Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...

Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya

Jumat, 17 Agustus 2012

Pelestarian Sumber Daya Nabati Garut

A. PENDAHULUAN Garut, ararut atau irut (Maranta arundinacea) adalah sejenis tumbuhan berbentuk terna yang menghasilkan umbi yang dapat dimakan. Garut tidak pernah menjadi sumber pangan pokok namun ia kerap ditanam di pekarangan di pedesaan sebagai cadangan pangan dalam musim paceklik. Nama-nama daerahnya di antaranya: sagu, sagu bamban, sagu belanda, sagu betawi, ubi sagu. Morfologinya terna menahun, tegak, dengan batang-batang yang bercabang menggarpu, tinggi 40–100 cm. Rimpangnya lunak dan membengkak, berdaging, keputih-putihan atau kemerahan, dengan sisik daun putih kemerahan. Daun bertangkai panjang, berpelepah pada pangkalnya dan menebal, dengan helaian bentuk lonjong atau bundar telur-melonjong berujung runcing. Bunga majemuk dalam malai terminal (di ujung batang), zigomorfik, berwarna putih. Buah melonjong, merah tua, gundul sampai berambut. Gambar Tanaman garut Garut terutama ditanam untuk umbinya, yang menghasilkan pati yang berkualitas tinggi, berukuran halus dan berharga mahal. Rimpang garut juga dapat dijadikan sumber karbohidrat alternatif untuk menggantikan tepung terigu. Rimpang segar mengandung air 69–72%, protein 1,0–2,2%, lemak 0,1%, pati 19,4–21,7%, serat 0,6–1,3% dan abu 1,3–1,4%. Gambar Umbi Garut Sesungguhnya banyak sekali pangan lokal yang kandungan gizinya berani bersaing dengan terigu dan beras. Salah satunya, garut (Maranta arundinaceae L). Selain banyak manfaat, garut juga mudah ditanam. Tanaman yang kini nyaris terlupakan di tengah gaya dan pola makan kita ini mengandung karbohidrat dan zat besi lebih tinggi dibandingkan tepung terigu dan beras giling. Sementara itu, kandungan lemaknya terendah ketimbang terigu dan beras. Kandungan kalori tepung garut pun hampir sama dengan beras dan terigu. Ini artinya garut sungguh layak dikonsumsi. Garut, irut, harut atau patat sagu merupakan salah satu anggota suku Marantaceae. Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dikenal dengan nama Marantha arundinaceae L. Tanaman ini merupakan terna tegak dengan tinggi 60 – 80 cm, batang sejatinya terdapat dalam tanah, berbentuk kumparan menebal ke arah puncak. Daunnya berbentuk bundar telur hingga lanset bundar telur, berwarna hijau berbecak putih. Umbinya berwarna putih ditutupi dengan kulit yang bersisik berwarna coklat muda, berbentuk silinder. Tanaman ini berasal dari Amerika khususnya daerah tropik, kemudian menyebar ke Negara-negara tropik lainnya seperti Indonesia, India, Sri Lanka dan Philipina. Jenis tanaman ubi-ubian ini tumbuh pada ketinggian 0 – 900 m dpl, dan tumbuh baik pada ketinggian 60 – 90 m dpl. Tanah yang lembab dan di tempat-tempat yang terlindung merupakan habitat yang terbaik. Umbinya banyak mengandung tepung pati yang sangat halus dan mudah dicerna untuk makanan bayi dan orang sakit. Umbinya dapat dipergunakan sebagai bahan kosmetika, lem, dan pembuat minuman beralkohol. Perasan umbinya dapat untuk penawar racun anak panah, sengatan lebah, dan luka-luka lainnya. Secara umum tanaman garut sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa. Garut dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif maupun penghasil pati untuk bahan baku industri. Hal ini sejalan dengan arah dan sasaran kebijakan pembangunan pangan dan gizi yaitu dalam mewujudkan ketahanan pangan sebaiknya tidak bertumpu pada komoditas padi , jagung adan kedelai. Namun perlu ditunjang oleh berbagai komoditas pangan lainnya seprti umbi-umbian dan pisang sehingga terwujud diversifikasi pangan yang tersedia dan terjangkau masyarakat. Tepung garut mempunyai prospek untuk mensubtitusi atau menggantikan tepung terigu karena mempunyai sifat yang mendekati sifat tepung terigu, mempunyai kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan tepung terigu maupun beras giling Kandungan Gizi tanaman Garut No. KANDUNGAN GIZI UNIT K A N D U N G A N Beras Giling Tepung Terigu Tepung Garut 1 Kalori Kal 360,0 365,0 355,0 2 Protein Gr. 6,8 8,9 0,7 3 Lemak Gr. 0,7 1,3 0,2 4 Karbohidrat Gr. 78,9 77,3 85,2 5 Kalsium Mg. 6,0 16,0 8,0 6 Fosfor Mg. 140,0 106,0 22,0 7 Zat Besi Mg 0,8 1,2 1,5 8 Vit. A Iu 0,0 0,0 0,0 9 Vit. B1 Mg 0,12 0,12 0,09 10 Vit. C Mg 0,0 0,0 0,0 11 Air Gr 13,0 12,0 13,6 12 Bagian yg dpt dimakan % 100,0 100,0 100,0 Tanaman garut berasal daribenua Amerika, khususnya daerah tropis, namun ada yang menye-butkan asalnya dari Indonesia,kemudian menyebar ke negara-negara lain seperti Australia, Asia(India, Sri Lanka dan Filipina),Afrika Timur dan Selatan. Di Jawa Barat, garut sering disebut patat sagu, irut, arut, jelarut, di Amerika disebut arrow-root. Tanaman ini mudah tumbuh mulai dari keting-gian 0 hingga 900 m dari permu-kaan laut (dpl), paling baik tumbuh pada ketinggian 60-90 m dpl.Habitat yang terbaik adalah tanahyang lembap dan tempat-tempatyang terlindung. Selain di Indone-sia, garut sudah ditanam secaraluas di Filipina dan India. Filipinamerupakan negara pemasok te-pung garut terbesar kedua di duniasetelah Amerika Tengah (Anonim, 2006). B. PENGENALAN TANAMAN GARUT Tanaman garut hanya menyukai daerah tropis, tanamanini termasuk dalam Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberles Famili : Marantaceae Genus : Maranta Species : Maranta arundinaceae L. Seperti halnya dengan tanamantanamanlain yang tergabung dengan ordo ini maka bentuk tanaman ini adalahherba yang berumpun, tingginya 11,5m, dengan perakarandangkal dari rhizoma menjurus ke arah dalam tanah. Mulamularhizoma ini berupa cabang yang merayap dan lamakelamaan secara bertahap akan membengkak dan menjadisuatu organ yang berdaging dengan bentuk silinder. Rhizomaatau sering juga disebut dengan umbi ini berwarna putih ataucoklat muda. Panjang rhizoma 20 45 cm, sedang diameternya2 5cm. Daun tanaman ini berbentuk oval dengan panjang 10 15dan lebarnya 3 10cm. Pelepah daun berbaris dua, bersisitidak sama dan memeluk batang. Ujung tangkai daun melebar,jumlah tulang daunnya sangat banyak dan letaknya sejajar. Bunga garut kecilkecilterletak pada pangkal ujung danpanjangnya 2 cm dengan kelopak bunga berwarna hijau danmahkota bunga berwarna putih. Pada bunga ini hanya terdapatsatu benangsari yang fertil dengan kepalasari beruang satu.Buahnya tenggelam dan beruang, tiap ruangnya hanyaterdapat satu bakal biji. Panjang buah ini hanya sekitar tujuhmilimeter. Daun tanaman ini berbentuk oval dengan panjang 10 ­ 15 dan lebarnya 3 ­ 10 cm. Pelepah daun berbaris dua, bersisi tidak sama dan memeluk batang. Ujung tangkai daun melebar, jumlah tulang daunnya sangat banyak dan letaknya sejajar. Bunga garut kecil­kecil terletak pada pangkal ujung dan panjangnya 2 cm dengan kelopak bunga berwarna hijau dan mahkota bunga berwarna putih. Pada bunga ini hanya terdapat satu benangsari yang fertil dengan kepalasari beruang satu. Buahnya tenggelam dan beruang, tiap ruangnya hanya terdapat satu bakal biji. Panjang buah ini hanya sekitar tujuh milimeter. Tanaman garut mempunyai 2 kultivar yang penting, di Sint Vincent kultivar tersebut dinamakan Creole dan Banana. C. Perbanyakan Tanaman Garut Dua kultivartersebut dapat di bedakan berdasarkan perbedaan sifatnya. Ciri dan sifat dari cultivar tersebut adalah sebagai berikut : A. Creole Rhizomanya kurus panjang, menjalar luas dan menebus ke dalam tanah. Bila kultivar ini tumbuh di daerah yang kurang subur mempunyai kecenderungan menjadi umbi yang kurus dan tidak berguna.Dan ini sering disebut akar cerutu atau cigar root. Kultivar ini setelahdipanen mempunyai daya tahan selama tujuh hari sebelum dilakukan pengolahan. Saat ini tanaman garut kultivar creole telah tersebar luas di areal petani. B. Banana, kultivar ini umumnya menjadi ciri atau sifat yang berlainan dengan creole. Rhizomanya lebih pendek dan gemuk, tumbuh dengan tandan terbuka pada permukaan tanah. Umbinya terdapat dekat dengan permukaan tanah, maka lebih mudah dipanen. Cara pemanenan dengan alat mekanik pun dapat dilakukan dengan aman. Keuntungan lain dari kultivar ini adalah kecenderungan untuk menjadi akara cerutu sangat kecil sekali,hasil panen lebih tinggi dan kandungan seratya lebih sedikit, sehingga lebih mudah diolah bila dibandingkan dengan creole. Perbanyakan tanaman garut dilakukan dengan memotong sebagian kecil dari rimpang yang bertunas. Tanaman ini biasanya ditanam pada permulaan musim hujan sesudah tanah digemburkan lebih dahulu. Selama pertumbuhan, tanah sekali-kali perlu digemburkan. Umbi dapat dipanen pada umur 10 – 11 bulan, bila daun-daunnya mulai melayu. Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian tanaman yang baik untuk digunakan sebagai bibit adalah ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits) yang panjangnya 4 - 7 cm dan mempunyai 2 - 4 mata tunas. Agar diperoleh produksi yang tinggi maka bibit yang digunakan harus berkualitas baik dan jangan menggunakan bibit yang kondisinya kurang sehat, kurus atau menderita akar cerutu (Cigar root). Jumlah bibit yang diperlukan untuk setiap hektarnya adalah 3.000 - 3.500 kg bibit. Salah satu masalah dalam pengembangan tanaman garut adalah belum tersedia kultivar unggul yang siap dibudidayakan secara komersial. Namun adanya keragaman di lapangan diharapkan merupakan petunjuk adanya keragaman genetik yang sangat berguna untuk seleksi tanaman. Beberapa karakter yang diketahui adalah tanaman ini telah beradaptasi lama di Indonesia, resisten terhadap penyakit, memiliki keragaman produktifitas 7 - 47 ton/hektar, kandungan pati 16 - 18 persen (Flach dan Rumawas, 1996). Dengan demikian upaya melakukan seleksi dari tanaman yang tersebar dan tumbuh di berbagai daerah diharapkan dapat menghasilkan klon tanaman garut yang memiliki produktifitas tinggi. Identifikasi keragaman genetik tanaman garut dapat dilakukan pada tingkat morfologi, protein, dan DNA. Ketiga teknik ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Teknik mana yang akan dipilih untuk digunakan tergantung pada kondisi dan situasi serta kebutuhannya. Analisis klasik yang telah lama dilakukan adalah berdasarkan marka morfologi. Namun hasilnya kurang akurat karena sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan subyektifitas peneliti. Walaupun demikian, penggunaan teknik yang lebih canggih seperti analisis protein ataupun DNA, pada akhirnya memerlukan data morfologi. Analisis genetik yang memiliki tingkat akurasi lebih tinggi adalah menggunakan produk primer gen yaitu protein atau isozim (Hussain et al., 1986). Namun teknik ini pun memiliki keterbatasan yakni tingkat polimorfisme pita protein lebih rendah dibandingkan DNA. Selain itu, masih dipengaruhi oleh lingkungan karena protein atau isozim merupakan produk ekspresi dari gen. D. BUDIDAYA TANAMAN GARUT 1. Pemilihan bibit Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian tanaman yang baik untuk digunakan sebagai bibit adalah ujung­ ujung rhizoma atau tunas umbi (bits) yang panjangnya 4 ­ 7 cm dan mempunyai 2 ­ 4 mata tunas. Agar diperoleh produksi yang tinggi maka bibit yang digunakan harus. berkualitas baik dan jangan menggunakan bibit yang kondisinya kurang sehat, kurus atau menderita akar cerutu (Cigar root). Jumlah bibit yang diperlukan untuk setiap hektarnya adalah 3.000 ­ 3.500 kg bibit. 2. Pengolahan Tanah Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, karena pada struktur tanah yang gembur umbi dapat tumbuh dengan leluasa. Proses pemanenan juga akan lebih mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur. Untuk memperoleh struktur tanah yang gembur perlu dilakukan pengolahan sebaik mungkin dengan cara membajak atau mencangkul dengan kedalaman 20 ­ 30 cm, agar tanah menjadi semakin gembur maka sebaiknya diberikan kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 ­ 30 ton per hektar karena kompos atau pupuk kandang tersebut selain menggemburkan tanah juga untuk memperkaya kandungan unsur hara di dalam tanah. Tanah diolah dengan membajak atau mencangkul, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kondisi lahan, lebar 120 cm dan tingginya antara 25 ­ 30 cm. Jarak antara bedengan yang satu dengan yang lain adalah 30 ­ 50 cm. 3. Penanaman Bertanam garut biasanya dilakukan pada awal musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober agar tanaman lebih banyak tertolong pertumbuhanya dengan adanya curah hujan. Bibit ditanam pada bedengan­bedengan yang telah disiapkan denganmenggunakan alat tanam seperti tugal ataucangkul dengan kedalaman yang cukup yaitu antara 8 ­ 15 cm. Dalamnya penanaman bibit garut ini bertujuan agar umbi yang terbentuk nantinya tidak menonjol ke permukaan tanah. Setelah bibit ditanam selanjutnya lubang tanaman ditutup dengan tanah. Jarak tanam garut yang umumnya digunakan adalah sekitar 37,5 x 75cm. 4. Pemupukan Pemberian pupuk merupakan kegitan yang sangat penting untuk dilakukan agar tanaman garut memperoleh bahan makanan yang cukup, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur dan hasil umbi dapat mencapai optimal. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk alam (pupuk organik) seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 ­ 30 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Selain pupuk alam (pupuk organik), pupuk buatan (pupuk anorganik) juga sangat penting untuk diberikan yaitu : Urea sebanyak 350 ­ 400 kg/ha, SP­36 sebanyak 200 ­ 300 kg/ha dan KCL sebanyak 100 ­ 350 kg/ha. Pupuk anorganik dapat diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 3,5 bulan dan dapat pula diberikan secara bertahap. Apabila pemupukan dilakukan secara bertahap sebaiknya diberikan sebanyak 2 kali pemupukan pertama bersamaan dengan penanaman bibit sedangkan pemupukan kedua dilakukan menjelang tanaman berbunga atau pada saat tanaman berumur kurang lebih 3,4 bulan karena pada saat itu tanaman mulai membentuk umbi sehingga sangat membutuhkan banyak zat makanan.Pemberian pupuk dapat dilakukan pada garitan atau alur yang dibuat disepanjang barisan tanaman; dan dapat juga lubang­lubang yang dibuat dengan menggunakan tugal didekat pangkal tanaman garut. Setelah pupuk diberikan selanjutnya lubang atau alur tersebut ditutup kembali dengan tanah untuk menghindari terjadinya kehilangan pupuk akibat penguapan. 5. Pemeliharaan Dalam hal pemeliharaan tanaman garut, yang perlu diperhatikan adalah penyiangan dan pembumbunan karena kedua kegiatan tersebut merupakan perawatan tanaman. Penyiangan dimaksud untuk membersihkan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan setiap bulan terutama selama 3 ­ 4 bulan pertama, dan apabila tanaman garut mulai nampak berbunga maka kegiatan penyiangan tidak boleh lagi dilakukan. Sambil melakukan penyiangan, kegiatan pembumbunan juga dapat sekaligus dilakukan dengan menggunakan cangkul. 6. Hama dan Penyakit serta Pengendaliannya Tanaman garut termasuk tanaman yang tidak terlalu banyak jenis hama dan penyakit yang menyerangnya, dan sekalipun ada pada umumnya serangannya kurang membahayakan pertumbuhan tanaman. Satu­satunya jenis hama yang penting adalah ulat penggulung daun (Colopedes athlius Cran.), ciri­cirinya daun yang terserang melinting (menggulung), karena ulat ini menggulung sejumlah daun sehingga dapat menghambat proses asimilasi yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan umbi garut. Hama ini dapat diatasi dengan mudah yaitu dengan menggunakan larutan yang mengandung arsanik. Jenis penyakit yang sering menyerang garut adalah penyakit akar. Penyakit akar ini disebabkan oleh Rosselina Bunodes Sacc. Yang biasanya menyerang tanaman garut yang diusahakan pada daerah­daerah yang lembab dengan curah hujan tinggi dengan drainase yang kurang baik. Oleh karena itu pembuatan saluran drainase yang baik produksi rata­rata yang diperoleh umumnya sebesar 12,5 ton per hektar, namun dengan tingkat budidaya yang baik dapat mencapai 37 ton umbi segar per hektar. 7. Panen Hasil utama tanaman garut adalah umbi. Tanda­tanda umbi garut sudah waktunya untuk dipanen adalah daun­daun menguning, mulai layu dan matiyaitu biasanya padaumur antara 10 ­ 12 bulan setelah tanam. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi garut adalah pada saat tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut telah banyak berserat sehingga pati sulit untuk diekstrak. Cara panen umbi garut sangat bergantung pada varietas /kultivar yang digunakan. Untuk kultivar yang letak umbinya dekat dengan permukaan tanah, pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan tangan, sedang kultivar yang lain memerlukan alatuntuk mencongkel umbi yang letaknya agak di dalam tanah. Pada saat pemanenan, rerumputan dan sampah­sampah tanaman dikubur di lahan agar berubah menjadi bahan organik yang sangat membantu dalam menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya hasil panen sangat tergantung pada varietas, tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan tanaman yang dilakukan. Jumlah panenan dapat berkisar antara 7,5 ­ 37 ton umbi per hektar (Andrean, 2007). E. Pemanfaatan Umbi garut di-manfaatkan sebagai sumber pa-ngan dan bahan baku industri. La-poran Ditjen Tanaman Pangan 2009 menyebutkan, setiap 100 g tepung Garut Alternatif Pangan yang Potensial tuk mengembangkan usaha de-ngan menampung dan memasar-kan kerupuk mitra usaha ponpes.Untuk menjaga kelanjutan usa-ha dan pemanfaatan alat denganbaik terus dilakukan pembinaan kekelompok. Cabang Dinas Pertaniandi Paciran dan pendamping LM3aktif memberi bimbingan dalammenggunakan alsin tersebutKendala dan AntisipasiWalaupun usaha kerupuk ikan bi-naan ponpes sudah mengalami ba-nyak kemajuan, sejumlah kendalatetap dihadapi. Untuk perluasanpemasaran, misalnya, belum bisa bersaing dengan pabrikan besar sehingga pemasaran terbatas untuk lokal. Kualitas kerupuk masih bera-gam, terutama yang dihasilkan masyarakat di luar binaan ponpes.Kemasan masih sederhana sehing-ga sulit menembus pasar modern/supermarket. Aspek kebersihan be-lum diperhatikan. Kerupuk dijemur di halaman rumah sehingga bisa terkena debu dan kotoran lain.Terkait dengan masalah ter-sebut, ke depan ponpes berencana membuat tepung tapioka sendiri. Selama ini tepung masih dibeli dari toko/pabrik yang ada di Lamongan,Untuk menghasilkan kerupuk yanglebih higienis, pengeringan diupa-yakan menggunakan oven. Keru-puk akan dikemas lebih menarik danmencantumkan merek dagang ser-ta pengajuan izin P-IRT ke Dinas Perindustrian (Bonif, 2009). DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006. Garut. http/tekhnisbudidayagarut.com. Diakses pada tanggal 28 Maret 2011. Andrean, 2007. Tekhnis budidaya dan Perkembangkiakan Garut. http//duniapertanian/garut.co.id. Diakses pada tanggal 28 Maret 2011. Borif, 2009. Garut Alternatif Pangan Potensial. Jurnal Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Vol : 31 No 5 2009. Diakses tanggal 28 Maret 2011.