satu sumber N altternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas yang baik dalam penambatan nitrogen diudara.
Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti paku-pakuan dengan adanya simbiosis ini anabaena dapat melakukan fiksasi nitrogen di udara, sehingga memiliki manfaat yang besar dalam bidang pertanian. Terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan unsur nitrogen
Dengan adanya manfaat ini maka sekarang ini azolla banyak sekali dibudidayakan untuk digunakan sebagai pupuk hijau yang kaya akan nitrogen. Sehingga dapat menggurangi penggunaan pupuk kimiawi yang tidak ramah linkungan dan menggantinya dengan menggunakan pupuk hijau dari azolla. Azolla juga memiliki kelebihan karena ganggang ini mudah sakali dikembang biakan dan pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga ketika sewaktu-waktu dibutuhkan selalu ada.
Azolla dalam bidang pertanian sangatlah penting karena azolla dapat menambat nitrogen di udara setelah bersimbiosis dengan Anabaena azolla, sehingga dengan adanya azolla menggurangi penggunaan pupuk nitrogen dari bahan kimia, yeng menggunakan azolla lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Heterocysts merupakan sel yang berada di bagian ujung (terminal) yang dikhususkan dalam proses fikasi nitrogen. Interior dari sel ini berupa mikrooxic sebagai akibat dari peningkatan respirasi, tidak aktifnya pembentukan O2 dalam fotosistem II, bentuk/formasi dari penebalan diluar dinding sel. Nitrogenase mengubah dinitrogen menjadi ammonium pada pengeluaran ATP dan keduanya merupakan reduktan yang dihasilkan melalui metabolisme karbohidrat, sebuah proses tambahan, dalam cahaya melalui aktivitas fotosistem (PS) I . Sebagai imbalannya, nitrogen difiksasi dalam heterocysts bergerak ke dalam sel vegetatif , bagian akhir dalam paembentukan asam amino (Bock, 1997).
Azola mempunyai 6 spesies yang sudah banyak dibudidayakan yaitu A pinata, A meziana, A imbrikata, A cardiana dan A filiculoider. Masing-masing spesies mempunyai persaratan tumbuh dan menambat nitrogen secara maksimal. Berapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan azola adalah sinar matahari, pH, kesuburan tanah, kegaraman, temperature, gulma dan penyakit (Sutedjo, 1991).
Anabaena adalah genus cyanobakteria filamentous atau ganggang hijau-biru,ditemukan sebagai plankton. Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti pakupakuan. terdapat satu dari 4 genera dari cyanobacteria yang menghasilkan neurotoxin,yang membahayakan margasatwa lokal seperti halnya hewan ternak dan hewan peliharaan. Spesies tertentu dari Anabaena telah digunakan dalam pertanaman padi sawah, sebagai penyedia pupuk alami yang efektif.
Interaksi antara simbiosis Anabaena-Azzola berbeda antara berbeda dengan interaksi antara bakteri pembentuk nodula dari tanaman leguminosa. Sangat sedikit yang diketahui cara bagaimana Anabaena dan Azolla mengenal satu sama lain. Anabaena masuk ke dalam jaringan pakis/ paku-pakuan melalui ujung titik tumbuh. Fiksasi nitrogen berlangsung dalam sel khusus, yaitu heterocysts jadi sel heterosis merupakan tempat untuk melakukan penambatan nitrogen di udara. Sedangkan sel vegetatif digunakan anabaena azolla untuk melakukan fotosintesis. Sel penetrasi Anabaena sangat kecil, heterocysts tidak berkembang sebelum Anabaena telah berkolonisasi dalam jaringan paku-pakuan dan diam dalam cistern intraseluler.
Simbiosis dan spesies Anabaena yang hidup bebas – seperti alga hijau-biru, juga berhadapan dengan masalah melindungi dirinya melawan oksigen. Proses metabolisme merupakan proses pengambilan surplus oksigen yang ada, dengan kata lain, heterocysts dikelilingi bakteria. Berbeda dengan sel vegetatif, heterocysts aktif tertutup oleh lapisan polisakarida yang nampaknya menyediakan nutrisi bagi bakteria. Aktivitas metabolisme baketria mengkonsumsi oksigen lagi, hingga taraf terendah oksigen disekitar heterocysts.
Sel vegetatif berdiferensiasi menjadi heterocysts. heterocysts merupakan sel yang berada di bagian ujung (terminal) yang dikhususkan dalam proses fikasi nitrogen. Interior dari sel ini berupa mikrooxic sebagai akibat dari peningkatan respirasi, tidak aktifnya pembentukan O2 dalam fotosistem II, bentuk/formasi dari penebalan diluar dinding sel. Nitrogenase mengubah dinitrogen menjadi ammonium pada pengeluaran ATP dan keduanya merupakan reduktan yang dihasilkan melalui metabolisme karbohidrat, sebuah proses tambahan, dalam cahaya melalui aktivitas fotosistem (PS) I . Sebagai imbalannya, nitrogen difiksasi dalam heterocysts bergerak ke dalam sel vegetatif , bagian akhir dalam paembentukan asam amino.
Sel berbentuk oval adalah heterocysts, tempat/lokasi fiksasi nitrogen dimana nitrogen atmosfer (N2) dikonversi ke dalam ammonia (NH3). Nodula yang berhubungan dengan kutub (nodula polar) dapat dilihat dalam beberapa heterocysts. Paku air bermanfaat bagi bakterial sebagai patner/inang melalui suplai nitrogen yang dapat digunakan. . Struktur selular dari bakteria ini telah berubah sangat kecil pada seribu juta tahun yang lalu.
Semakin lama azolla di tanam maka pertumbuhan koloni juga semakin banyak dan sel heterosisnya juga semakin banyak hal ini di sebakan faktor kandungan nitogrn di udara, semakin banyak nitogen di udara maka sel heterosis akan semakin aktif melakukan penambatan nitogen sehingga sel vegetatif akan semakin berkembang. Pada praktikum kali ini kondisi macak- macak merupakan kondisi yang palin ideal untuk pertumbuhan anabaena karena akar dapat masuk kedalam tanah sehingga kebutuhan unsur akan terpenuhi dibandingkan anabaena yang menggambang.
Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesuburan lahan yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting karena saat sekarang yang dipacu adalh produksi yang semakin tinggi dari satu jenis tanaman yaitu padi sawah, dengan target kenaikan produksi untuk setiap tahun. Justru pada lahan sawah di kawasan tersebut, bahan organik tanah dan tingkat nitrogen acapkali terbatas. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia. Sumber nitrogen alternatif ini adalah pupuk hijau. Salah satu sumber N altternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas nutrisi yang baik. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina dan Vietnam sebagai sumber N bagi padi sawah. Azolla tumbuh secara alami di Asia, Amerika, dan Eropa. Azolla mempunyai beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra. Azolla dalam bidang pertanian sangatlah penting karena azolla dapat menambat nitrogen di udara setelah bersimbiosis dengan Anabaena azolla, sehingga dengan adanya azolla menggurangi penggunaan pupuk nitrogen dari bahan kimia, yeng menggunakan azolla lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Pada hasil praktikum pengamatan azolla dapat diketahui pada rekapan bahwa azolla yang ditanam pada kondisi genangan air 0 cm memiliki jumlah koloni yang lebih banyak dibandingkan dengan azolla yang ditanam dengan mengambang diatas permukaan air. Untuk contohnya pada ulangan 1, pada perlakuan 0 cm mula-mula koloni azolla 3, kemudian minggu ke 1 menjadi 6 dan minggu ke 3 menjadi 8 dengan ditunjukkan kesuburan yang tinggi dengan warna hijau, sedangkan azolla yang ditanam 2 cm penggenangan memiliki koloni pada minggu pertama 3, kemudian minggu ke 2 menjadi 5, dan minggu ke 3 menjadi 7. Sehingga dapat disimpulkan azolla yang ditanam dengan menyentuh tanah pertumbuhannya lebih baik dibanding dengan yang tidak menyentuh tanah. Pada perlakuan kelompok pada tergenang 0 cm jumlah koloni mula-mula 3, kemudian pada minggu kedua menjadi 4, minggu ke 3 menjadi 6. Untuk yang tergenang 2 cm mula mula jumlah koloni 3, minggu ke 2 menjadi 5, minggu ke 3 menjadi 6. Untuk perlakuan tergenang 7 cm mula-mula jumlah koloni 3, kemudian minggu ke 2 tetap 3, minggu ke 3 menjadi 4. Pada perlakuan kelompok yang paling baik adalah pada perlakuan genangan 0 cm.

Senin, 21 Juni 2010

Kelapa Sawit

Tanaman tahunan contohnya Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri perkebunan penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel), serta minyak goreng yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Karet penghasil latek, kakao penghasil coklat. Sekarang ini banyak di kembangkan menjadi salah satu bahan untuk industri. Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan. Indonesia adalah salah satu penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya perkebunannya adalah di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Kelapa sawit, karet dan kakao berkembang biak dengan cara generatif. Biji yang matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Sedangkan kakao sebagai bahan baku pembuatan ban dan alat-alat lain.
Kelapa sawit, karet dan kakao mempunyai prospek yang cukup cerah di Indonesia. Semakin meningkatnya kebutukan akan CPO, latek dan coklat menambah peluang untuk mengembangkan tanaman tahunan. Hasil perkebunan selain digunakan sebagai bahan mentah industri pangan juga digunakan sebagai bahan mentah industri non pangan. Perkebunan lebih sering ditawarkan sebagai solusi pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimum antara melakukan pemangkasan, penyianangan gulma , pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun, lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman yang sudah dibuat.
Pupuk merupakan salah satu faktor penentu yang sangat mempengaruhi produksi tanaman, karena pupuk merupakan sumber nutrisi bagi tanaman, mengingat keterbatasan tanah dalam memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman budidaya. Dalam melakukan pemupukan seharusnya kita selalu berpedoman pada prinsip 4 T dalam pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu.
Disamping itu dengan pemupukan yang tepat maka pupuk yang diberikan lebih efisien / tidak mubazir dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan demikian akan menghemat biaya pemupukan dan lebih efektif. Hanya saja saat ini jenis pupuk yang beredar di pasaran lebih bersifat umum, belum mengarah kepada pupuk yang spesifik, baik spesifik tanaman maupun spesifik lokasi, sehingga petani masih menghitung lagi pupuk apa yang harus di tambahkan atau dikurangi karena pada daerah satu dengan daerah lain memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda untuk tanaman kelapa sawit.
Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan pohon tidak stabil atau pertumbuhan tanaman yang tidak normal. Defisiensi tersebut dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik. Gejala visual tersebut yang dipakai untuk identifikasi defisiensi unsur hara. Gejala defisiensi bersifat relatif, seringkali defisiensi salah satu atau beberapa unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri dari tiga lapisan:
• Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
• Mesoskarp, serabut buah
• Endoskarp, cangkang pelindung inti. Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi (Yuniastuti, et al. 2001).
Lamanya proses pembentukan buah (dari saat penyerbukan sampai matang), tergantung pada keadaan iklim dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Selama buah kelapa sawit masih muda yaitu sampai berumur 4,5–5 bulan, lelapa sawit berwarna ungu. Setelah itu kulit buah (exocarp) berangsur berubah dari ungu menjadi merah kekuningan. Pada saat ini terjadilah pembentukan minyak yang intensif pada daging buah (mesocarp) dan butir-butir minyak tersebut mengandung zat warna karotin yang berwarna jingga. Satu tandan buah telah siap dipanen apabila beberapa buah dari tandan tersebut telah terlepas dan jatuh ke tanah (Anonima, 2010).
Tanah tropis kekurangan unsur hara N, P dan K sehingga ketiga unsur hara tersebut harus ditambah melalui pemupukan anorganik yang terdiri dari 1.3 kg N, 0.2 kg P, dan 1.8 kg K untuk setiap tanaman selama satu tahun. Kekurangan unsur N, P, K dan Mg menghambat pertumbuhan kelapa sawit sehingga tanaman menjadi kerdil (Anonimb, 2010).
Nitrogen berperan dalam penyusunan protein, klorofil dan berperanan terhadap fotosintesa . Kekurangan Nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning pucat dan menghambat pertumbuhan. Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi. Penyebab defisiensi Nitrogen adalah terhambatnya mineralisasi Nitrogen, aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang, pemupukan Nitrogen tidak efektif. Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur ini adalah aplikasi secara merata di piringan,Tambah Urea pada tanaman kelapa sawit, aplikasi Nitrogen pada kondisi tanah lembab, kendalikan gulma (Andrean, 2009).
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimum antara lain melakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru yang seumur dengan tanaman yang mati, cadangan bibit untuk penyulaman terus dipelihara sampai dengan umur tahun dan selalu dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar, penyiangan gulma dilakukan 1 bulan sekali, lakukan perawatan dan perbaikan parit drainage, pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun, lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman (Karp, 1999).
Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang sangat penting artinya. Tujuan pemupukan adalah menambah ketersediaan unsure hara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal atau pupuk majemuk, terutama yang mengandung N, P, K, Mg, dan B. Beberapa jenis pupuk yang dapat digunakan antara lain urea, TSP, KCl, Kieserite, dan Borax (Ginting, 1997).
Manfaat dilakukannya pemupukan antara lain: menyuburkan tanah (dalam waktu minimal 3 bulan), menyehatkan tanaman (dalam waktu minimal 1 bulan) dan meningkatkan penyerapan unsure hara dan mengoptimalkan metabolisme tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan baik dan tidak mudah stress, mempercepat pertumbuhan tunas baru dengan kualitas daun lebih panjang, lebih lebar, dan warna daun lebih hijau mingkilap, mengurangi kerontokan bunga & buah sehingga produksi meningkat, dan meningkatkan kualitas, kuantitas serta rendemen kadar minyak CPO( Anonim, 2010).
Bilangan pelepah yang dihasilkan meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dan kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Pelepah sawit meliputi lai daun, dengan setiap satunya mengandungi lamina, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang lai daun. Lai daun berukuran 55 sentimeter hingga 65 sentimeter dan menguncup, dengan lebarnya antara 2.5 sentimeter hingga 4 sentimeter. Ada dua jenis bentuk kedudukan lai daun dalam Elaeis oleifera. Pelepah sawit tersusun dalam bentuk pusaran, dengan setiap lapan pelepah membentuk satu pusaran (Birowo, 2008).

Sabtu, 19 Juni 2010

Peran makrofauna bagi tanah

Metode pengambilan populasi makrofauna tanah yang berada di dalam tanah (aneksik dan endogeik) dapat dilakukan dengan metode sortir tangan (Hand Sorting Method) (Swift dan David, 2001).
Di kalangan fauna tanah makrofauna berpotensi terbesar mendayai langsung sifat-sifat fungsional tanah. Makhluk-makhluk ini menghaluskan dan mengagihkan ulang sisa organic dalam profil tanah yang meningkatkan luas permukaan dan ketersediaan substrat organic bagi kegiatan mikrobia. Golongan tertentu makrofauna tanah, terutama semut, rayap, dan cacing tanah dapat mengubah banyak struktur tanah yang pada gilirannya dapat mempengaruhi infiltrasi, daya antar hidrolik dan pelindian (Burges and Raw,1987).
Pengaruh makrofauna dalam proses pendauran hara tanah adalah memotong-motong sisa tumbuhan, merangsang kegiatan mikrobia. Dalam struktur tanah, makrofauna mencampurkan zarah organic dan jasad renik, menciptakan biopori, memajukan humifikasi, menghasilkan gentel tinja (Tan,1994).
Kelompok fauna tanah dapat dipindahkan lebih lanjut menurut ukuran badan menjadi mikrofauna (kira-kira <100µm), mesofauna (100µm -1cm), dan makrofauna (lebih dari 1cm ). Yang termasuk mikrofauna adalah protozoa, dan nematode, mesofauna adalah rayap, semut dan cacing tanah termasuk hewan infertebrata. Mereka berperan penting dalam tanah. Hampir semua mesofauna dapat menggenag dalam keadaan asam. Makrofauna lebih menyukai keadan lembab dan masam lemah sampai netral (Schroder, 1984)
Semut, rayap, laba-laba termasuk binatang berderajat agak tinggi. Kesemuanya dengan berperan membantu pelapukan danpenghancuran bahan organic di dalam tanah. Tetapi tidak sedikit pula yang merugikan pada pertumbuhan tanaman. Organisme-organisme yang berkependudukan di dalam tanah yang sanggup mengadakan perubahan-perubahan besar di dalam tanah, terutama dalam lapisan atas atau top soil di mana akar tanaman dapat dengan mudah diperoleh bahan makanam (Sutejo et al., 1991).
Jumlah dan macam makrofauna pada tanah alfisols ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, semakin tersedianya bahan organik maka populasi makro fauna juga semakin tinggi, karena bahan organik merupakan sumber makanan makrofauna dalam tanah sedangkan pada tanah alfisols kandungan BO-nya rendah maka makrofauna yang ditemui terbatas jumlah dan macamnya.
Makrofauna dalam tanah mempunyai peranan penting baik dalam memperbaiki sifat fisik tanah dan dekomposisi seresah dan biomassa. Karena makrofauna tanah seperti rayap dan semut biasanya membuat gundukan dan lubang dalam tanah (krotovinas) yang membantu dalam penggemburan tanah, memperbaiki aerasi dan kesarangan tanah dan sebagainya. Sehingga pada tanah alfisols ini kedua makroorganisme tersebut yaitu rayap dan semut labih banyak peranannya dalam perbaikan sifat fisik tanah selain cacing dimana cacing dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena cacing dapat memperbaiki aerasi dan draenasi tanah melalui gerakannya dalam tanah. Selain bahan organik populasi makrofauna juga dipengaruhi oleh jenis vegetasi diatasnya karena vegetasi mengeluarkan cairan atau eksudat melalui akar – akarnya yang memberikan sumber makanan dan mengkondisikan tanah sedemikian sehingga mendukung kehidupan makrofauna.
Makro fauna sangat penting bagi dunia pertanian untuk memperbaiki aerasi dan draenasi, serta meningkatkan kesburunan bagi tanah. makrofauna tanah juga digunkan sebagai indikator kesuburan tanah.......

Selasa, 11 Mei 2010

Gejala Dan Serangan Hama

I. DEFINISI ATAU ISTILAH
Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil manfaatnya, dapat ditinjau dari dua sudut (pandangan) :
1. Sudut BIOLOGI yang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain.
2. Sudut EKONOMI yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.
Sedang penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofit Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya.
Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :
1. Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya.
2. Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya.
3. Infeksi adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya.
4. Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang. Akibatnya adanya infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadang-kadang merupakan rangkaian yang disebut syndrom. Pada gejala itu sering kita jumpai adanya tanda, misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-peristiwa di atas terjadilah :
5. Periode (masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya gejala yang pertama. Namun demikian di dalam praktek sering dihitung mulai dari inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala pertama tersebut hingga waktunya menjadi jauh lebih panjang.

6. Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi tanaman yang terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi.
Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan penyakit. Di samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu perkembangan patogen dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus ini biasanya dapat dibedakan menajdi :
1. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya.
2. Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya .
Berdasarkan kondisi sel yang dipakai sebagai sumber makanannya maka parasit atau patogen dapat dibedakan menjadi :
1. Patofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang masih hidup.
2. Pertofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang dibunuhnya lebih dahulu.
Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh patogen, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau penurunan ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-lain.
2. Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal dari dalam artinya bersifat genetis atau bawaan.

Berdasarkan ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi :
1. Endemi (Enfitosis) yaitu penyakit yang selalu timbul dan menyebabkan kerugian yang cukup berarti.
2. Epidemi (Epifitosis) yaitu penyakit yang timbulnya secara berkala dan menimbulkan kerugian yang cukup berarti
3. Sporadis yaitu penyakit yang timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan kerugian yang berarti.
Tanggapan tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari tanaman inang tersebut dan dapat dibedakan menjadi :
1. Tahan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang oleh patogen.
2. Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh patogen, jadi merupakan lawan dari tahan.
3. Toleran apabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan produksinya.

Bentuk yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebut Kekebalan sedang bentuk ekstrem dari toleran disebut Inapparency, artinya dalam keadaan yang bagaimanapun juga tetap memiliki sifat tersebut.
II. ARTI PENYAKIT TUMBUHAN BAGI MASYARAKAT
Pada tahun seribuan di Eropa timbul penyakit pada manusia yang banyak menyebabkan kematian. Penyakit itu disebut Ergotisme. Penyakit ini ternyata disebabkan karena penderita memakan roti yang terbuat dari tepung rogge atau rye (Secale coreale), yang terserang oleh jamur Clavicopes purpurea. Jamur ini menghasilkan racun pada tepung yang tidak rusak meskipun sudah dimasak menjadi roti, hingga masih tetap menyebabkan kematian bagi manusia yang memakannya.
Pada tahun 1845 timbul penyakit pada kentang yang disebut bercak daun (late blight) yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans di Eropa dan Amerika. Penyakit ini di Irlandia selama tahun 1845-1860 menyebabkan bahaya kelaparan dan kematian sebanyak satu juta penduduk yang meliputi 1/8 dari seluruh jumlah penduduk negara tersebut sedang yang 1,5 juta terpaksa mengadakan emigrasi ke negara lain.
Pada tahun 1880 timbul penyakit pada kopi yang disebut penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Homileia vastatrix. Jamur ini memusnahkan kopi jenis Arabica yang juga dikenal sebagai kopi Jawa. Untuk mengatasi penyakit ini perkebunan kopi di Philipina diganti menjadi kebun kelapa sedang di Srilangka diganti menjadi perkebunan teh. Di Indonesia perkebunan kopi tetap dipertahankan, sebagai ganti jenis Arabica mula-mula ditanam kopi Liberica, tetapi jenis ini hancur juga lalu diganti dengan jenis Robusta. Jenis yang terakhir ini meskipun mutu bijinya lebih rendah tapi produksinya lebih tinggi sehingga nilai ekonominya hampir sama saja. Sekarang ini jenis kopi Arabica hanya terdapat di daerah yang tinggi saja seperti di Ijen dan Toraja. Sekarang dicoba menanam hibrida antara kopi Arabica dengan Robusta untuk menaikkan mutu biji dan mempertahankan produksi, yang disebut kopi jenis Arabusta. Tetapi usaha ini banyak mengalami kesukaran.
Pada permulaan abad 19 timbul penyakit pada tebu yang disebut penyakit sereh oleh virus Nanus sachori. Sebelum dapat diketahui dengan pasti patogen ini sempat menjadi teka-teki antara penyakit fisiologis dan penyakit parasiter. Penyakit ini pertama-tama diatasi dengan menanam bibit yang berasal dari pegunungan yang dikenal dengan tebu import. Tetapi cara ini banyak mengalami kesukaran hingga perkebunan tebu hampir saja gulung tikar. Untuk mengatasi bahaya yang gawat ini pemerintah mendirikan tiga kali balai penelitian tebu, yang akhirnya balai penelitian yang ada di Pasuruan menemukan jenis tanah yang terkenal dengan nama POJ (Proefstation Ost Java). POJ ini merupakan hasil persilangan antara tebu (Sacharum offisinarum) dengan glagah (Sacharum spontaneum). Hibrida inilah yang menyelamatkan perkebunan tebu itu.
Pada tahun 1850-an timbul penyakit pada padi yang disebut penyakit mentek yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang ribuan hektar sawah dan menimbulkan kerugian ribuan ton, tetapi akhirnya ditemukan jenis yang tahan. Penyakit tersebut sekarang diduga sama dengan penyakit tungro yang disebabkan oleh virus.
Pada abad terakhir ini timbul penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang disebabkan oleh makhluk semacam bakteri. Penyakit ini sangat merugikan karena selain memperkecil ukuran buah jeruk juga mengurangi jumlahnya, bahkan akhirnya dapat mematikan tanaman jeruk. Penyakit ini belum dapat diatasi dengan cara apapun. Salah satu usaha untuk memperpanjang umur ekonomi adalah dengan cara infus menggunakan antibiotika Oxy tetracicline, sebab cara eradikasi tidak dapat dilaksanakan di Indonesia ini.
Beberapa tahun terakhir ini timbul penyakit cacar daun cengkeh (CDC) yang disebabkan oleh jamur Phylosticta sp. Di Lampung meskipun baru beberapa tahun boleh dikata hampir memusnahkan perkebunan cengkeh di sana. Dalam tahun 1982/1983 saja di propinsi tersebut menghabiskan biaya pengendalian sebesar 9 milyar rupiah. Penyakit ini sudah terdapat di propinsi-propinsi yang lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan lain-lain.
Ilmu Penyakit Tumbuhan adalh ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang penting.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.
III. GEJALA DAN SERANGAN PENYAKIT TUMBUHAN
Di dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit. Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik.
Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.
Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul vegetatif dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat dilihat.Dalam hubungan ini untuk penamaan penyakit dapat didasarkan pada struktur patogen yang terlihat:
1. Mildew : merupakan penyakit tanaman dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada permukaan luar dari bagian tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya.
a. Downy Mildew : merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan lapisan seperti bulu-bulu kapas.
b. Powdery Mildew: merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak sebagai lapisan pupur.
2. Karat : Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan).
3. Smut (Gosong): Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ perbungaan, batang, daun dan sebagainya.
4. Kudis: Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak kasar seperti kudis.
5. Cacar : Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan pada bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah.
6. Bercak ter (Tarspot) : Bagian yarig terserang agak menonjol dan berwarna hitatr. Bagian yang hitam tersebut terdiri dari tubuh buah cendawan.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
A. Tipe Nekrotis meliputi :
1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel.
2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau.
3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya.
4. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis.
5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering.
6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah.
b. Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah.
7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu :
a. Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.
b. Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan.
c. Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.
8. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu.
9. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang.
10. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.

B. TIPE HIPOPASTIS meliputi
1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.
2. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya.
3. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
C. TIPE HIPERPLASTIS meliputi
1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu.
2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral.
3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi.
5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian
6. Pembentukan alat yang luar biasa :
a. Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.
b. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam).
8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.
9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.
10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru.
11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
a. Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :
b. Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan.
c. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang.
Perubahan dalam warna.
Seringkali warna hijau pada bagian tanaman yang terserang berubah menjadi warna kuning. Perubahan tesebut dapat terjadi oleh berbagai berikut sebab :
a. Etiolasi. Akibat kekurangan cahaya atau terlalu lama tumbuh di tempat gelap.
b. Khlorosis. Akibat temperatur rendah, kekurangan Fe, terserang virus, gangguan oleh cendawan, bakteri dan sebagainya.
c. Khorornosis. Warna hijau dirubah oleh zat yang memberi warna, merah jingga dan sebagainya.
d. Albino. Tanaman gagal membentuk zat warna.
Pertumbuhan yang berlebihan (hipertrofi)
Terjadi pembesaran secara abnormal dalarn ukuran dari organ tanaman. Hal ini terjadi karena adanya perangsangan terhadap jaringan tanaman untuk tumbuh secara berlebihan.Pembesaran organ tanaman ini dapat terjadi karena hiperflasia atau hipertrofi atau karena keduanya yang terjadi sekaligus.Hiperflasia: pembesaran dalam ukuran secara abnormal karena bertambah dalam jumlah sel. Hipertrofi: pernbesaran karena pertambahan besar dalam ukuran sel.Pertambahan besar keadaan ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk yang disebabkan oleh berbagai penyakit:
• Puru (galls). Salah bentuk (malformation) dengan bentuk yang agak bulat seperti Crown gall, alcar gada, bintil akar dan sebagainya.
• Keriting (curl). Bentuk ini terjadi karena ada pertumbuhan yang lebih cepat pada salah satu bagian dari organ tanaman (antara lain daun).
• Sapu (witches broom). Sejumlah percabangan timbul dari bagian tertentu sehingga merupakan berkas yang menyerupai sapu.
• Akar berambut (hairy root). Sejumlah akar halus yang dibentuk secara abnormal.
• Intumescence. Pembengkakan yang menyerupai kudis yang terdiri dari parankhima.
2.3. Atrofi, hipoplasia atau kerdil.
Terjadinya kekerdilan ini sebagai akibat adanya penghambatan daIam pertumbuhan. Seluruh tanaman atau hanya terbatas pada bagian tertentu saja dapat menunjukkan gejala kerdil.















Daftar Pustaka

Anonim, 2010,voldemort, penyakit tanaman, diakses pada tanggal 12 april 2010.
Anonim, 2010,Gejala dan serangan penyakit tanman , diakses pada tanggal 12 april 2010.
Anonim, 2010. Gejala penyakit tanaman, diakses tanggal 12 april 2010
Masyari, ali, 2008, mengenal berbagai penyakit, Md TSP Surabaya, diakses tanggal 12 april 2010

Penyebab Penyakit Tanaman

PENDAHULUAN
Kehidupan mahluk di dunia ini selalu tergantung dari dunia tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung. Tumbuhan dapat memanfaatkan sumber energi matahari dan mengolahnya bersama, zat-zat lainnya menjadi zat makanan yang sangat berguna untuk mahluk hidup. Selain tumbuhan dapat menghasilkan bahan pangan bagi rnanusia dan mahluk lainnya, juga melengkapi keperluan hidup kita dengan bahan sandang dan papan serta bahan untuk keperluan hidup lainnya.
Secara tidak langsung tumbuhan berguna untuk mengatur tata air dalam tanah dan mempertahankan kesuburan tanah terhadap bahaya erosi. Selain itu sebagai akibat proses asimilasi maka tumbuhan dapat mengisi kekurangan atmosfir akan zat oksigen.
Dengan demikian dapat dipahami akan ketergantungan kehidupan kita akan tumbuhan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan sudah makin terbatasnya areal yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang berguna, maka dunia kita menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi keperluan hidup dan memberi kesejahteraan penduduk dunia.
2. Pentingnya perlindungan tanaman terhadap penyakit tumbuhan.
Gangguan terhadap tanaman telah terjadi sejak berabad-abad lamanya. Dalam sejarah telah tercatat berbagai kejadian yang telah mempengaruhi perekonomian negara seperti antara lain.
• Penyakit daun kentang (Phytophtora infestans) di Irlandia pada pertengahan abad ke 19.
• Penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) di Srilangka, Indonesia dan negara-negara sekitarnya pada akhir abad ke 19
• Penyakit cacar daun teh (Exobasidium vexans) di India, Srilangka, Indonesia dan negara-negara disekitarnya pada pertengahan abad ke 20
Khusus mengenai penyakit padi yang banyak merugikan di Amerika Serikat ialah cendawan Piricularia oryzae kemudian menyusul busuk akar yang disebabkan oleh berbagai patogen, Helminthosporium oryzae, Coshiobolus miyabeanus, Cercospora oryzae, Leptospaeria salvini, Rhizoctonia oryzae, dan sebagainya.
Akibat dari kerugian penyakit tumbuhan tersebut tidak saja mempengaruhi bidang ekonomi, tapi jika menyangkut kepentingan masyarakat luas akan mengakibatkan ketenteraman hidupnya terganggu. Dengan demikian perlu selalu diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dibidang produksi pertanian termasuk gangguan yang disebabkan oleh penyakit tumbuhan.
PENYEBAB PENYAKIT
Penyebab penyakit dibagi menjadi virus, bakteri, jamur dan nematoda. Dibawah ini kan di jelaskan secara mendetail penyebab penyakit satu persatu.
VIRUS
Virus adalah organisme aselular (bukan sel) yang tidak memiliki organel-organel. Virus merupakan parasit sejati, tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Tubuhnya hanya terdiri dari selubung protein dan isi yang terdiri dari DNA saja atau RNA saja.
Karakteristik Virus/Ciri-ciri virus
Virus memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut :
a. Ukuran tubuhnya rata-rata : 0,02-0,3 mikron atau juga : 25-300 mikron (1 nanometer=1/1.000.000.000 m)
b. Virus yang berukuran paling kecil adalah Virus polio (poliovirus).
c. Struktur tubuh : DNA(deoxyribonucleic acid)/RNA(ribonucleic acid) yang dikeliling lapisan : kapsid (merupakan suatu selaput tersusun dari unit-unit protein disebut kapsomer.
d. Bentuk tubuh beranekaragam : bersegi banyak memanjang (flamen), bentuk T dan bentuk batang (silindris) & virus bulat.
e. Virus mempunyai dua fase yaitu di dalam sel inang atau di luar sel inang . Sel inang yaitu : sel makhluk hidup yang diinfeksi oleh parasit.
f. Virus dapat dikristalkan, tetapi apabila berada pada sel dan jaringan hidup mampu mengadakan replikasi, maka virus dapat disebut sebagai makhluk peralihan.
g. Pada umumnya virus tidak mempunyai membran plasma, sitoplasma, dan ribosom sehingga belum disebut sebagai sel.
STRUKTUR DAN FUNGSI
a. Bagian-bagian struktur virus:
1. Pembungkus atau selubung (kapsid) yang tersusun oeh protein, satu unit pembentuk kapsid disebut kapsomer.
2. Bahan inti yang terdiri dari asam nukleat, yaitu terdiri dari DNA saja atau RNA saja. Asam nukleat berfungsi untuk mengendalikan aktivitas replikasi (reproduksi) virus.
3. Kepala yang tersusun atas nukleokapsid yang berbentuk polihedral (segi banyak), yaitu di sebelah dalam terdapat asam nukleat dan diluar tersusun atas kapsid.
4. Pada beberapa virus, bagian sebelah luar dari kapsid diketemukan adanya selubung virus (envelope) atau membran yang menyelubungi kapsid yang berasal dari membran inang. Selubung ini tersusun atas fosfolipid dan protein dari sel inang serta protein dan glikoprotein dari virus. Selubung virus berfungsi untuk membantu menginfeksi sel inang dan membawa beberapa molekul enzim.
REPRODUKSI/REPLIKASI VIRUS
Virus menunjukkan ciri kehidupan, yaitu reproduksi dalam sel organisme. Sel tempat organisme disebut : sel inang. Maka virus dapat hidup secara parasit.
Maka cara reproduksi virus terdiri dari 2 tahap yaitu :
1. Tahap pertama Siklus Litik, yang mempunyai 5 (lima) tahap yakni :
a. Tahap adsorpsi (Penempelan)
b. Penetrasi
c. Sintesis
d. Pematangan
e. Lisis
2. Siklus lisogenik
Siklus ini diberi nama lisogenik karena sel inang pada tahap akhir siklus tidak mengalami kerusakan atau kematian. Sel inang dapat bertahan dan tidak rusak pada akhir siklus karena disebabkan sel inang mempunyai ketahanan diri terhadap serangan virus maka disebut virulensi.
Pada siklus lisogenik mempunyai empat (4) tahap yaitu;
1. Adsorbsi (penempelan)
2. Penetrasi (Penyuntikan)
3. Penggabungan karena pada fase ini DNA menyisip ke dalam DNA bakteri sehingga DNA bakteri mengandung materi genetik virus. DNA virus yang telah menyisip pada DNA bakteri tidak dapat aktif untuk mengambil alih kendali metabolisme dari DNA bakteri, dikarenakan bakteri mempunyai virulensi. DNA virus yang menempel pada DNA bakteri dan tidak aktif disebut : Profage.
PENYAKIT PADA TUMBUHAN DISEBABKAN VIRUS :
a. Mozaik (bercak-bercak kuning) pada daun tembakau,disebut TMV (Tobacco Mozaik Virus). Terjadi juga padatanaman Tomat.
b. Daun menggulung terjadi pada tanaman kapas dan lobak. Penyebab penyakit ini virus TYMV.
c. Citrus vein floem degeneration virus (CVPD), menyerang pada batang jeruk.
d. Virus Tungro, menyerang wereng cokelat, wereng hijau dan padi
e. Potato yellow dwarf virus (PYDV) menyerang tanaman kentang.
f. Virus cacar, menyerang pada daun cengkeh.

JAMUR/CENDAWAN
Sifat umum
Jamur merupakan patogen penyebab penyakit pada tanaman paling banyak dibanding patogen dari jenis lain. Jamur merupakan jasad renik yang (a) tidak mempunyai khlorofil/hijau daun (b) mempunyai inti sel atau nucleus, (c) talus (thallus) uniseluler atau multiseluler, (d) memperbanyak diri dengan pembelahan sel vegetatif, dan (e) membentuk spora aseksual, seksual atau keduanya.
Struktur jamur
Jamur termasuk tumbuhan tingkat rendah dan seperti halnya dengan tumbuhan lainnya jamur mempunyai 2 fase dalam siklus hidupnya, yaitu:
1. fase vegetatif
2. fase reproduktif/generatif.
Struktur vegetatif dari jamur sendiri terdiri dari hifa yang menyerupai benang-benang panjang. Hifa secara kolektif membentuk miselium dan panjangnya ada yang sampai beberapa meter. Hifa ada yang beruas dan tak beruas. Pada hifa yang beruas hifanya terbagi dengan sekat-sekat dan setiap ruas mengandung satu nucleus atau banyak nucleus.Pada tipe yang tak beruas terdiri dari hifa yang mempunyai banyak nucleus yang tidak dibatasi oleh sekat. Pada tipe ini dapat pula dijumpai dinding sekat terutama pada hifa yang tua.
Reproduksi
Cara memperbanyak diri jamur terbagi dalam 3 macam
a. Setiap potongan talus mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi talus baru jika berada dalam keadaan lingkungan yang memungkinkan.
b. Reproduksi dengan spora yang dibentuk secara a – seksual
c. Reproduksi dengan spora yang dibentuk secara seksual.
Reproduksi spora a-seksual.
Dalam produksi a-seksual hifa jamur membentuk spora. Spora a-seksual jamur terdiri dari berbagai bentuk dan cara pembentukannya ada berbagai macam:
1. Zoospora : (Spora mengembara). Bentuk dalam kantung spora (Sporangium) Sporangiospora mempunyai flagela atau bulu cambuk sehingga mampu untuk bergerak. Pembentukan sporangium ini terjadi pada ujung hifa dengan jalan mengadakan pembengkakan. Jamur yang membentuk zoospora tergolong pada Phycomycetes yang bersifat akuatik, Pada Phycomycetes yang tidak bersifat akuatik tidak dibentuk spora yang dapat bergerak dan sporangiumnya kadang-kadang hanya rnempunyai satu spora saja.
2. Sporangiospora : Spora dibentuk: didalam sporangium. Pembentukan sporangium terjadi pada sporangiospora (tangkai sporangium) yang ujungnya rnasuk agak kesebelah dalam sporangium dan disebut kolumela.
3. Konidium : Spora yang dibentuk dalam ujung hifa khusus yang disebut konidiospore. Spora tersebut dibentuk oleh hifa dengan cara segmentasi. Jika tidak terlihat banyak perbedaan antara bentuk spora dan struktur hifa, yang membentuknya, disebut oidium. Konidium dapat pula terjadi pada sporangium yang berspora tunggal. Bentuk dan warna konidium. beraneka ragam, ada yang bersel satu ada pula yang bersel banyak, begitu pula ada yang berwarna gelap dan ada pula yang berwarna bening.
4. Klamidospora : Bagian hifa yang membengkak berdinding tebal, bulat dan dapat terpisah sebagai sel resisten yang dibentuk dari sel-sel tertentu dari hifa, atau spora dan tidak mempunyai tangkai spora khusus. Klamidospora dibentuk diujung atau ditengah hifa atau spora biasa.
Reproduksi seksual
Spora yang dibentuk secara seksual mempunyai nama yang berbeda antara lain:
1. Oospora : merupakan hasil percampuran antara anteridiurn dan oogonium dimana sel jantan menyatu dengan inti oogonium.
2. Zigospora : merupakan hasil percampuran menyeluruh antara dua gametangium.
3. Askospora : Terbentuk dalam askus sebagai hasil percampuran antara nuklei dalam sel induk askus yang masing-masing berasal dari askogonium dan anteridium.
4. Basidiopore: Merupakan spora seksual pada Basidiomycetes yang terbentuk dalam basidium melalui sterigma.
5. Teliospora : Merupakan spora yang terdapat pada Uredinales
6. Aesiospora : Ustilagenales hanya terdapat teliospora.
7. dll.
Nutrisi untuk jamur
Jamur tidak mempunyai perakaran maupun khlorofil, sehingga tidak mampu membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisinya maka jamur membutuhkan organisme lain. Kebanyakan jamur bersifat saprofit, parasit obligat, parasit fakultatif. Kebanyakan jamur parasit hanya dapat hidup pada tanaman dari genus, species atau kultivar tertentu saja, sehingga masing-masing jamur parasit biasanya hanya menyerang tanaman tertentu saja.
Peristiwa infeksi
Usaha patogen menyerang tanaman hingga terjadinya penyakit pada tanaman dapat dibedakan 3 macam stadium yaitu, pra-penetrasi, penetrasi dan pasca-penetrasi.
Pada stadium pra-penetrasi hifa jamur atau spora mengadakan kontak pada permukaan tanaman inang. Spora jamur akan berkecambah atau akan terjadi pertumbuhan hifa jamur. Pada stadium ini tidak akan berlangsung sempurna, jika keadaan lingkungan tidak menunjang terjadinya pertumbuhan hifa atau perkecambahan spora. Seperti kelembaban yang tinggi.
Pada stadium penetrasi maka hifa jamur patogen memasuki tanaman inang dengan berbagai cara:
1. Melalui luka yang disebabkan oleh kerusakan mekanis atau serangga atau binatang lainnya serta oleh alat-alat pertanian yang digunakan petani saat perawatan tanaman.
2. Melalui lubang alami seperti stomata atau mulut daun dan sebagainya
3. Melalui sobekan yang terjadi pada bagian permukaan tanaman yang disebabkan oleh pertumbuhan organ-organ tertentu seperti akar
4. Penetrasi langsung karena adanya tekanan mekanis oleh hifa jamur, reaksi kimia atau keduanya.
Masuknya hifa ke dalam tanaman masih tergantung kepada keadaan lingkungan luar seperti kelembaban, suhu udara dll, tetapi sesudah berada di dalam jaringan tanaman maka keadaan fisiologi tanaman sangat menentukan sekali. Jika keadaan fisiologi tanaman tidak sesuai, maka hifa jamur akan tumbuh ke sel yang paling dekat dan masuk kedalam sel atau akan membentuk haustorium. Dengan cara demikian jamur akan mengabsorspsi zat makanan yang berada dalam protoplasma sel tanaman.
Jamur akan melanjutkan pertumbuhan dan membentuk spora untuk memperbanyak diri. Spora akan dilepaskan melalui permukaan tanaman untuk disebarkan. Proses seperti di atas akan berlangsung terus menerus.
Gejala penyakit
Gejala penyakit ialah perubahan warna atau bentuk dari tanaman atau jaringan tanaman yang terserang oleh jamur. Penyebab penyakit dari golongan jamur ini dapat menyebabkan berbagai macam gejala penyakit, diantaranya yaitu;
1. Gejala nekrosa yang berupa : Busuk akar, busuk pangkal batang, rebah kecambah (damping-off), kanker, anthracnose, bercak daun, kudis, blight, busuk lunak dan busuk kering.
2. Gejala yang berupa perubahan bentuk tanaman inang antara lain : Akar berbentuk gada, puru , kudis sapu, daun keriting .
3. Gejala-gejala lain seperti: layu, karat, embun (Mildew) dll.
Penyebaran
Penyebaran jamur ini dapat terjadi dengan berbagai cara. Pembentukan spora a-seksual, merupakan cara cepat dalam melakukan perbanyakan dan penyebaran, sedangkan pembentukan tubuh buah di mana terdapat spora seksual dapat membantu jamur untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan lingkungan yang kurang baik.
Spora a-seksual dibentuk dalam jumlah yang banyak dan disebarkan dengan mudah oleh angin, air atau serangga, tanah, alat pertanian, binatang dan sebagainya. Spora seksual seperti askospora harus dilepas dahulu dari askus dan tubuh buahnya dan kemudian baru terbawa oleh aliran air atau udara.
Contoh penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen jamur yaitu :
1. Penyakit busuk daun
Tanaman Inang : Kentang, tomat
Penyebab: jamur Phytophthora infestans (Mont.) de bary.
Gejala: daun kentang yang terserang berbercak coklat sampai hitam. Mula-mula pada ujung atau sisi daun, hanya tampak beberapa milimeter, tetapi akhirnya meluas sampai ke seluruh daun dan tangkai daun. Penyakit ini mulai menyerang pangkal buah tomat, yang menimbulkan bercak berair yang berwarna hijau kelabu sampai coklat.
Pengendalian: (1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman kentang atau tomat; (3) menanam varietas tomat yang resisten; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (6) disemprot dengan fungisida, misalnya Kocide 54 WDG, Victory 80 WP, Starmyl 25 WP dll.
2. Penyakit Downey Mildew
Tanaman Inang : melon, semangka, timun
Penyebab : jamur Pseudoperonospora cubensis
Gejala : daun tanaman yang terserang tampak bercak berwarna kuning kecoklatan, pada bercak terdapat massa spora berwarna coklat kehitaman. Gejala lebih lanjut daun akan mengering.
Pengendalian : (1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman; (3) menanam varietas yang resisten; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (6) disemprot dengan fungisida, misalnya Kocide 54 WDG, Victory 80 WP, Starmyl 25 WP dll.
BAKTERI
Bakteri adalah salah satu jenis jasad yang sangat kecil. Sampai sekarang telah diketahui kira-kira 1600 spesies bakteri yang sebagian besar dari jumlah tersebut termasuk saprofit. Banyak juga diantaranya yang sangat berguna untuk manusia, karena membantu menguraikan bahan bahan organik yang tidak terpakai lagi. Berbagai species dapat menjadi penyebab penyakit pada manusia dan hewan. Sedangkan yang menyebabkan penyakit pada tanaman telah diperkirakan sebanyak 180 species.



Sifat umum
Bakteri umumnya lebih kecil dari pada spora jamur. Tetapi walaupun demikian, kemampuannya untuk berkembang biak sangat tinggi. Bakteri dapat berbentuk, bulat, silindris atau seperti spiral.
Dinding sel untuk kebanyakan bakteri diliputi oleh selaput lendir. Lapisan lendir tersebut ada yang kuat melekat pada dinding sel dan ada pula yang mudah terlepas. Pada umumnya bakteri yang menyebabkan penyakit pada tanaman mempunyai flagela. Flagela ini terdapat pada salah satu ujungnya atau dapat pula meliputi seluruh permukaan tubuh bakteri. Perbanyakan bakteri dilakukan dengan pembelahan sel menjadi dua bagian. Setiap bagian tersebut menjadi individu yang berdiri sendiri (independen). Proses pembelahan berulang kembali setiap 20-30 menit sekali. Dalam waktu ter-sebut biasanya belahan sel tersebut menjadi dewasa dan siap untuk membelah dua lagi. Dengan demikian reproduksi bakteri lebih sederhana jika diban-dingkan dengan jamur. Jika bakteri memperbanyak diri pada media padat, maka akan terbentuk suatu yang dapat dilihat. Koloni berbagai species bakteri dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, warna dan sebagainya yang kesemuanya itu merupakan ciri-ciri untuk species tertentu dari bakteri. Koloni tersebut dapat berbentuk bulat, lonjong atau tidak beraturan. Pinggiran dan elevasi dari koloni-koloni tersebut berbeda-beda begitu pula dalam soal warnanya (umumnya tidak berwarna tetapi ada pula yang berwarna kuning, merah dan sebagainya).
Terjadinya penyakit
Bakteri masuk ke dalam tanaman melalui luka atau melalui lobang-lobang alami dan hidup dan berkembang dalam rongga-rongga inter-selluler. Bakteri mengeluarkan enzim yang dapat merusak dinding sel tanaman dan mengakibatkan kematian dari sel-sel tersebut. Selanjutnya bagian-bagian tanaman yang terserang itu akan mengeluarkan lendir . Kematian sel-sel tersebut dapat pula disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri.
Gejala penyakit
Bakteri dapat menyebabkan berbagai macam gejala penyakit antara lain bercak dan bercak (blight) pada daun, ranting, cabang dan sebagainya, busuk lunak pada buah, akar dan bagian-bagian tempat penyimpanan zat makanan, layu, kudis, kanker, puru dan sebagainya. Setiap macam gejala penyakit tersebut ada kemungkinan disebabkan oleh berbagai patogen bakteri yang tergolong dalam berbagai genus atau dapat pula hanya disebabkan suatu species dari genus tertentu. Misalnya species dari Agrobacterium hanya dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari bagian-bagian tanaman yang diserangnya, tetapi gejala tersebut dapat pula disebabkan oleh species tertentu dari Corynebacterium, Pseudomonas dan Xanthomonas sp.
Cara bertahan hidup dan penyebaran
Bakteri yang patogenik terhadap tanaman dapat hidup sebagai parasit pada inangnya maupun sebagai saprofit di dalam tanah. Beberapa bakteri seperti halnya Erwinia amylovora yang menyebabkan fire blight memperbanyak diri secara pesat dalam tanaman inangnya, sedangkan di dalam tanah jumlah bakteri akan menurun dangan cepat. Hal ini disebabkan, karena bakteri itu dapat hidup terus menerus dalam tanaman tahunan. Ia dapat berkembang biak dan mempertahankan diri dalam tanah. Sedangkan bakteri lainnya yang tergolong ke dalam genus Erwinia dan Pseudomonas yang menyebabkan penyakit busuk lunak, berkembang terutama dalam tanah dan hubungannya dengan tanaman tidak merupakan hal yang benar-benar diperlukan untuk kepentingan hidupnya, tetapi kedua jenis bakteri ini dapat menimbulkan penyakit yang serius pada tanaman. Kecuali bakteri dapat mempertahankan hidupnya pada tanaman, tanah dan sisa-sisa tanaman ia juga dapat bertahan hidup dalam biji.
Penyebaran bakteri dari satu tanaman ke tanaman yang lain atau dari satu bagian tanaman ke bagian tanaman lain atau antar tanaman terjadi terutama melalui air, serangga atau golongan binatang lainnya dan manusia.
Contoh penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri yaitu;
1. Penyakit layu
Tanaman Inang : Cabe, tomat, semangka, melon dll
Penyebab: Bakteri Pseudomonas solanacearum
Gejala: tanaman layu secara cepat dimana daun-daunnya masih kelihatan hijau, bila akar dipotong dan dimasukkan dalam air akan keluar massa bakteri yang kelihatan seperti asap.
Pengendalian: (1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman kentang atau tomat; (3) menanam varietas tanaman yang resisten; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (6) sebelum tanam , lubang tanam dikocor dengan fungisida Kocide dengan konsentrasi 5 gr/l dan diulangi setiap 7 hari sekali sampai umur 40 hst dll.
2. Penyakit Busuk hitam
Tanaman Inang : kubis
Penyebab : jamur Xanthomanas campestris
Gejala : daun tanaman yang terserang tampak bercak berwarna kuning kecoklatan pada pinggir daun , daun yang pertama terserang yaitu daun bagian bawah, apabila tidak dilakukan pengendalian gejala penyakit akan semakin meluas.
Pengendalian : (1) menanam varietas yang resisten; (2) daun tanaman yang telah terserang segera dipotong dan dibuang atau dibakar; (3) tanaman yang sakit tidak boleh dikubur di areal pertanaman (4) melakukan rotasi tanaman; (5) disemprot dengan fungisida, misalnya Kocide 54 WDG dan bisa dicampur dengan bakterisida lain.
NEMATODA

MORFOLOGI NEMATODA
Nematoda termasuk dalam kerajaan hewan, dan speciesnya bersifat parasit pada tumbuhan, berukuran sangat kecil yaitu antara 300 – 1000 mikron, panjangnya sampai 4 mm dan lebar 15 – 35 mikron. Karena ukurannya yang sangat kecil ini menyebabkan hewan ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang akan tetapi hanya bisa dilihat dengan mikroskop.
bagaimana cara nematoda menyerang akar dan pengaruhnya terhadap tanaman
Nematoda yang menyebabkan penyakit dan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan batang. Konsentrasi hidup nema-toda lebih besar terdapat didalam perakaran tum-buhan inang terutama disebabkan oleh laju reproduksinya yang lebih cepat karena tersedianya makanan yang cukup dan tertariknya nematoda oleh zat yang dilepaskan dalam rizosfir awalnya, telur-telur nematoda diletakan pada akar – akar tumbuhan di dalam tanah yang kemudian telur.
Telur dan telur akan berkembang menjadi larva dan nematoda dewasa. Berkumpulnya populasi nematoda disekitar perakaran ini mendorong nematoda menyerang akar dengan jalan menusuk dinding sel. Nematoda dewasa terus-menerus bergerak tiap detik, tiap jam, tiap hari dan menetap di sekitar akar, dalam gerakan – gerakan tersebut nematoda menggigit dan menginjeksikan air ludah pada bagian akar tumbuhan., menyebabkan sel tumbuhan menjadi rusak. Gejala kerusakan pada akar akibat gigitan nematoda ditandai dengan adanya puru akar ( gall ). Luka akar, ujung akar rusak dan akar akan membusuk apabila infeksi nematoda tersebut disertai oleh bakteri dan jamur patogen.
pengendalian nematoda
Untuk mengendalikan nematoda parasit pada tanaman, berbagai upaya pengendalian dapat dilakukan. Saat ini diketahui tanaman tertentu dapat menjadi racun bagi nematoda, misalnya Tagetes spp atau kenikir ( jawa ). Tanaman ini ditanam sebagai tanaman sela atau ditanam dalam rotasi dengan tanaman sayuran atau tanaman pangan yang lain. Tagetes spp mampu mencegah menetesnya telur sehingga mengurngi perkembang biakan nematoda bengkak akar ( meloydogine sp ), karena tanaman ini mengeluarkan substansi yang beracun yang akan meracuni nematoda. Pengendalain yang lain adalah penggunaan ne-matisida seperti Furadan 3 G, Rhocap dll yang dilakukan sebelum tanam maupun saat tanam.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Penanggulangan penyakit.www.wordpress.com.diakses tanggal 22 april 2010 jam 15.00.
Anonim. 2008. penyakit tanaman.www.pertanian maju.com.diakses tanggal 22 april 2010 jam 15.10.
Ardiana, rismansyah. 2008. Mengenal penyebab penyakit tanaman. Just another plant protection weblog. diakses tanggal 22 april 2010 jam 15.15.