Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensi genetic terbaik yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup pembelahan, diferensiasi dan perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan mineral dari tanah dan mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan; fotosintesis dan translokasi hasil-hasil fotosintesis ke tempat-tempat penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme senyawa-senyawa yang disintesis; reproduksi dan penyimpanan persediaan makanan untuk reproduksi.
Pertumbuhan dan hasil tumbuhan bergantung pada ketersediaan hara dan air di dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan dalam kisaran faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Sesuatu yang mempengaruhi kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan akan dapat menurunkan kegunaannya bagi manusia. Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan.
Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Penyebab utama penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik (fisiopath). Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya dengan cepat menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit.
Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus, mikoplasma, dan tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang menular adalah terjadinya interaksi yang terus-menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh faktor-faktor abiotik (fisik atau kimia).
Pada tanaman tomat terdapat berbagai macam penyakit yang biasa menjangkit. Penyakit yang umumnya menjangkit tomat antara lain :
√ Busuk Daun
Busuk daun disebabkan Phytophtora infestans, menyebabkan daun dan buah menjadi bernoda-noda hitam seperti cacar dan akhirnya menjadi kering atau busuk. Pengendaliannya dengan pemilihan waktu tanam yang tepat dan pemakaian fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 0,25 0,3% dan Kaptafol
√ Penyakit Layu
Disebabkan oleh Fusarium oxyporium, menyerang tanaman dengan gejala tulang daun menjadi pucat, tangkai daun merunduk, layu dan tumbuh merana kemudian mati. Cara pengendaliannya dengan sterilisasi tanah persemaian dan menanam varietas yang resisten.
√ Penyakit Layu Bakteri
Disebabkan bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejalanya daun muda menjadi layu atau daun tua menjadi kuning. Gejala lebih lanjut apabila batang dipotong akan keluar cairan berwarna putih susu seperti lendir dari berkas pembuluh, sehingga penyakit ini juga disebut penyakit lendir. Pengendaliannya dengan cara pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang bakteri dan menanam varietas yang resisten.
√ Penyakit Rebah Batang
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytium yang menyerang batang muda. Gejala yang nampak mulai dari daerah perakaran dan berwarna coklat gelap dan terus menyerang batang muda sehingga tanaman rebah dan akhirnya mati. Penyakit ini sering menyerang persemaian sampai awal pindah tanam. Adapun pencegahannya adalah dengan menggunakan benih unggul berkualitas dan menggunakan bahan kimia yang tepat misalnya Saromyl 35SD yang diaplikasikan dengan cara perlakuan benih atau disemprotkan saat tanaman masih berada di persemaian. Drainase yang benar serta hindari dari penggenangan pada tanaman muda merupakan pencegahan yang baik.
√ Penyakit Blight atau Bercak Daun.
Penyakit ini disebabkan oleh serangan jamur Altenaria solani. Gejalanya kelihatan pada daun, batang dan buah tomat nampak bercak kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi gelap dan hitam. Bercak berbentuk membulat dan terdapat lingkaran konsentris. Tanaman yang terserang akan terhambat pertumbuhannya dan pada serangan lebat, tanaman akan mati. Anjuran agar memilih varietas yang toleran/tahan dan sanitasi lingkungan tanaman yang baik.Selain itu, untuk mengendalikan terjadinya penyakit tersebut dapat menggunakan fungisida protektan maupun sistematis untuk melindungi tanaman misalnya Kocide 54WDG dan Starmyl 25WP.
√ Penyakit Busuk Batang Didymella sp.
Penyakit ini disebabkan jamur Didymella lycopersici umumnya menyerang tomat dan tanaman sefamili seperti cabai, terong dan kentang. Serangannya bisa menyeluruh pada bagian tanaman baik daun maupun batang. Batang yang terserang akan ditumbuhi jamur yang berwarna hitam. Daun di bawah batang yang terserang berwarna kuning dan tanaman nampak layu dan akhirnya mati. Pencegahan dengan menggunakan benih yang bebas patogen dan kebersihan lahan dari bekas tanaman yang terserang. Rotasi tanaman dapat juga memperkecil serangan penyakit. penggunaan fungisida yang efektif sangat dianjurkan misalnya Kocide 54WDG
Dalam praktikum yang telah dilakukan, pada tanaman tomat sampel yang diamati ditemukan 2 macam penyakit yang menjangkit. Penyakit tersebut yaitu :
1. Penyakit Blight atau Bercak Daun.
Penyakit ini disebabkan oleh serangan jamur Altenaria solani. Gejalanya kelihatan pada daun, batang dan buah tomat nampak bercak kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi gelap dan hitam. Bercak berbentuk membulat dan terdapat lingkaran konsentris. Tanaman yang terserang akan terhambat pertumbuhannya dan pada serangan lebat, tanaman akan mati.
Penyakit Blight atau Bercak Daun merupakan penyakit yang menginfeksi daun. Karenanya, penyakit ini dapat mengganggu kelancaran proses fotosintesis pada tanaman yang dijangkit. Penyakit Blight atau Bercak Daun memiliki gejala nekrosis, yaitu organ daun, cabang, ranting dan bunga menjadi coklat dengan sangat cepat dan menyeluruh yang dapat menyebabkan kematian.
Pada grafik intensitas penyakit pada tanaman tomat dapat diketahui bahwa penyakit Blight / bercak daun pada sampel tanaman tomat yang diamati memiliki intensitas yang konstan sejak awal munculnya penyakit. Pada tanaman tomat sampel penyakit Blight hanya menjangkit satu sampel. Laju infeksi penyakit Blight / bercak daun pada tanaman tomat sampel sebesar 1,419.10-3 pada interval minggu ke empat hingga minggu ke lima. Minggu selanjutnya hingga minggu ke tujuh laju infeksi pada tanaman tomat sampel sebesar 0, hal ini diakibatkan intensitas penyakit yang menyerang konstan. Pada minggu terakhir pengamatan laju infeksi penyakit Blight pada tanaman tomat sebesar 1,406.10-3. Insiden penyakit Blight / bercak daun pada tanaman tomat juga konstan sejak awal terjangkit yaitu pada minggu ke lima. Hanya terdapat satu tanaman sampel yang terjangkit penyakit Blight / bercak daun.
Anjuran agar memilih varietas yang toleran/tahan dan sanitasi lingkungan tanaman yang baik. Selain itu, untuk mengendalikan terjadinya penyakit tersebut dapat menggunakan fungisida protektan maupun sistematis untuk melindungi tanaman misalnya Kocide 54WDG dan Starmyl 25WP.
2. Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV)
Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis (yellowing) dan mengkerut/keriting (curly).
Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil.
Pada pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa intensitas penyakit pada tanaman tomat yang terjangkit penyakit TYLCV sebesar 3% pada minggu ke lima. Intensitas penyakit TYLCV meningkat pada minggu selanjutnya menjadi 4 %, pada minggu ke-7 mengalami peningkatan kembali hingga menjadi 8%. Pada minggu terakhir pengamatan intensitas penyakit TYLCV pada tomat konstan di 8%. Laju infeksi penyakit TYLCV pada interfal minggu ke empat dan lima sebesar 4,337.10-3, pada interfal minggu ke lima dan enam sebesar 1,511.10-3, pada interfal minggu ke enam dan tujuh sebesar 1,511.10-3 dan pada minggu terakhir pengamatan sebesar 0 karena tidak mengalami peningkatan intensitas penyakit. Insiden penyakit TYLCV pada tanaman tomat sampel mengalami peningkatan tiap minggunya. Pada minggu ke-5 insiden penyakit sebesar 20%, meningkat hingga 30% pada minggu ke-6 dan 40% pada minggu ke-7 dan 8.
TYLCV tidak menular melalui tanah, terbawa benih dan tidak ditularkan secara mekanik. Virus ini dapat menular dari tanaman satu ke tanaman yang lain karena keberadaan serangga vektor kutu kebul (Bemisi tabaci). Selain berperan sebagai serangga vektor, kutu kebul juga berperan sebagai hama. Serangga vektor kutu kebul (whiteflies) mendapatkan virus pada saat serangga tersebut makan dengan cara menusuk sel tanaman dan menghisap sap dari tanaman sakit menggunakan alat mulut yang berupa stilet. Virus yang telah terbawa oleh serangga akan bertahan di dalam tubuh serangga selama hidupnya namun tidak diturunkan pada generasi berikutnya. Serangga yang telah membawa virus (virulivirus) akan menyebarkan virus yang dibawanya pada saat proses makan pada tanaman lain. Jika kejadian ini berlangsung dalam waktu yang lama maka di dalam kurun waktu itu pula tanaman banyak yang terinfeksi oleh virus. Namun demikian, hanya serangga dewasa saja yang bisa menularkan virus, Walaupun pada saat nimfa serangga juga sudah mengandung virus.
Kutu kebul dapat mengandung virus dengan makan pada tanaman yang terinfeksi dalam jangka waktu 15 menit dan dapat menularkannya pada tanaman sehat dalam waktu 15 hingga 30 menit dengan cara yang sama. Penularan dan penampakan gejala dipengaruhi oleh waktu dan jumlah serangga pada tanaman. Gejala akan lebih cepat nampak dan berat jika kutu kebul pada tanaman semakin lama makan dan semakin banyak jumlahnya. Walaupun efisiensi penularan virus oleh masing-masing serangga kecil, namun kelimpahan populasi dan pergerakan serangga di dalam dan di antara tanaman akan dapat menyebarkan virus sehingga tanaman dapat terserang berat.
saya seorang mahasiswa pertanian yang ingin mengembangkan pertanian dan mengubah dunia ,membahagiakan orang tua,,dan besuk mempunyai keluarga yang baik doakan ...Salam pertanaian Petani Jaya bangsa Berjaya
Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...
Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya
Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya
Senin, 03 Januari 2011
Hama Tanaman Tomat
Kerusakan yang terjadi di lahan tomat sebagian besar diakibatkan oleh faktor lingkungan, hal ini dikarenakan pada saat penanaman dilakukan pada awal musim hujan dan berangin sehingga banyak tanaman yang roboh karena masih masih kecil dalam masa transplanting. Kerusakan yang disebabkan oleh hama sangat kecil sehingga tidak menurunkan produktifitas tomat yang dibudidayakan. Semua kerusakan yang disebabkan hama tidak merusak tanaman sampel sehingga dalam penghitungan intensitas kerusakan sangat susah ditentukan.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan mengambil hama-hama yang ada kemudian mematikannya sehingga hama dapat dikendalikan populasinya. Pengendalian secara kimia menggunakan pestisida tetapi hanya dilakukan ketika intensitas kerusakan sudah meluas. Namun selama pengamatan pengendalian dengan cara kimia belum dilakukan karena serangan masih rendah. Rendahnya intensitas kerusakan juga dipengaruhi karena lokasi budidaya bersebelahan dengan lahan persawahan sehingga hama-hama banyak yang menyerang tanaman padi, misalnya hama keong yang suka makan tanaman padi daripada tanaman tomat.
Waktu tanam yang tepat merupakan salah satu strategi dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Hama biasanya menyukai kondisi hangat untuk berkembang biak namun karena pada saat penanaman dilakukan pada awal musim hujan maka hama yang berkembang hanya sedikit, hanya hama0hama tertentu saja yang berkembang tetapi bukan hama utama tanaman tomat. Musuh alami yang juga merupakan predator hama yang ditemukan di lahan tomat adalah jenis belalang sembah yang merupakan predator bagi jenis-jenis ulat daun. Namun karena kurangnya pengetahuan petani maka pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan hama belum maksimal.
Jika dilihat dari gejala yang timbul, hama yang paling banyak ditemui adalah ulat daun. Ulat ini berwarna hijau dan memakan daun-daun tanaman tomat. Daun yang diserang akan menunjukkan kerusakan berupa bekas-bekas gigitan pada tepi daun. Populasi musuh alami berupa belalang sembah juga sangat banyak sehingga keseimbangan ekologi tetap terjaga karena populasi hama dan predator seimbang.
Identifikasi Hama dan Musuh Alami
a. Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)
Hama keong mas umumnya terdapat pada lahan yang basah, keong mas menyerang tanaman pada waktu awal tanam atau pada waktu tanaman masih muda. Keong mas memakan batang dan daun tanaman tomat sehingga hanya tinggal batang bawah saja yang membuat tanaman akan mati. Serangan hama keong mas terjadi pada malam hari yang biasanya apabila matahari sudah terbenam atau waktu petang hari keong mas akan keluar dan memakan tanaman tomat. Tanda yang ditinggalkan keong pada daun tomat adalah adanya bekas lendir kering yang menempel pada daun.
Pengendalian hama keong mas dilakukan dengan cara mekanik atau manual dengan mengambil hama keong mas dan mengumpulkannya kemudia di hancurkan, pengendalian dengan kimia tidak dilakukan hal ini di karenakan tidak efektif dan dirasa hanya melakukan pemborosan saja. Populasi hama keong mas cepat mengalami peningkatan karena telur keong mas berjumlah banyak.
b. Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.)
Ulat buah mempunyai Ordo Lepidoptera dan termasuk Famili Noctuidae. Ulat ini menyerang tomat yang masih muda, sehingga kalau buah tua tampak berlubang-lubang dan biasanya menjadi busuk karena infeksi. Kondisi tanaman yang mempunyai tajuk yang rapat membuat perkembangan ulat dapat meningkat. Serangan ulat buah tidak terlihat begitu saja sebelum terdapat lubang pada buah tomat. Metamorfosis ulat buah yaitu:
Larva ketika baru menetas dari telur berwarna kuning muda dengan tubuh berbentuk silinder. Larva muda kemudian berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola corak antara sesama larva. Larva H. armigera terdiri dari lima instar, lama stadium larva berkisar antara 12 – 25 hari.
Pupa dibentuk di dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama stadium pupa adalah 15 – 21 hari.
Pengendalian hama lalat buah dilakukan dengan insektisida. Insektisida yang biasa digunakan adalah Laret dan Metindo.
c. Kepik (Palomena prasina)
Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna. Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalamHemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap seranggaanggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh.
d. Belalang
Dalam populasi belalang yang rendah dan tidak bersifat darurat, pengendalian dapat dilaksanakan dengan agen pengendali hayati aman terhadap lingkungan. Di antara agen pengendali hayati yang sangat berpotensi untuk pengendalian hama ini adalah sejenis cendawan yang bersifat patogen pada hewan serangga, yaitu cendawan Metarhizium anisoplae spp dan Beauveria bassiana. Dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan). Cendawan patogenik secara alami diketahui dapat menginfeksi berbagai jenis serangga. Semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian
e. Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)
Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)) merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru (Anonim, 2008). Namun pada saat praktikum tikus juga menyerang tanaman tomat pada saat tanaman berbuah. Hal ini dikarenakan lahan bersebelahan dengan persawahan. Tanaman padi yang merupakan makanan pokok tikus sudah ipanen sehingga tikus menyerang tanaman lain yang berada di sekitar persawahan.
Cara pengendalian:
Pengendalian tikus dilakukan secara terpadu yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini (dimulai sebelum tanam), intensif, dan terus-menerus dengan memanfaatkan dilakukan oleh petani secara bersama (berkelompok) dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas (hamparan).
f. Laba-laba (Araneus diadematus)
Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengankalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.
Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat--dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain. Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atauprosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax), sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebutchelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya. Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna.
Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut di kakinya.
Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah yang ditutupi kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu bersembunyi.
Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.
Sedikit berbeda, laba-laba pemburu (seperti anggota suku Lycosidae) biasanya lebih aktif. Laba-laba jenis ini biasa menjelajahi pepohonan, sela-sela rumput, atau permukaan dinding berbatu untuk mencari mangsanya. Laba-laba ini dapat mengejar dan melompat untuk menerkam mangsanya.
Bisa yang disuntikkan laba-laba melalui taringnya biasanya sekaligus mencerna dan menghancurkan bagian dalam tubuh mangsa. Kemudian perlahan-lahan cairan tubuh beserta hancuran organ dalam itu dihisap oleh si pemangsa. Berjam-jam laba-laba menyedot cairan itu hingga bangkai mangsanya mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa lebih cepat menghabiskan makanannya dengan cara merusak dan meremuk tubuh mangsa dengan rahang dan taringnya itu. Tinggal sisanya berupa bola-bola kecil yang merupakan remukan tubuh mangsa yang telah mengisut.
Beberapa laba-laba penenun memiliki kemampuan membungkus tubuh mangsanya dengan lilitan benang-benang sutera. Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat; atau jika laba-laba ingin menyimpan mangsanya beberapa waktu sambil menanti saat yang lebih disukai untuk menikmatinya belakangan.
g. Semut
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).
Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan kerangka manusia dan hewanbertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Namun, beberapa spesies semut, semisal semut bulldog Australia, memiliki penglihatan yang baik. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan. Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut lain atau larvanya.
Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap.
Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya. Spesies semut seperti Formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang bisa disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan.
Semut sebagai pesaing hama kutu dalam hal ruang. Ketika hama kutu menyerang tanaman semangka, banyak populasi semut berada disekitar kutu tersebut, maka keberadaan semut akan sangat mengganggu kutu, sehingga kutu tidak dapat merusak tanaman.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan mengambil hama-hama yang ada kemudian mematikannya sehingga hama dapat dikendalikan populasinya. Pengendalian secara kimia menggunakan pestisida tetapi hanya dilakukan ketika intensitas kerusakan sudah meluas. Namun selama pengamatan pengendalian dengan cara kimia belum dilakukan karena serangan masih rendah. Rendahnya intensitas kerusakan juga dipengaruhi karena lokasi budidaya bersebelahan dengan lahan persawahan sehingga hama-hama banyak yang menyerang tanaman padi, misalnya hama keong yang suka makan tanaman padi daripada tanaman tomat.
Waktu tanam yang tepat merupakan salah satu strategi dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Hama biasanya menyukai kondisi hangat untuk berkembang biak namun karena pada saat penanaman dilakukan pada awal musim hujan maka hama yang berkembang hanya sedikit, hanya hama0hama tertentu saja yang berkembang tetapi bukan hama utama tanaman tomat. Musuh alami yang juga merupakan predator hama yang ditemukan di lahan tomat adalah jenis belalang sembah yang merupakan predator bagi jenis-jenis ulat daun. Namun karena kurangnya pengetahuan petani maka pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan hama belum maksimal.
Jika dilihat dari gejala yang timbul, hama yang paling banyak ditemui adalah ulat daun. Ulat ini berwarna hijau dan memakan daun-daun tanaman tomat. Daun yang diserang akan menunjukkan kerusakan berupa bekas-bekas gigitan pada tepi daun. Populasi musuh alami berupa belalang sembah juga sangat banyak sehingga keseimbangan ekologi tetap terjaga karena populasi hama dan predator seimbang.
Identifikasi Hama dan Musuh Alami
a. Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)
Hama keong mas umumnya terdapat pada lahan yang basah, keong mas menyerang tanaman pada waktu awal tanam atau pada waktu tanaman masih muda. Keong mas memakan batang dan daun tanaman tomat sehingga hanya tinggal batang bawah saja yang membuat tanaman akan mati. Serangan hama keong mas terjadi pada malam hari yang biasanya apabila matahari sudah terbenam atau waktu petang hari keong mas akan keluar dan memakan tanaman tomat. Tanda yang ditinggalkan keong pada daun tomat adalah adanya bekas lendir kering yang menempel pada daun.
Pengendalian hama keong mas dilakukan dengan cara mekanik atau manual dengan mengambil hama keong mas dan mengumpulkannya kemudia di hancurkan, pengendalian dengan kimia tidak dilakukan hal ini di karenakan tidak efektif dan dirasa hanya melakukan pemborosan saja. Populasi hama keong mas cepat mengalami peningkatan karena telur keong mas berjumlah banyak.
b. Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.)
Ulat buah mempunyai Ordo Lepidoptera dan termasuk Famili Noctuidae. Ulat ini menyerang tomat yang masih muda, sehingga kalau buah tua tampak berlubang-lubang dan biasanya menjadi busuk karena infeksi. Kondisi tanaman yang mempunyai tajuk yang rapat membuat perkembangan ulat dapat meningkat. Serangan ulat buah tidak terlihat begitu saja sebelum terdapat lubang pada buah tomat. Metamorfosis ulat buah yaitu:
Larva ketika baru menetas dari telur berwarna kuning muda dengan tubuh berbentuk silinder. Larva muda kemudian berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola corak antara sesama larva. Larva H. armigera terdiri dari lima instar, lama stadium larva berkisar antara 12 – 25 hari.
Pupa dibentuk di dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama stadium pupa adalah 15 – 21 hari.
Pengendalian hama lalat buah dilakukan dengan insektisida. Insektisida yang biasa digunakan adalah Laret dan Metindo.
c. Kepik (Palomena prasina)
Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna. Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalamHemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap seranggaanggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh.
d. Belalang
Dalam populasi belalang yang rendah dan tidak bersifat darurat, pengendalian dapat dilaksanakan dengan agen pengendali hayati aman terhadap lingkungan. Di antara agen pengendali hayati yang sangat berpotensi untuk pengendalian hama ini adalah sejenis cendawan yang bersifat patogen pada hewan serangga, yaitu cendawan Metarhizium anisoplae spp dan Beauveria bassiana. Dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan). Cendawan patogenik secara alami diketahui dapat menginfeksi berbagai jenis serangga. Semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian
e. Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)
Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)) merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru (Anonim, 2008). Namun pada saat praktikum tikus juga menyerang tanaman tomat pada saat tanaman berbuah. Hal ini dikarenakan lahan bersebelahan dengan persawahan. Tanaman padi yang merupakan makanan pokok tikus sudah ipanen sehingga tikus menyerang tanaman lain yang berada di sekitar persawahan.
Cara pengendalian:
Pengendalian tikus dilakukan secara terpadu yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini (dimulai sebelum tanam), intensif, dan terus-menerus dengan memanfaatkan dilakukan oleh petani secara bersama (berkelompok) dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas (hamparan).
f. Laba-laba (Araneus diadematus)
Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengankalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.
Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat--dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain. Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atauprosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax), sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebutchelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya. Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna.
Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut di kakinya.
Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah yang ditutupi kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu bersembunyi.
Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.
Sedikit berbeda, laba-laba pemburu (seperti anggota suku Lycosidae) biasanya lebih aktif. Laba-laba jenis ini biasa menjelajahi pepohonan, sela-sela rumput, atau permukaan dinding berbatu untuk mencari mangsanya. Laba-laba ini dapat mengejar dan melompat untuk menerkam mangsanya.
Bisa yang disuntikkan laba-laba melalui taringnya biasanya sekaligus mencerna dan menghancurkan bagian dalam tubuh mangsa. Kemudian perlahan-lahan cairan tubuh beserta hancuran organ dalam itu dihisap oleh si pemangsa. Berjam-jam laba-laba menyedot cairan itu hingga bangkai mangsanya mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa lebih cepat menghabiskan makanannya dengan cara merusak dan meremuk tubuh mangsa dengan rahang dan taringnya itu. Tinggal sisanya berupa bola-bola kecil yang merupakan remukan tubuh mangsa yang telah mengisut.
Beberapa laba-laba penenun memiliki kemampuan membungkus tubuh mangsanya dengan lilitan benang-benang sutera. Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat; atau jika laba-laba ingin menyimpan mangsanya beberapa waktu sambil menanti saat yang lebih disukai untuk menikmatinya belakangan.
g. Semut
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).
Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan kerangka manusia dan hewanbertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Namun, beberapa spesies semut, semisal semut bulldog Australia, memiliki penglihatan yang baik. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan. Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut lain atau larvanya.
Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap.
Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya. Spesies semut seperti Formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang bisa disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan.
Semut sebagai pesaing hama kutu dalam hal ruang. Ketika hama kutu menyerang tanaman semangka, banyak populasi semut berada disekitar kutu tersebut, maka keberadaan semut akan sangat mengganggu kutu, sehingga kutu tidak dapat merusak tanaman.
Senin, 15 November 2010
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH
A. PENDAHULUAN
Penanganan benih perlu dilakukan secara khusus dan serius. Kelalaian atau keterlambatan dalam penanganan benih akan menyebabkan daya kecambah menurun atau bahkan benih mati. Penanganan benih mencakup kegiatan pemanenan, pengeringan, pemilahan, pelakuan benih, pengemasan, penyimpanan, dan pengujian. Penanganan benih perlu memperhatikan kelompok benih seperti benih ortodoks atau rekalsitran (benih yang tidak tahan desikasi) atau intermediate (semi-rekalsitran). Melalui cara panen dan penanganan benih yang optimal, mutu fisiologis benih dapat dipertahankan lebih lama (Sukarman dan Maharani Hasanah, 2003). Produksi benih sendiri bisa dengan cara persilangan pada tanaman tersebut. Sama dg produksi biji, tetapi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan BPSB yang telah memberi persyaratan untuk kelas benih tertentu.Hal ini sesuai dengan tujuan dari produksi benih adalah :
1. Menyebarkan varietas unggul baru hasil pemuliaan untuk produksi secara komersial
2. Mempertahankan identitas genetik (mengenai kebenaran, kemurnian, dan kemantapan) varietas unggul tersebut
3. Menjaga dan memelihara produktivitas varietas unggul
Produksi benih merupakan salah satu cara untuk mempertahankan atau mewariskan kekuatan (viabilitas, vigor suatu benih) yang dimiliki tetua kepada anaknya. atau menciptakan suatu kekuatan baru yang lebih baik dari yang sudah ada baik dari segi kualitas maupun harga. Benih suatu tanaman atau varietas tanaman tersebut. Sehingga setiap benih harus memiliki kualitas yang baik.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam produksi benih, kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih tersebut. Karena selain nutrisi dan budidaya tanaman yang tepat pada suatu tanaman, faktor-faktor ini pun perlu diketahui. Dengan mengetahui faktor-faktor ini maka kita dapat mengetahui pula proses fisiologi suatu tanaman.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih terdiri dari eksternal dan internal. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Perubahan tanaman dari fase vegetative (terutama ketika tanaman menghasilkan daun-daun) menjadi fase reproduktif (ketika tanaman menghasilkan kuncup bunga, bunga dan benih) tergantung pada rangsangan eksternal. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki fase reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Oleh karena itu terdapat beberapa rangsangan eksternal untuk menyebabkan perubahan itu terjadi. Berikut adalah unsur-unsur eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Iklim
a. Cahaya
Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses fotosintesis dan pembungan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang (Heru, 2009).
Cahaya sebagai sumber energi dan terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor penting, yaitu :
1. Intensitasnya
Intensitas cahaya matahari suatu tempat tergantung dari ketinggian temapt tersebut, semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya kan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah.
Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Sedangkan dalam perkeambahan cahaya berperan sebagai faktor pengontrol perkecambahan. Secara alami suatu biji yang sudah masak makan terlepas dari pohonya dan jatuh ke tanah dan berkecambah dalam kondisi yang berbeda-beda. Kebanyakan biji-biji atau benih akan berkecambah dengan cahaya maupun tanpa cahaya. Pemberian cahaya pada benih dengan cahaya merah akan merubah Fm dalam biji menjadi Fim dan benih akan berkecambah dengan cepat. Berbeda dengan pengaruh intensitas radiasi yang terkait fotosintesis yaitu ketika klofofil memegang peranan penting karena di dalam kualitas radiasi matahari fitokrom merupakan senyawa yang menentukan sifat morfogenetik tanaman. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui alasan mengapa biji gulma tidak dapat berkecambah jika kanopi tanaman menutupi sempurna.
2. Kualitasnya
Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak semuanya dapat dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali. Kualitas cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak selalu konstan namun bervariasi dari musim ke musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi udara di atmosfer.
Pengertian cahaya berkaitan dengan radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya sebagian kecil saja yang diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua, yaitu yang bergelombang panjang (long wave radiation) dan yang bergelombang pendek (short wave radiation). Batas terakhir dari radiasi gelombang pendek adalah radiasi ultraviolet, sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah sinar inframerah. Radiasi dengan panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah yang digunakan untuk proses fotosintesis.
Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya cahaya tersebut tersaring oleh beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan kembali ke angkasa luar. Cahaya matahari gelombang pendek tersaring dan diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer, sedangkan cahaya gelombang panjang tersaring oleh uap air di udara, cahaya gelombang panjang lainnya dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan dan lapisan debu di atas permukaan bumi.
Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak diselidiki, dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya biru saja daunnya akan berkembang secara normal, namun batangnya akan menunjukkan tanda-tanda terhambat pertumbuhannya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya kuning saja, cabang-cabangnya akan berkembang tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang panjang dan daunnya kecil-kecil. Dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan merah memegang peranan penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
3. Fotoperiodesitasnya
Seperti halnya faktor temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu ber-cahaya. Di daerah tropis dengan intensitas yang tinggi fotooksidasi lebih kecil dibandingkan di daerah sedang karena itu foto respirasinya cepat. Hal ini mengakibatkan sintesis protein berkurang (Campbell, NA. 2002).
Kita ketahui bahwa panjang gelombang distribusinya dari pagi-sore berbeda. Pada pagi hari kebanyakan panjang gelombang pendek dan semakin sore panjang gelombang pendek berkurang dan panjang gelombang panjang bertambah. Oleh karena itu fotosintesis paling efektif sesudah siang hari (Anonimb, 2010).
Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik semakin ke kutub panjang penyinaran matahari semakin panjang. Dalam hal ini kita mengenal tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
a. Tanaman hari panjang : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
b. Tanaman hari pendek : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
Kini terdapat penggolongan tambahan sebanyak empat jebi, yaitu tanaman yang berhari panjang-pendek (long short-day, yang memerlukan hari panjang sebelum hari pendek), tanaman berhari pendek-panjang (short long day, yang memerlukan hari pendek sebelum hai panjang), stenofotoperiodik (yang memerlukan panjang hari medium) dan amfifotoperiodik (yang memerlukan hari panjang atau hari pendek tetapi bukan hari medium) (Mugnisjah, 2004).
Kelompok Tnm hari pendek Tnm hari panjang Tnm hari netral
Sayuran kentang, ketela rambat kacang-kacangan bayam, lobak, selada tomat, lombok, okra
Buah strawberry - strawberry
Bunga chrysanthemum, Cosmos bouvardia, Stevia poinsetia China aster, gardenia, delphinium Carnation, dianthus, Violet cyclamon
Sumber:http://justminehortikulture.blogspot.com
Meskipun sejumlah spesies terbukti tidak peka terhadap faktor panjang penyinaran tetapi hal ini menentukan apakah tanaman-tanaman tersebut hanya dapat membentuk bagian-bagian vegetatif saja. Di dalam tanaman hari pendek panjnagnya penyinaran merupakan faktor pembatas yang berakibat membentuk bagian-bagian vegetatif yang bersifat gigas (besar) sedang pembungaannya dikekang. Tanaman hari panjang jika tanaman pada daerah yang panjang penyinarannya lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internodia yang lebih pendek dan cenderung membentuk roset dan pembungaan tanaman hari panjang ini akan dikekang (Anonimb, 2010).
Cahaya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan tanaman dapat mempunyai beberapa macam kegunaan antara lain :
a. Fotosintesis
b. Cahaya dalam hubungannya dengan klasifikasi tanaman
c. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam tubuh tanaman. Misalnya, sintesis khlorofil, kelakuan stomata dan sebagainya
d. Transpirasi
Tanaman-tanaman dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan cahaya di dalam proses hidupnya menjadi :
a. Heliophytes
Tanaman yang termasuk Heliophytes adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada keadaan yang penuh dengan sinar matahari.
b. Sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada intensitas cahaya yang lebih rendah.
1) Fakultatif Sciophytes
Adalah tanaman yang dapat hidup baik, baik pada keadaan penuh sinar matahari maupun pada keadaan teduh.
2) Obligativ sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik tanpa sinar matahari yang intensif.
Kebanyakan tanaman yang termasuk tanaman air, Ipomea repens, terate dan sebagainya, faktor cahaya tidak merupakan faktor yang membatasi dalam proses hidupnya. Tetapi pada tanaman-tanaman darat adanya faktor-faktor lain selain cahaya, misalnya temperatur dan lembab relatif dapat mengadakan suatu pengaruh bersamaan terhadap proses hidupnya. Dengan demikian pengaruh tunggal cahaya tak dapat diketahui dengan pasti. Dengan penyelidikan didapat kenyataan bahwa kerusakan seedlings biasanya disebabkan karena faktor keteduhan dan lebih sedikit disebabkan oleh faktor cahaya. Pada tanaman aciophytes membutuhkan cahaya yang lebih rendah daripada heliophytes. Sebagai perbandingan adalah jika pada situasi yang sama heliophytes tahan pada intensitas 4.200 lux dan pada sciophytes pada 27 lux (Anonimb, 2010).
Panjang hari dilaporkan berkorelasi positif dengan nisbah bunga jantan/betina dalam tanaman berhari pendek Heteropogon contortus. Hal ini sehubungan dengan sistem pemuliaan tanaman yang bersangkutan menurut pergeseran latitude dari tempat menumbuhkannya. Lamanya fotoperiode kritikal dapat berubah oleh kondisi suhu. Dalam tanaman berhari pendek, suhu rendah dapat memperpanjang fotoperiode kritikal sehingga membatasi pembungaan(Mugnisjah, 2004).
b. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman (Anonimb, 2010).
Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik. Tidak ada batas suhu terendah bagi kelangsungan hidup spora, biji dan bahkan lumut kerak dan lumut daun tertentu pada kondisi kering. Batas suhu terendah untuk bertahan hidup pada keadaan yang lebih normal sangat tergantung pada spesies dan sejauh mana jaringan telah diadaptasikan terhadap embun es. Tumbuhan yang sedang tumbuh aktif sering dapat bertahan hidup hanya pada beberapa derajat di bawah 0°C, sedangkan banyak yang dapat bertahan pada sekitar – 40°C. Beberapa tumbuhan tinggi dapat tumbuh dan berbunga di bawah salju.
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi pembekuan es secara alami. Selain itu, aktivitas enzim pada suhu rendah terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme dalam sel.
Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan pemutusan asam nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian, faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb, 2010).
Sebagai contoh, padi hirida memerlukan suhu harian 20-30oC untuk proses produksinya. Tomat tumbuh baik pada temperatur 20-27°C, pembentukan buah terhambat pada temperatur >30°C atau <10°C (Anonima, 2010).
c. Curah Hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis. Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).
Tipe Iklim
(jumlah bulan basah) Jumlah bulan kering Jenis bebuahan yang sesuai
9,10-12,11, 11-12,12 0 Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek
9
8
7
6 3
0-3
0-4
4-5 Duku,durian,mundu,papaya,pisang
Rambutan
Lebih dari 4 bulan Jambu biji,jambu monyet,nangka pepaya.
Sumber: Ashari,S.1998
Selain itu,aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi.apabila terjadi kerusakan pada tepung sari dan kepala puti berarti penyerbukan telah gagal. Hal ini juga berarti bahwa pembuahan dan selanjutnya,panen, telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya. Pada tanaman padi tidak memerlukan hujan selama masa berbunga. Sehingga terjadi produksi benih pada tanaman padi.
d. Kelembaban Nisbi
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air
Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah uap air yang sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung pada suhu dan tekanan itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%) (Anonimc, 2010). RH mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi mempengaruhi respirasi benih
RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T) lingkungan
RH dan T saling berkaitan dan mempengaruhi kemunduran benih:
a. Setiap penurunan kadar air 1% menggandakan masa hidup dua kali, dan
b. Setiap penurunan suhu ruang simpan 5oC akan menggandakan masa hidup benih dua kali.
Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu terhadap perkecambahan serbuk sari. Kelembaban nisbi atmosfer juga berpengaruh juga terhadap populasi serangga dan pathogen. Disamping itu, rontok benih berkorelasi negative dengan kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang rendah dapat menyebabkan kehilangan benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004). Sebagai contoh, padi hirida memerlukan kelembaban relatif 80% untuk proses produksinya. Interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan, kelemababan nisbi dan periode simpan berpengaruh pada tumbuh serempak benih tersebut.
e. Angin
Angin sebenarnya dapat bersifat menguntungkan serta merugikan dalam usaha produksi benih yang dihasilkan, hal ini tergantung pada kencang tidaknya angin. Angin yang terlalu kencang dalam peredarannya akan mengakibatkan beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang hilang baik pada tanaman maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang telah terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih dahulu, agar air yang terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang dihasilkan.
Pada saat penyebaran serbuk sari dengan adanya bantuan angin sangat diharapkan akan menghasilkan produksi benih yang lebih bervariasai sehingga akan mendapatkan varietas tanaman yang lebih beraneka ragam. Agar dalam penyebaranya pun tidak akan merugikan sehingga menghasilkan benih yang kurang baik maka dalam menghasilkan benih yang bermutu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu memperhatikan cuaca yang terjadi, suhu udara karena jika suhu udara lembab dengan angin yang ada maka akan mengakibatkan angin membawa kandungan air di dalamnya. Sehingga jika terdapat kandungan air dalam angin akan mengakibatkan benih yang dihasilkan juga terdapat kandungan airnya dan itu akan mengakibatkan kualitas benih menurun karena benih tidak murni.
2. Biologis
Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan produksi benih yang tergantung pada serangga untuk penyerbukannya. Sebagai contoh, produksi benih Desmodium uncinatum sangat tergantung pada aktivitas lebah. Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam pertanaman yang memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari pada hari yang sangat cerah adalah rendah. Perhatian harus diberikan untuk mengurangi kompetisi pasokan makanan, misalnya dengan memindahkan atau menghilangkan bunga dari pohon, perdu atau tanaman lainnya yang berbunga puncak pada waktu yang sama dengan pertanaman untuk menghasilkan benih. Sebaliknya, untuk mempertahankan populasi lebah yang tinggi, pasokan makanan alternative juga perlu ditingkatkan jika pertanaman untuk menghasilkan benih tidak berbunga lebat (Mugnisjah, 2004).
Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca yang sangat basah (Sanusi, 2009). Tempat untuk pertanaman benih karenanya harus dipilih yang dapat menjamin penyerbukan berlangsung dengan optimum. angin yang terlalu cepat tidak disenangi lebah penyerbuk sehingga dapat berakibat pada rendahnya hasil pula.
Resistensi terhadap hama merupakan faktor umum untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimum. Jika tanaman memiliki kemampuan berproduksi tinggi, namun tidak disertai dengan mekanisme resistensi terhadap hama, maka jika terjadi serangan hama, tanaman tersebut tidak mampu berproduksi secara maksimum. Kualitas produksi juga yang diserang juga dapat diserang oleh bermacam-macam hama.
3. Tanah
Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur. Tanah yang subur disini diartikan sebagai tanah yang memiliki sifat fisika, kimia maupun biologi yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga menghasilkan benih yang bermutu dan optimum. Sehingga tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar tidak kekeringan. Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial. Pokok-pokok dari faktor tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak yang ditempuh pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang tersedia 4) Oksigen yang tersedia didalam tanah.
Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal musim, dan hal ini dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya berikutnya. Sebagai contoh, tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik, dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi pengapuran. Persiapan tanah dan pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau lebih tinggi terutama kandungan phosfor. Pemberian N biasanya setengah dari pemberian kalium untuk memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetative (Anonima, 2010).
Faktor internal meliputi:
1. Genetik
Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Genetik pada kali ini yang akan dibahas adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Hal ini disebabkan, dengan mengetahui kualitas genetik maka dapat menghasilkan genetik varietas yang diinginkan. Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih mewakili keragaman genetik dari sumber benih yang dipilih. Keragaman genetik mungkin lebar ataupun sempit tergantung pada tujuan penanaman.
Pada biji, biasanya embrio terbentuk setelah proses pembuahan sel telur oleh sel jantan. Sel jantan dan sel betina masing-masing memberikan satu set kromosom atau inti DNA. Betina dan jantan masing-masing memberikan sitoplasma yang mengandung organel yang memiliki sistim genetiknya sendiri khususnya mitokondria dan plastida. Kloroplast (Chloroplast) DNA pada tanaman angiosperma biasanya diturunkan melalui sel induknya, sementara dalam jenis tanaman daun jarum (coniferous) khususnya diturunkan oleh sel jantan.
Pada beberapa biji tanaman daun jarum (conifrous) dimana pembuahan tidak terjadi sampai benih tumbuh mencapai ukuran penuh, sifat benih yang paling penting berkembang sesuai dengan tanaman induk dan keadaan lingkungan. Pada kebanyakan biji angiosperma dimana embrio berkembang bersamaan dengan struktur lainnya sel jantan asing pasti akan berpengaruh. Sebagai contoh pada tanaman jati (Tectona grandis) pembuahan sendiri menghasilkan buah yang lebih kecil daripada pembuahan silang (crossing). Pada angiosperm kemungkinan keadaannya lebih rumit dari pada conifers.
Adanya perbedaan masa hidup benih yang diturunkan pada turunannya tidak terbatas hanya pada tingkat spesies saja, namun juga dijumpai pada tingkat kultivar. Pada penelitian yang membandingkan masa hidup beberapa kultivar dari spesies yang sama menunjukkan adanya perbedaan masa hidup yang nyata. Pada penelitian terhadap delapan kultivar kedelai, Burgess (1938) menemukan adanya perbedaan pada daya kecambah setelah empat tahun disimpan, yakni dari 21 hingga 99 %, padahal sewaktu disimpan lima bulan daya kecambahnya berkisar antara 95 sampai 99 %.
2. Vigor dan Viabilitas
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpannya.Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Terlepas dari masalah tersebut,beberapa peneliti menunjukkan bahwa lot-lot benih yang mengalami kemunduran cepat mengandung benih yang bervigor rendah dan benih yang masih bervigor. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran secara cepat. Semakin lama benih di simpan, maka benih mengalami penurunan viabilitas dan vigornya.
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa faktor,diantaranya faktor genetik dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, biar kondisi penyimpanannya memungkinkan pertunbuhannya. Penurunan vigor dan viabilitas kadang digambarkan dengan suatu kurva kelansungan hidup sigmoid. Kurva kelansungan hidup benih kering yang disimpan pada kondisi yang menguntungkan dapat dipenggal menjadi 3 bagian yang berbeda. Bagian pertama mewakili benih pada waktu masih vigor dan kemunduran fungsi kehidupannya berlangsung lambat. Bagian ini berakhir pada tingkat daya kecambah 90-75%. Bagian kedua yang kemundurannya berlangsung dengan cepat,bagian kedua ini berlangsung hingga ketingkat 25 hingga 10%. Akhirnya bagian ketiga yang proses kemundurannya menjadi lambat kembali dan berlangsung terus sampai semua benihnya mati.Kurva vigor sangat mirip dengan kurva viabilitas hanya saja kehilangan vigor mendahului kehilangan viabilitas.
Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan tanaman induknya. Pada saat kematangan fisiologis itu benih memiliki viabilitas dan vigor benih yang maksimal, demikian pula dengan berat keringnya. Pertumbuhan tanaman induk yang baik merupakan syarat yang mantap sewaktu kematangan benihnya. Hal inilah yang menjamin tingginya viabilitas dan vigor benih tersebut. Selanjutnya penyakit dan hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik pada tanaman induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada waktu pematangan fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh terhadap tingginya viabilitas dan vigor benih (Kartasapoetra, 2003).
Viabilitas
Daya kecambah (viabilitas) kian meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai maximum germination jauh sebelum masak fisiologis atau berat maksimum tercapai. Sampai masak fisiologis tercapai 100% ini konstan. Sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan jelek dilapangan (Jurnalis Kamil, 1979).
Vigor dihubungkan dengan bobot benih . Dalam hal ini dihubungkan dengan kekuatan kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme. Sewaktu benih di tanam bila benih menurun maka kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat kering atau bobot benih saat dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan menghasilkan panen yang rendah (Oren L.Justice dan Louis N.Bass).
Uji kedalaman tanam tergolong uji kekuatan benih dengan lingkungan sub optimal. Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih dilapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat hujan atau traktor. Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih.
Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabilitas benih kedelai selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi, kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan beniholeh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis (Purwantoro, 2009).
C. PENUTUP
Berdasarkan materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih adalah
1. Faktor Eksternal terdiri dari:
a. Iklim, meliputi
1) Cahaya
2) Suhu
3) Curah Hujan
4) Kelembaban Nisbi
5) Angin
b. Biologis
c. Tanah
2. Faktor Internal terdiri dari
a. Genetika
b. Vigor dan Viabilitas Benih
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2010. Budidaya dan Produksi Benih Tomat (Lycopersicum esculentum L.). http://sultra.litbang.deptan.go.id (Diakses tanggal 2 September 2010 pukul 06.00 WIB).
Anonimb, 2010. Pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan. Http://Pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan.
Anonimc. 2010. Kelembaban Nisbi yang Mempengaruhi Produksi Benih. http://teknologibenih.blogspot.com.
Anonimd. 2010. Faktor Lingkungan Tanaman. http://justminehortikulture.blogspot.com.
Anonime. 2010. Pengaruh Viabilitas dan vogor benih terhadap produksi benih. www.iptek.tekben.com. Diakses tanggal 2 September 2010.
Ashari,S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Campbell, NA. 2002. Biologi jilid II. Jakata : Erlangga.
Heru, 2009. Hubungan suhu bagi pertumbuhan tanaman. http://hubungan-suhu-bagi-pertumbuhan-tanaman.html. Diakses Tanggal 2 September 2010 pukul 08.50 WIB.
Kamil, J.1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa. Bandung.
Mugnisjah, W. Q., Asep Setiawan. 2004. Produksi Benih. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Sanusi, A. 2009. Hubungan Faktor Iklim dengan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. http://sanoesi.wordpress.com (Diakses tanggal 2 September 2010 pukul 06.10 WIB)
Wiraadmaja. 2009. Faktor-faktor mempengaruhi produksi benih padi. www.ilmupertanian.com. Diakses tanggal 2 September 2010
Wurttemberg, HB. 1994. Biology I. Berlin : Cornelson Dpuc
Penanganan benih perlu dilakukan secara khusus dan serius. Kelalaian atau keterlambatan dalam penanganan benih akan menyebabkan daya kecambah menurun atau bahkan benih mati. Penanganan benih mencakup kegiatan pemanenan, pengeringan, pemilahan, pelakuan benih, pengemasan, penyimpanan, dan pengujian. Penanganan benih perlu memperhatikan kelompok benih seperti benih ortodoks atau rekalsitran (benih yang tidak tahan desikasi) atau intermediate (semi-rekalsitran). Melalui cara panen dan penanganan benih yang optimal, mutu fisiologis benih dapat dipertahankan lebih lama (Sukarman dan Maharani Hasanah, 2003). Produksi benih sendiri bisa dengan cara persilangan pada tanaman tersebut. Sama dg produksi biji, tetapi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan BPSB yang telah memberi persyaratan untuk kelas benih tertentu.Hal ini sesuai dengan tujuan dari produksi benih adalah :
1. Menyebarkan varietas unggul baru hasil pemuliaan untuk produksi secara komersial
2. Mempertahankan identitas genetik (mengenai kebenaran, kemurnian, dan kemantapan) varietas unggul tersebut
3. Menjaga dan memelihara produktivitas varietas unggul
Produksi benih merupakan salah satu cara untuk mempertahankan atau mewariskan kekuatan (viabilitas, vigor suatu benih) yang dimiliki tetua kepada anaknya. atau menciptakan suatu kekuatan baru yang lebih baik dari yang sudah ada baik dari segi kualitas maupun harga. Benih suatu tanaman atau varietas tanaman tersebut. Sehingga setiap benih harus memiliki kualitas yang baik.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam produksi benih, kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih tersebut. Karena selain nutrisi dan budidaya tanaman yang tepat pada suatu tanaman, faktor-faktor ini pun perlu diketahui. Dengan mengetahui faktor-faktor ini maka kita dapat mengetahui pula proses fisiologi suatu tanaman.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih terdiri dari eksternal dan internal. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Perubahan tanaman dari fase vegetative (terutama ketika tanaman menghasilkan daun-daun) menjadi fase reproduktif (ketika tanaman menghasilkan kuncup bunga, bunga dan benih) tergantung pada rangsangan eksternal. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki fase reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Oleh karena itu terdapat beberapa rangsangan eksternal untuk menyebabkan perubahan itu terjadi. Berikut adalah unsur-unsur eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Iklim
a. Cahaya
Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses fotosintesis dan pembungan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang (Heru, 2009).
Cahaya sebagai sumber energi dan terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor penting, yaitu :
1. Intensitasnya
Intensitas cahaya matahari suatu tempat tergantung dari ketinggian temapt tersebut, semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya kan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah.
Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Sedangkan dalam perkeambahan cahaya berperan sebagai faktor pengontrol perkecambahan. Secara alami suatu biji yang sudah masak makan terlepas dari pohonya dan jatuh ke tanah dan berkecambah dalam kondisi yang berbeda-beda. Kebanyakan biji-biji atau benih akan berkecambah dengan cahaya maupun tanpa cahaya. Pemberian cahaya pada benih dengan cahaya merah akan merubah Fm dalam biji menjadi Fim dan benih akan berkecambah dengan cepat. Berbeda dengan pengaruh intensitas radiasi yang terkait fotosintesis yaitu ketika klofofil memegang peranan penting karena di dalam kualitas radiasi matahari fitokrom merupakan senyawa yang menentukan sifat morfogenetik tanaman. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui alasan mengapa biji gulma tidak dapat berkecambah jika kanopi tanaman menutupi sempurna.
2. Kualitasnya
Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak semuanya dapat dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali. Kualitas cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak selalu konstan namun bervariasi dari musim ke musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi udara di atmosfer.
Pengertian cahaya berkaitan dengan radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya sebagian kecil saja yang diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua, yaitu yang bergelombang panjang (long wave radiation) dan yang bergelombang pendek (short wave radiation). Batas terakhir dari radiasi gelombang pendek adalah radiasi ultraviolet, sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah sinar inframerah. Radiasi dengan panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah yang digunakan untuk proses fotosintesis.
Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya cahaya tersebut tersaring oleh beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan kembali ke angkasa luar. Cahaya matahari gelombang pendek tersaring dan diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer, sedangkan cahaya gelombang panjang tersaring oleh uap air di udara, cahaya gelombang panjang lainnya dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan dan lapisan debu di atas permukaan bumi.
Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak diselidiki, dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya biru saja daunnya akan berkembang secara normal, namun batangnya akan menunjukkan tanda-tanda terhambat pertumbuhannya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya kuning saja, cabang-cabangnya akan berkembang tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang panjang dan daunnya kecil-kecil. Dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan merah memegang peranan penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
3. Fotoperiodesitasnya
Seperti halnya faktor temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu ber-cahaya. Di daerah tropis dengan intensitas yang tinggi fotooksidasi lebih kecil dibandingkan di daerah sedang karena itu foto respirasinya cepat. Hal ini mengakibatkan sintesis protein berkurang (Campbell, NA. 2002).
Kita ketahui bahwa panjang gelombang distribusinya dari pagi-sore berbeda. Pada pagi hari kebanyakan panjang gelombang pendek dan semakin sore panjang gelombang pendek berkurang dan panjang gelombang panjang bertambah. Oleh karena itu fotosintesis paling efektif sesudah siang hari (Anonimb, 2010).
Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik semakin ke kutub panjang penyinaran matahari semakin panjang. Dalam hal ini kita mengenal tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
a. Tanaman hari panjang : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
b. Tanaman hari pendek : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
Kini terdapat penggolongan tambahan sebanyak empat jebi, yaitu tanaman yang berhari panjang-pendek (long short-day, yang memerlukan hari panjang sebelum hari pendek), tanaman berhari pendek-panjang (short long day, yang memerlukan hari pendek sebelum hai panjang), stenofotoperiodik (yang memerlukan panjang hari medium) dan amfifotoperiodik (yang memerlukan hari panjang atau hari pendek tetapi bukan hari medium) (Mugnisjah, 2004).
Kelompok Tnm hari pendek Tnm hari panjang Tnm hari netral
Sayuran kentang, ketela rambat kacang-kacangan bayam, lobak, selada tomat, lombok, okra
Buah strawberry - strawberry
Bunga chrysanthemum, Cosmos bouvardia, Stevia poinsetia China aster, gardenia, delphinium Carnation, dianthus, Violet cyclamon
Sumber:http://justminehortikulture.blogspot.com
Meskipun sejumlah spesies terbukti tidak peka terhadap faktor panjang penyinaran tetapi hal ini menentukan apakah tanaman-tanaman tersebut hanya dapat membentuk bagian-bagian vegetatif saja. Di dalam tanaman hari pendek panjnagnya penyinaran merupakan faktor pembatas yang berakibat membentuk bagian-bagian vegetatif yang bersifat gigas (besar) sedang pembungaannya dikekang. Tanaman hari panjang jika tanaman pada daerah yang panjang penyinarannya lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internodia yang lebih pendek dan cenderung membentuk roset dan pembungaan tanaman hari panjang ini akan dikekang (Anonimb, 2010).
Cahaya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan tanaman dapat mempunyai beberapa macam kegunaan antara lain :
a. Fotosintesis
b. Cahaya dalam hubungannya dengan klasifikasi tanaman
c. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam tubuh tanaman. Misalnya, sintesis khlorofil, kelakuan stomata dan sebagainya
d. Transpirasi
Tanaman-tanaman dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan cahaya di dalam proses hidupnya menjadi :
a. Heliophytes
Tanaman yang termasuk Heliophytes adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada keadaan yang penuh dengan sinar matahari.
b. Sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada intensitas cahaya yang lebih rendah.
1) Fakultatif Sciophytes
Adalah tanaman yang dapat hidup baik, baik pada keadaan penuh sinar matahari maupun pada keadaan teduh.
2) Obligativ sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik tanpa sinar matahari yang intensif.
Kebanyakan tanaman yang termasuk tanaman air, Ipomea repens, terate dan sebagainya, faktor cahaya tidak merupakan faktor yang membatasi dalam proses hidupnya. Tetapi pada tanaman-tanaman darat adanya faktor-faktor lain selain cahaya, misalnya temperatur dan lembab relatif dapat mengadakan suatu pengaruh bersamaan terhadap proses hidupnya. Dengan demikian pengaruh tunggal cahaya tak dapat diketahui dengan pasti. Dengan penyelidikan didapat kenyataan bahwa kerusakan seedlings biasanya disebabkan karena faktor keteduhan dan lebih sedikit disebabkan oleh faktor cahaya. Pada tanaman aciophytes membutuhkan cahaya yang lebih rendah daripada heliophytes. Sebagai perbandingan adalah jika pada situasi yang sama heliophytes tahan pada intensitas 4.200 lux dan pada sciophytes pada 27 lux (Anonimb, 2010).
Panjang hari dilaporkan berkorelasi positif dengan nisbah bunga jantan/betina dalam tanaman berhari pendek Heteropogon contortus. Hal ini sehubungan dengan sistem pemuliaan tanaman yang bersangkutan menurut pergeseran latitude dari tempat menumbuhkannya. Lamanya fotoperiode kritikal dapat berubah oleh kondisi suhu. Dalam tanaman berhari pendek, suhu rendah dapat memperpanjang fotoperiode kritikal sehingga membatasi pembungaan(Mugnisjah, 2004).
b. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman (Anonimb, 2010).
Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik. Tidak ada batas suhu terendah bagi kelangsungan hidup spora, biji dan bahkan lumut kerak dan lumut daun tertentu pada kondisi kering. Batas suhu terendah untuk bertahan hidup pada keadaan yang lebih normal sangat tergantung pada spesies dan sejauh mana jaringan telah diadaptasikan terhadap embun es. Tumbuhan yang sedang tumbuh aktif sering dapat bertahan hidup hanya pada beberapa derajat di bawah 0°C, sedangkan banyak yang dapat bertahan pada sekitar – 40°C. Beberapa tumbuhan tinggi dapat tumbuh dan berbunga di bawah salju.
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi pembekuan es secara alami. Selain itu, aktivitas enzim pada suhu rendah terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme dalam sel.
Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan pemutusan asam nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian, faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb, 2010).
Sebagai contoh, padi hirida memerlukan suhu harian 20-30oC untuk proses produksinya. Tomat tumbuh baik pada temperatur 20-27°C, pembentukan buah terhambat pada temperatur >30°C atau <10°C (Anonima, 2010).
c. Curah Hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis. Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).
Tipe Iklim
(jumlah bulan basah) Jumlah bulan kering Jenis bebuahan yang sesuai
9,10-12,11, 11-12,12 0 Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek
9
8
7
6 3
0-3
0-4
4-5 Duku,durian,mundu,papaya,pisang
Rambutan
Lebih dari 4 bulan Jambu biji,jambu monyet,nangka pepaya.
Sumber: Ashari,S.1998
Selain itu,aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi.apabila terjadi kerusakan pada tepung sari dan kepala puti berarti penyerbukan telah gagal. Hal ini juga berarti bahwa pembuahan dan selanjutnya,panen, telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya. Pada tanaman padi tidak memerlukan hujan selama masa berbunga. Sehingga terjadi produksi benih pada tanaman padi.
d. Kelembaban Nisbi
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air
Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah uap air yang sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung pada suhu dan tekanan itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%) (Anonimc, 2010). RH mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi mempengaruhi respirasi benih
RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T) lingkungan
RH dan T saling berkaitan dan mempengaruhi kemunduran benih:
a. Setiap penurunan kadar air 1% menggandakan masa hidup dua kali, dan
b. Setiap penurunan suhu ruang simpan 5oC akan menggandakan masa hidup benih dua kali.
Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu terhadap perkecambahan serbuk sari. Kelembaban nisbi atmosfer juga berpengaruh juga terhadap populasi serangga dan pathogen. Disamping itu, rontok benih berkorelasi negative dengan kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang rendah dapat menyebabkan kehilangan benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004). Sebagai contoh, padi hirida memerlukan kelembaban relatif 80% untuk proses produksinya. Interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan, kelemababan nisbi dan periode simpan berpengaruh pada tumbuh serempak benih tersebut.
e. Angin
Angin sebenarnya dapat bersifat menguntungkan serta merugikan dalam usaha produksi benih yang dihasilkan, hal ini tergantung pada kencang tidaknya angin. Angin yang terlalu kencang dalam peredarannya akan mengakibatkan beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang hilang baik pada tanaman maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang telah terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih dahulu, agar air yang terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang dihasilkan.
Pada saat penyebaran serbuk sari dengan adanya bantuan angin sangat diharapkan akan menghasilkan produksi benih yang lebih bervariasai sehingga akan mendapatkan varietas tanaman yang lebih beraneka ragam. Agar dalam penyebaranya pun tidak akan merugikan sehingga menghasilkan benih yang kurang baik maka dalam menghasilkan benih yang bermutu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu memperhatikan cuaca yang terjadi, suhu udara karena jika suhu udara lembab dengan angin yang ada maka akan mengakibatkan angin membawa kandungan air di dalamnya. Sehingga jika terdapat kandungan air dalam angin akan mengakibatkan benih yang dihasilkan juga terdapat kandungan airnya dan itu akan mengakibatkan kualitas benih menurun karena benih tidak murni.
2. Biologis
Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan produksi benih yang tergantung pada serangga untuk penyerbukannya. Sebagai contoh, produksi benih Desmodium uncinatum sangat tergantung pada aktivitas lebah. Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam pertanaman yang memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari pada hari yang sangat cerah adalah rendah. Perhatian harus diberikan untuk mengurangi kompetisi pasokan makanan, misalnya dengan memindahkan atau menghilangkan bunga dari pohon, perdu atau tanaman lainnya yang berbunga puncak pada waktu yang sama dengan pertanaman untuk menghasilkan benih. Sebaliknya, untuk mempertahankan populasi lebah yang tinggi, pasokan makanan alternative juga perlu ditingkatkan jika pertanaman untuk menghasilkan benih tidak berbunga lebat (Mugnisjah, 2004).
Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca yang sangat basah (Sanusi, 2009). Tempat untuk pertanaman benih karenanya harus dipilih yang dapat menjamin penyerbukan berlangsung dengan optimum. angin yang terlalu cepat tidak disenangi lebah penyerbuk sehingga dapat berakibat pada rendahnya hasil pula.
Resistensi terhadap hama merupakan faktor umum untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimum. Jika tanaman memiliki kemampuan berproduksi tinggi, namun tidak disertai dengan mekanisme resistensi terhadap hama, maka jika terjadi serangan hama, tanaman tersebut tidak mampu berproduksi secara maksimum. Kualitas produksi juga yang diserang juga dapat diserang oleh bermacam-macam hama.
3. Tanah
Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur. Tanah yang subur disini diartikan sebagai tanah yang memiliki sifat fisika, kimia maupun biologi yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga menghasilkan benih yang bermutu dan optimum. Sehingga tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar tidak kekeringan. Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial. Pokok-pokok dari faktor tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak yang ditempuh pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang tersedia 4) Oksigen yang tersedia didalam tanah.
Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal musim, dan hal ini dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya berikutnya. Sebagai contoh, tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik, dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi pengapuran. Persiapan tanah dan pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau lebih tinggi terutama kandungan phosfor. Pemberian N biasanya setengah dari pemberian kalium untuk memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetative (Anonima, 2010).
Faktor internal meliputi:
1. Genetik
Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Genetik pada kali ini yang akan dibahas adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Hal ini disebabkan, dengan mengetahui kualitas genetik maka dapat menghasilkan genetik varietas yang diinginkan. Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih mewakili keragaman genetik dari sumber benih yang dipilih. Keragaman genetik mungkin lebar ataupun sempit tergantung pada tujuan penanaman.
Pada biji, biasanya embrio terbentuk setelah proses pembuahan sel telur oleh sel jantan. Sel jantan dan sel betina masing-masing memberikan satu set kromosom atau inti DNA. Betina dan jantan masing-masing memberikan sitoplasma yang mengandung organel yang memiliki sistim genetiknya sendiri khususnya mitokondria dan plastida. Kloroplast (Chloroplast) DNA pada tanaman angiosperma biasanya diturunkan melalui sel induknya, sementara dalam jenis tanaman daun jarum (coniferous) khususnya diturunkan oleh sel jantan.
Pada beberapa biji tanaman daun jarum (conifrous) dimana pembuahan tidak terjadi sampai benih tumbuh mencapai ukuran penuh, sifat benih yang paling penting berkembang sesuai dengan tanaman induk dan keadaan lingkungan. Pada kebanyakan biji angiosperma dimana embrio berkembang bersamaan dengan struktur lainnya sel jantan asing pasti akan berpengaruh. Sebagai contoh pada tanaman jati (Tectona grandis) pembuahan sendiri menghasilkan buah yang lebih kecil daripada pembuahan silang (crossing). Pada angiosperm kemungkinan keadaannya lebih rumit dari pada conifers.
Adanya perbedaan masa hidup benih yang diturunkan pada turunannya tidak terbatas hanya pada tingkat spesies saja, namun juga dijumpai pada tingkat kultivar. Pada penelitian yang membandingkan masa hidup beberapa kultivar dari spesies yang sama menunjukkan adanya perbedaan masa hidup yang nyata. Pada penelitian terhadap delapan kultivar kedelai, Burgess (1938) menemukan adanya perbedaan pada daya kecambah setelah empat tahun disimpan, yakni dari 21 hingga 99 %, padahal sewaktu disimpan lima bulan daya kecambahnya berkisar antara 95 sampai 99 %.
2. Vigor dan Viabilitas
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpannya.Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Terlepas dari masalah tersebut,beberapa peneliti menunjukkan bahwa lot-lot benih yang mengalami kemunduran cepat mengandung benih yang bervigor rendah dan benih yang masih bervigor. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran secara cepat. Semakin lama benih di simpan, maka benih mengalami penurunan viabilitas dan vigornya.
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa faktor,diantaranya faktor genetik dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, biar kondisi penyimpanannya memungkinkan pertunbuhannya. Penurunan vigor dan viabilitas kadang digambarkan dengan suatu kurva kelansungan hidup sigmoid. Kurva kelansungan hidup benih kering yang disimpan pada kondisi yang menguntungkan dapat dipenggal menjadi 3 bagian yang berbeda. Bagian pertama mewakili benih pada waktu masih vigor dan kemunduran fungsi kehidupannya berlangsung lambat. Bagian ini berakhir pada tingkat daya kecambah 90-75%. Bagian kedua yang kemundurannya berlangsung dengan cepat,bagian kedua ini berlangsung hingga ketingkat 25 hingga 10%. Akhirnya bagian ketiga yang proses kemundurannya menjadi lambat kembali dan berlangsung terus sampai semua benihnya mati.Kurva vigor sangat mirip dengan kurva viabilitas hanya saja kehilangan vigor mendahului kehilangan viabilitas.
Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan tanaman induknya. Pada saat kematangan fisiologis itu benih memiliki viabilitas dan vigor benih yang maksimal, demikian pula dengan berat keringnya. Pertumbuhan tanaman induk yang baik merupakan syarat yang mantap sewaktu kematangan benihnya. Hal inilah yang menjamin tingginya viabilitas dan vigor benih tersebut. Selanjutnya penyakit dan hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik pada tanaman induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada waktu pematangan fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh terhadap tingginya viabilitas dan vigor benih (Kartasapoetra, 2003).
Viabilitas
Daya kecambah (viabilitas) kian meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai maximum germination jauh sebelum masak fisiologis atau berat maksimum tercapai. Sampai masak fisiologis tercapai 100% ini konstan. Sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan jelek dilapangan (Jurnalis Kamil, 1979).
Vigor dihubungkan dengan bobot benih . Dalam hal ini dihubungkan dengan kekuatan kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme. Sewaktu benih di tanam bila benih menurun maka kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat kering atau bobot benih saat dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan menghasilkan panen yang rendah (Oren L.Justice dan Louis N.Bass).
Uji kedalaman tanam tergolong uji kekuatan benih dengan lingkungan sub optimal. Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih dilapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat hujan atau traktor. Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih.
Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabilitas benih kedelai selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi, kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan beniholeh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis (Purwantoro, 2009).
C. PENUTUP
Berdasarkan materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih adalah
1. Faktor Eksternal terdiri dari:
a. Iklim, meliputi
1) Cahaya
2) Suhu
3) Curah Hujan
4) Kelembaban Nisbi
5) Angin
b. Biologis
c. Tanah
2. Faktor Internal terdiri dari
a. Genetika
b. Vigor dan Viabilitas Benih
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2010. Budidaya dan Produksi Benih Tomat (Lycopersicum esculentum L.). http://sultra.litbang.deptan.go.id (Diakses tanggal 2 September 2010 pukul 06.00 WIB).
Anonimb, 2010. Pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan. Http://Pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan.
Anonimc. 2010. Kelembaban Nisbi yang Mempengaruhi Produksi Benih. http://teknologibenih.blogspot.com.
Anonimd. 2010. Faktor Lingkungan Tanaman. http://justminehortikulture.blogspot.com.
Anonime. 2010. Pengaruh Viabilitas dan vogor benih terhadap produksi benih. www.iptek.tekben.com. Diakses tanggal 2 September 2010.
Ashari,S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Campbell, NA. 2002. Biologi jilid II. Jakata : Erlangga.
Heru, 2009. Hubungan suhu bagi pertumbuhan tanaman. http://hubungan-suhu-bagi-pertumbuhan-tanaman.html. Diakses Tanggal 2 September 2010 pukul 08.50 WIB.
Kamil, J.1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa. Bandung.
Mugnisjah, W. Q., Asep Setiawan. 2004. Produksi Benih. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Sanusi, A. 2009. Hubungan Faktor Iklim dengan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. http://sanoesi.wordpress.com (Diakses tanggal 2 September 2010 pukul 06.10 WIB)
Wiraadmaja. 2009. Faktor-faktor mempengaruhi produksi benih padi. www.ilmupertanian.com. Diakses tanggal 2 September 2010
Wurttemberg, HB. 1994. Biology I. Berlin : Cornelson Dpuc
Rabu, 01 September 2010
Pengaruh penggenangan Terhadap pertumbuhan Tanaman Padi
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap berat brangkasan tanaman padi maka di buat percobaan sederhana. Faktor-faktor tersebut antara lain perlakuan penggenangan dan pemberian pupuk organic. Untuk perlakuan A1 penggenangan dilakukan 5 cm diatas permukaan tanah, A2 macak-macak (tanah jenuh), A3 digenang sampai 5 cm dibawah permukaan tanah, A4 digenang sampai 10 cm dibawah permukaan tanah. sedangakan untuk perlakuan pemberian pupuk organic untuk O1 pemberian pupuk 10 ton/ha, perlakuan O2 pupuk organic 15 ton/ha, perlakuan O3 pupuk organic 20 ton/ha, perlakuan O4 pupuk organic 25 ton/ha. Dari kedua faktor tersebut kemudian dikombinasikan menjadi16 kombinasi perlakuan. Semua kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga jumlah ulangan ada 48 buah. Kemudian diamati tinggi tanaman setiap minggunya dan jumlah anakannnya, serta pada akhir dilakukan penimbangan berat brangkasan tanaman sehingga di dapatkan hasil antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain memiliki tinggi tanaman yang berbeda-beda serta berat brangkasan yang berbeda pula
Pengamatan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dilakukan terhadap berat, berangkasan tanaman dan tinggi tanaman. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pengelolaan lengas tanah, pemberian pupuk organik, urea, phosphate dan perlakuan pengenangan, dan varietas yang ditanam berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan tanaman padi. Berat berangkasaan tanaman dipengaruhi pupuk organik dan anorganik, varietas, serta tinggi genangan.
Pada hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan A1O1 dan A2O1 yaitu memiliki tinggi tanaman 88,5 cm, tanaman padinya tumbuh tinggi. Pada perlakuan A1O1 ini dengan perlakuan genagan 5 cm diatas permukaan tanah dan penggunaan pupuk organic 10 ton/ha. Pada A2O1 juga juga tinggi tanaman padi hamper sama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tanaman padi dapat tumbuh optimum pada penggenagan 5 cm diatas permukaan tanah dan diberi bahan organic 10 ton/ha.
Pada pengamatan jumlah anakan dan berat brangkasan pada perlakuan A1O1 memiliki berat brangkasan yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan pada kelompok lain sehingga tanaman padi dapat tumbuh secara optimal pada saat penggenangan 5 cm diatas permukaan tanah. kita ketahui bahwa tanaman padi di Indonesia di tanam pada lahan yang tergenang. Karena pada lahan padi yang tergenang akan terjadi kondisi anaerop pada tanah sawah sehingga unsure hara di dalam tanah akan lebih banyak. Proses amonifikasi dan nitrifikasi didalam tanah juga berlangsung sacara baik. Ini merupakan kondisi yang ideal untuk pertanaman padi. Tanaman padi tidak tumbuh normal jika tidak digenangi, apalagi bila keberadaan air dibawah permukaan tanah maka tanaman padi akan semakin tumbuh tidak optimal berat brangkasan akan semakin kecil. Ini dapat ditunjukkan pada perlakuan A4O4 yaitu dilakukan penggenangan 10 cm dibawah permukaan tanah. dan pemberian pupuk 25 ton/ha.
Pemberian pupuk organik yang terlalu banyak juga akan menurunkan berat brangkasan tanaman karena semakin banyak memberi pupuk maka setelah mencapai kebutuhan optimal bagi tanaman maka akan terjadi penurunan seperti grafik pertumbuhan tanaman. Sehingga dalam hal pemberian pupuk organik dalam budidaya pertanian secukupnya untuk pertumbuhan tanaman saja. Jika terlalu banyak atau berlebih maka malah menyebabkan hasil semakin turun.
Bahan organik biasanya dapat berasal dari pupuk kompos, Kompos kaya nutrisi. Kompos itu sendiri bermanfaat untuk tanah dengan berbagai cara, termasuk sebagai conditioner tanah , sebuah pupuk untuk menambahkan penting humus atau asam humat , dan sebagai alam pestisida untuk tanah. sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi, diperlukan unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K). tidak terpenuhinya salah satu unsur hara tersebut akan mengakibatkan menurunya kwalitas dan kwantitas hasil produksi pertanian. Unsur hara N,P dan K didalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen tercuci, menguap, dan erosi. Untuk mencukupi kekurangan unsur hara N , P, dan K perlu dilakukan pemupukan.
Pemupukan yang ideal adalah unsur yang ditambahkan melengkapi unsur yang tersedia dalam tanah hingga jumlah nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia untuk tanaman menjadi tepat. Bersamaan dengan ini jumlah yang tersedianya unsure yang essensial lain harus pula ideal. Singkatnya, keseimbangan kesuburan secara keseluruhan harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman yang wajar.
Bahan organik merupakan akumulasi seresah hasil dekomposisi mikroorganisme. Pada umumnya laju dekomposisi dipengaruhi oleh komposisi bahan organik, pH tanah, aktivitas mikroorganisme, dan yang lain sebagainya. Semakin besar komposisi bahan organik tanah maka laju dekomposisi semakin cepat. Tinggi rendahnya kandungan bahan organik tergantung dari sumber bahan organiknya. Meskipun kecil kadar bahan organik pada akhirnya akan berpengaruh pada sifat fisik tanah (warna), kapasitas pertukaran kation, dan juga kemampuan tanah untuk mengikat dan menahan air.
Pengamatan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dilakukan terhadap berat, berangkasan tanaman dan tinggi tanaman. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pengelolaan lengas tanah, pemberian pupuk organik, urea, phosphate dan perlakuan pengenangan, dan varietas yang ditanam berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan tanaman padi. Berat berangkasaan tanaman dipengaruhi pupuk organik dan anorganik, varietas, serta tinggi genangan.
Pada hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan A1O1 dan A2O1 yaitu memiliki tinggi tanaman 88,5 cm, tanaman padinya tumbuh tinggi. Pada perlakuan A1O1 ini dengan perlakuan genagan 5 cm diatas permukaan tanah dan penggunaan pupuk organic 10 ton/ha. Pada A2O1 juga juga tinggi tanaman padi hamper sama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tanaman padi dapat tumbuh optimum pada penggenagan 5 cm diatas permukaan tanah dan diberi bahan organic 10 ton/ha.
Pada pengamatan jumlah anakan dan berat brangkasan pada perlakuan A1O1 memiliki berat brangkasan yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan pada kelompok lain sehingga tanaman padi dapat tumbuh secara optimal pada saat penggenangan 5 cm diatas permukaan tanah. kita ketahui bahwa tanaman padi di Indonesia di tanam pada lahan yang tergenang. Karena pada lahan padi yang tergenang akan terjadi kondisi anaerop pada tanah sawah sehingga unsure hara di dalam tanah akan lebih banyak. Proses amonifikasi dan nitrifikasi didalam tanah juga berlangsung sacara baik. Ini merupakan kondisi yang ideal untuk pertanaman padi. Tanaman padi tidak tumbuh normal jika tidak digenangi, apalagi bila keberadaan air dibawah permukaan tanah maka tanaman padi akan semakin tumbuh tidak optimal berat brangkasan akan semakin kecil. Ini dapat ditunjukkan pada perlakuan A4O4 yaitu dilakukan penggenangan 10 cm dibawah permukaan tanah. dan pemberian pupuk 25 ton/ha.
Pemberian pupuk organik yang terlalu banyak juga akan menurunkan berat brangkasan tanaman karena semakin banyak memberi pupuk maka setelah mencapai kebutuhan optimal bagi tanaman maka akan terjadi penurunan seperti grafik pertumbuhan tanaman. Sehingga dalam hal pemberian pupuk organik dalam budidaya pertanian secukupnya untuk pertumbuhan tanaman saja. Jika terlalu banyak atau berlebih maka malah menyebabkan hasil semakin turun.
Bahan organik biasanya dapat berasal dari pupuk kompos, Kompos kaya nutrisi. Kompos itu sendiri bermanfaat untuk tanah dengan berbagai cara, termasuk sebagai conditioner tanah , sebuah pupuk untuk menambahkan penting humus atau asam humat , dan sebagai alam pestisida untuk tanah. sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi, diperlukan unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K). tidak terpenuhinya salah satu unsur hara tersebut akan mengakibatkan menurunya kwalitas dan kwantitas hasil produksi pertanian. Unsur hara N,P dan K didalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen tercuci, menguap, dan erosi. Untuk mencukupi kekurangan unsur hara N , P, dan K perlu dilakukan pemupukan.
Pemupukan yang ideal adalah unsur yang ditambahkan melengkapi unsur yang tersedia dalam tanah hingga jumlah nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia untuk tanaman menjadi tepat. Bersamaan dengan ini jumlah yang tersedianya unsure yang essensial lain harus pula ideal. Singkatnya, keseimbangan kesuburan secara keseluruhan harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman yang wajar.
Bahan organik merupakan akumulasi seresah hasil dekomposisi mikroorganisme. Pada umumnya laju dekomposisi dipengaruhi oleh komposisi bahan organik, pH tanah, aktivitas mikroorganisme, dan yang lain sebagainya. Semakin besar komposisi bahan organik tanah maka laju dekomposisi semakin cepat. Tinggi rendahnya kandungan bahan organik tergantung dari sumber bahan organiknya. Meskipun kecil kadar bahan organik pada akhirnya akan berpengaruh pada sifat fisik tanah (warna), kapasitas pertukaran kation, dan juga kemampuan tanah untuk mengikat dan menahan air.
Kamis, 24 Juni 2010
Kegunaan Anabaena Azolla
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pertanian saat ini adalah tentang kesuburan yang berkelanjutan. Ini menjadi polemik di dunia pertanian hal ini dkhawatirkan bahwa semakin lama lahan pertanian tidak lagi subur padahal kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Maka untuk mengatasi itu pada lahan terutama padi perlu adanya sumber nitrogen yang banyak.
Hal ini sangat penting karena saat sekarang yang dipacu adalah produksi yang semakin tinggi dari satu jenis tanaman yaitu padi sawah, dengan target kenaikan produksi untuk setiap tahun semakin meningkat. Justru pada lahan sawah, bahan organik tanah dan tingkat nitrogen semakin terbatas sehingga hasilnya pun menjadi tidak maksimal. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia. Sumber nitrogen alternatif ini adalah pupuk hijau. Salah satu sumber N altternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas yang baik dalam penambatan nitrogen diudara.
Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti paku-pakuan dengan adanya simbiosis ini anabaena dapat melakukan fiksasi nitrogen di udara, sehingga memiliki manfaat yang besar dalam bidang pertanian. Terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan unsur nitrogen
Dengan adanya manfaat ini maka sekarang ini azolla banyak sekali dibudidayakan untuk digunakan sebagai pupuk hijau yang kaya akan nitrogen. Sehingga dapat menggurangi penggunaan pupuk kimiawi yang tidak ramah linkungan dan menggantinya dengan menggunakan pupuk hijau dari azolla. Azolla juga memiliki kelebihan karena ganggang ini mudah sakali dikembang biakan dan pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga ketika sewaktu-waktu dibutuhkan selalu ada.
Azolla dalam bidang pertanian sangatlah penting karena azolla dapat menambat nitrogen di udara setelah bersimbiosis dengan Anabaena azolla, sehingga dengan adanya azolla menggurangi penggunaan pupuk nitrogen dari bahan kimia, yeng menggunakan azolla lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Heterocysts merupakan sel yang berada di bagian ujung (terminal) yang dikhususkan dalam proses fikasi nitrogen. Interior dari sel ini berupa mikrooxic sebagai akibat dari peningkatan respirasi, tidak aktifnya pembentukan O2 dalam fotosistem II, bentuk/formasi dari penebalan diluar dinding sel. Nitrogenase mengubah dinitrogen menjadi ammonium pada pengeluaran ATP dan keduanya merupakan reduktan yang dihasilkan melalui metabolisme karbohidrat, sebuah proses tambahan, dalam cahaya melalui aktivitas fotosistem (PS) I . Sebagai imbalannya, nitrogen difiksasi dalam heterocysts bergerak ke dalam sel vegetatif , bagian akhir dalam paembentukan asam amino (Bock, 1997).
Azola mempunyai 6 spesies yang sudah banyak dibudidayakan yaitu A pinata, A meziana, A imbrikata, A cardiana dan A filiculoider. Masing-masing spesies mempunyai persaratan tumbuh dan menambat nitrogen secara maksimal. Berapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan azola adalah sinar matahari, pH, kesuburan tanah, kegaraman, temperature, gulma dan penyakit (Sutedjo, 1991).
Anabaena adalah genus cyanobakteria filamentous atau ganggang hijau-biru,ditemukan sebagai plankton. Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti pakupakuan. terdapat satu dari 4 genera dari cyanobacteria yang menghasilkan neurotoxin,yang membahayakan margasatwa lokal seperti halnya hewan ternak dan hewan peliharaan. Spesies tertentu dari Anabaena telah digunakan dalam pertanaman padi sawah, sebagai penyedia pupuk alami yang efektif.
Interaksi antara simbiosis Anabaena-Azzola berbeda antara berbeda dengan interaksi antara bakteri pembentuk nodula dari tanaman leguminosa. Sangat sedikit yang diketahui cara bagaimana Anabaena dan Azolla mengenal satu sama lain. Anabaena masuk ke dalam jaringan pakis/ paku-pakuan melalui ujung titik tumbuh. Fiksasi nitrogen berlangsung dalam sel khusus, yaitu heterocysts jadi sel heterosis merupakan tempat untuk melakukan penambatan nitrogen di udara. Sedangkan sel vegetatif digunakan anabaena azolla untuk melakukan fotosintesis. Sel penetrasi Anabaena sangat kecil, heterocysts tidak berkembang sebelum Anabaena telah berkolonisasi dalam jaringan paku-pakuan dan diam dalam cistern intraseluler.
Simbiosis dan spesies Anabaena yang hidup bebas – seperti alga hijau-biru, juga berhadapan dengan masalah melindungi dirinya melawan oksigen. Proses metabolisme merupakan proses pengambilan surplus oksigen yang ada, dengan kata lain, heterocysts dikelilingi bakteria. Berbeda dengan sel vegetatif, heterocysts aktif tertutup oleh lapisan polisakarida yang nampaknya menyediakan nutrisi bagi bakteria. Aktivitas metabolisme baketria mengkonsumsi oksigen lagi, hingga taraf terendah oksigen disekitar heterocysts.
Sel vegetatif berdiferensiasi menjadi heterocysts. heterocysts merupakan sel yang berada di bagian ujung (terminal) yang dikhususkan dalam proses fikasi nitrogen. Interior dari sel ini berupa mikrooxic sebagai akibat dari peningkatan respirasi, tidak aktifnya pembentukan O2 dalam fotosistem II, bentuk/formasi dari penebalan diluar dinding sel. Nitrogenase mengubah dinitrogen menjadi ammonium pada pengeluaran ATP dan keduanya merupakan reduktan yang dihasilkan melalui metabolisme karbohidrat, sebuah proses tambahan, dalam cahaya melalui aktivitas fotosistem (PS) I . Sebagai imbalannya, nitrogen difiksasi dalam heterocysts bergerak ke dalam sel vegetatif , bagian akhir dalam paembentukan asam amino.
Sel berbentuk oval adalah heterocysts, tempat/lokasi fiksasi nitrogen dimana nitrogen atmosfer (N2) dikonversi ke dalam ammonia (NH3). Nodula yang berhubungan dengan kutub (nodula polar) dapat dilihat dalam beberapa heterocysts. Paku air bermanfaat bagi bakterial sebagai patner/inang melalui suplai nitrogen yang dapat digunakan. . Struktur selular dari bakteria ini telah berubah sangat kecil pada seribu juta tahun yang lalu.
Semakin lama azolla di tanam maka pertumbuhan koloni juga semakin banyak dan sel heterosisnya juga semakin banyak hal ini di sebakan faktor kandungan nitogrn di udara, semakin banyak nitogen di udara maka sel heterosis akan semakin aktif melakukan penambatan nitogen sehingga sel vegetatif akan semakin berkembang. Pada praktikum kali ini kondisi macak- macak merupakan kondisi yang palin ideal untuk pertumbuhan anabaena karena akar dapat masuk kedalam tanah sehingga kebutuhan unsur akan terpenuhi dibandingkan anabaena yang menggambang.
Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesuburan lahan yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting karena saat sekarang yang dipacu adalh produksi yang semakin tinggi dari satu jenis tanaman yaitu padi sawah, dengan target kenaikan produksi untuk setiap tahun. Justru pada lahan sawah di kawasan tersebut, bahan organik tanah dan tingkat nitrogen acapkali terbatas. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia. Sumber nitrogen alternatif ini adalah pupuk hijau. Salah satu sumber N altternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas nutrisi yang baik. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina dan Vietnam sebagai sumber N bagi padi sawah. Azolla tumbuh secara alami di Asia, Amerika, dan Eropa. Azolla mempunyai beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra. Azolla dalam bidang pertanian sangatlah penting karena azolla dapat menambat nitrogen di udara setelah bersimbiosis dengan Anabaena azolla, sehingga dengan adanya azolla menggurangi penggunaan pupuk nitrogen dari bahan kimia, yeng menggunakan azolla lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Pada hasil praktikum pengamatan azolla dapat diketahui pada rekapan bahwa azolla yang ditanam pada kondisi genangan air 0 cm memiliki jumlah koloni yang lebih banyak dibandingkan dengan azolla yang ditanam dengan mengambang diatas permukaan air. Untuk contohnya pada ulangan 1, pada perlakuan 0 cm mula-mula koloni azolla 3, kemudian minggu ke 1 menjadi 6 dan minggu ke 3 menjadi 8 dengan ditunjukkan kesuburan yang tinggi dengan warna hijau, sedangkan azolla yang ditanam 2 cm penggenangan memiliki koloni pada minggu pertama 3, kemudian minggu ke 2 menjadi 5, dan minggu ke 3 menjadi 7. Sehingga dapat disimpulkan azolla yang ditanam dengan menyentuh tanah pertumbuhannya lebih baik dibanding dengan yang tidak menyentuh tanah. Pada perlakuan kelompok pada tergenang 0 cm jumlah koloni mula-mula 3, kemudian pada minggu kedua menjadi 4, minggu ke 3 menjadi 6. Untuk yang tergenang 2 cm mula mula jumlah koloni 3, minggu ke 2 menjadi 5, minggu ke 3 menjadi 6. Untuk perlakuan tergenang 7 cm mula-mula jumlah koloni 3, kemudian minggu ke 2 tetap 3, minggu ke 3 menjadi 4. Pada perlakuan kelompok yang paling baik adalah pada perlakuan genangan 0 cm.
Hal ini sangat penting karena saat sekarang yang dipacu adalah produksi yang semakin tinggi dari satu jenis tanaman yaitu padi sawah, dengan target kenaikan produksi untuk setiap tahun semakin meningkat. Justru pada lahan sawah, bahan organik tanah dan tingkat nitrogen semakin terbatas sehingga hasilnya pun menjadi tidak maksimal. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia. Sumber nitrogen alternatif ini adalah pupuk hijau. Salah satu sumber N altternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas yang baik dalam penambatan nitrogen diudara.
Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti paku-pakuan dengan adanya simbiosis ini anabaena dapat melakukan fiksasi nitrogen di udara, sehingga memiliki manfaat yang besar dalam bidang pertanian. Terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan unsur nitrogen
Dengan adanya manfaat ini maka sekarang ini azolla banyak sekali dibudidayakan untuk digunakan sebagai pupuk hijau yang kaya akan nitrogen. Sehingga dapat menggurangi penggunaan pupuk kimiawi yang tidak ramah linkungan dan menggantinya dengan menggunakan pupuk hijau dari azolla. Azolla juga memiliki kelebihan karena ganggang ini mudah sakali dikembang biakan dan pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga ketika sewaktu-waktu dibutuhkan selalu ada.
Azolla dalam bidang pertanian sangatlah penting karena azolla dapat menambat nitrogen di udara setelah bersimbiosis dengan Anabaena azolla, sehingga dengan adanya azolla menggurangi penggunaan pupuk nitrogen dari bahan kimia, yeng menggunakan azolla lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Heterocysts merupakan sel yang berada di bagian ujung (terminal) yang dikhususkan dalam proses fikasi nitrogen. Interior dari sel ini berupa mikrooxic sebagai akibat dari peningkatan respirasi, tidak aktifnya pembentukan O2 dalam fotosistem II, bentuk/formasi dari penebalan diluar dinding sel. Nitrogenase mengubah dinitrogen menjadi ammonium pada pengeluaran ATP dan keduanya merupakan reduktan yang dihasilkan melalui metabolisme karbohidrat, sebuah proses tambahan, dalam cahaya melalui aktivitas fotosistem (PS) I . Sebagai imbalannya, nitrogen difiksasi dalam heterocysts bergerak ke dalam sel vegetatif , bagian akhir dalam paembentukan asam amino (Bock, 1997).
Azola mempunyai 6 spesies yang sudah banyak dibudidayakan yaitu A pinata, A meziana, A imbrikata, A cardiana dan A filiculoider. Masing-masing spesies mempunyai persaratan tumbuh dan menambat nitrogen secara maksimal. Berapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan azola adalah sinar matahari, pH, kesuburan tanah, kegaraman, temperature, gulma dan penyakit (Sutedjo, 1991).
Anabaena adalah genus cyanobakteria filamentous atau ganggang hijau-biru,ditemukan sebagai plankton. Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti pakupakuan. terdapat satu dari 4 genera dari cyanobacteria yang menghasilkan neurotoxin,yang membahayakan margasatwa lokal seperti halnya hewan ternak dan hewan peliharaan. Spesies tertentu dari Anabaena telah digunakan dalam pertanaman padi sawah, sebagai penyedia pupuk alami yang efektif.
Interaksi antara simbiosis Anabaena-Azzola berbeda antara berbeda dengan interaksi antara bakteri pembentuk nodula dari tanaman leguminosa. Sangat sedikit yang diketahui cara bagaimana Anabaena dan Azolla mengenal satu sama lain. Anabaena masuk ke dalam jaringan pakis/ paku-pakuan melalui ujung titik tumbuh. Fiksasi nitrogen berlangsung dalam sel khusus, yaitu heterocysts jadi sel heterosis merupakan tempat untuk melakukan penambatan nitrogen di udara. Sedangkan sel vegetatif digunakan anabaena azolla untuk melakukan fotosintesis. Sel penetrasi Anabaena sangat kecil, heterocysts tidak berkembang sebelum Anabaena telah berkolonisasi dalam jaringan paku-pakuan dan diam dalam cistern intraseluler.
Simbiosis dan spesies Anabaena yang hidup bebas – seperti alga hijau-biru, juga berhadapan dengan masalah melindungi dirinya melawan oksigen. Proses metabolisme merupakan proses pengambilan surplus oksigen yang ada, dengan kata lain, heterocysts dikelilingi bakteria. Berbeda dengan sel vegetatif, heterocysts aktif tertutup oleh lapisan polisakarida yang nampaknya menyediakan nutrisi bagi bakteria. Aktivitas metabolisme baketria mengkonsumsi oksigen lagi, hingga taraf terendah oksigen disekitar heterocysts.
Sel vegetatif berdiferensiasi menjadi heterocysts. heterocysts merupakan sel yang berada di bagian ujung (terminal) yang dikhususkan dalam proses fikasi nitrogen. Interior dari sel ini berupa mikrooxic sebagai akibat dari peningkatan respirasi, tidak aktifnya pembentukan O2 dalam fotosistem II, bentuk/formasi dari penebalan diluar dinding sel. Nitrogenase mengubah dinitrogen menjadi ammonium pada pengeluaran ATP dan keduanya merupakan reduktan yang dihasilkan melalui metabolisme karbohidrat, sebuah proses tambahan, dalam cahaya melalui aktivitas fotosistem (PS) I . Sebagai imbalannya, nitrogen difiksasi dalam heterocysts bergerak ke dalam sel vegetatif , bagian akhir dalam paembentukan asam amino.
Sel berbentuk oval adalah heterocysts, tempat/lokasi fiksasi nitrogen dimana nitrogen atmosfer (N2) dikonversi ke dalam ammonia (NH3). Nodula yang berhubungan dengan kutub (nodula polar) dapat dilihat dalam beberapa heterocysts. Paku air bermanfaat bagi bakterial sebagai patner/inang melalui suplai nitrogen yang dapat digunakan. . Struktur selular dari bakteria ini telah berubah sangat kecil pada seribu juta tahun yang lalu.
Semakin lama azolla di tanam maka pertumbuhan koloni juga semakin banyak dan sel heterosisnya juga semakin banyak hal ini di sebakan faktor kandungan nitogrn di udara, semakin banyak nitogen di udara maka sel heterosis akan semakin aktif melakukan penambatan nitogen sehingga sel vegetatif akan semakin berkembang. Pada praktikum kali ini kondisi macak- macak merupakan kondisi yang palin ideal untuk pertumbuhan anabaena karena akar dapat masuk kedalam tanah sehingga kebutuhan unsur akan terpenuhi dibandingkan anabaena yang menggambang.
Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesuburan lahan yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting karena saat sekarang yang dipacu adalh produksi yang semakin tinggi dari satu jenis tanaman yaitu padi sawah, dengan target kenaikan produksi untuk setiap tahun. Justru pada lahan sawah di kawasan tersebut, bahan organik tanah dan tingkat nitrogen acapkali terbatas. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia. Sumber nitrogen alternatif ini adalah pupuk hijau. Salah satu sumber N altternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas nutrisi yang baik. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina dan Vietnam sebagai sumber N bagi padi sawah. Azolla tumbuh secara alami di Asia, Amerika, dan Eropa. Azolla mempunyai beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra. Azolla dalam bidang pertanian sangatlah penting karena azolla dapat menambat nitrogen di udara setelah bersimbiosis dengan Anabaena azolla, sehingga dengan adanya azolla menggurangi penggunaan pupuk nitrogen dari bahan kimia, yeng menggunakan azolla lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Pada hasil praktikum pengamatan azolla dapat diketahui pada rekapan bahwa azolla yang ditanam pada kondisi genangan air 0 cm memiliki jumlah koloni yang lebih banyak dibandingkan dengan azolla yang ditanam dengan mengambang diatas permukaan air. Untuk contohnya pada ulangan 1, pada perlakuan 0 cm mula-mula koloni azolla 3, kemudian minggu ke 1 menjadi 6 dan minggu ke 3 menjadi 8 dengan ditunjukkan kesuburan yang tinggi dengan warna hijau, sedangkan azolla yang ditanam 2 cm penggenangan memiliki koloni pada minggu pertama 3, kemudian minggu ke 2 menjadi 5, dan minggu ke 3 menjadi 7. Sehingga dapat disimpulkan azolla yang ditanam dengan menyentuh tanah pertumbuhannya lebih baik dibanding dengan yang tidak menyentuh tanah. Pada perlakuan kelompok pada tergenang 0 cm jumlah koloni mula-mula 3, kemudian pada minggu kedua menjadi 4, minggu ke 3 menjadi 6. Untuk yang tergenang 2 cm mula mula jumlah koloni 3, minggu ke 2 menjadi 5, minggu ke 3 menjadi 6. Untuk perlakuan tergenang 7 cm mula-mula jumlah koloni 3, kemudian minggu ke 2 tetap 3, minggu ke 3 menjadi 4. Pada perlakuan kelompok yang paling baik adalah pada perlakuan genangan 0 cm.
Senin, 21 Juni 2010
Kelapa Sawit
Tanaman tahunan contohnya Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri perkebunan penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel), serta minyak goreng yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Karet penghasil latek, kakao penghasil coklat. Sekarang ini banyak di kembangkan menjadi salah satu bahan untuk industri. Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan. Indonesia adalah salah satu penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya perkebunannya adalah di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Kelapa sawit, karet dan kakao berkembang biak dengan cara generatif. Biji yang matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Sedangkan kakao sebagai bahan baku pembuatan ban dan alat-alat lain.
Kelapa sawit, karet dan kakao mempunyai prospek yang cukup cerah di Indonesia. Semakin meningkatnya kebutukan akan CPO, latek dan coklat menambah peluang untuk mengembangkan tanaman tahunan. Hasil perkebunan selain digunakan sebagai bahan mentah industri pangan juga digunakan sebagai bahan mentah industri non pangan. Perkebunan lebih sering ditawarkan sebagai solusi pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimum antara melakukan pemangkasan, penyianangan gulma , pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun, lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman yang sudah dibuat.
Pupuk merupakan salah satu faktor penentu yang sangat mempengaruhi produksi tanaman, karena pupuk merupakan sumber nutrisi bagi tanaman, mengingat keterbatasan tanah dalam memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman budidaya. Dalam melakukan pemupukan seharusnya kita selalu berpedoman pada prinsip 4 T dalam pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu.
Disamping itu dengan pemupukan yang tepat maka pupuk yang diberikan lebih efisien / tidak mubazir dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan demikian akan menghemat biaya pemupukan dan lebih efektif. Hanya saja saat ini jenis pupuk yang beredar di pasaran lebih bersifat umum, belum mengarah kepada pupuk yang spesifik, baik spesifik tanaman maupun spesifik lokasi, sehingga petani masih menghitung lagi pupuk apa yang harus di tambahkan atau dikurangi karena pada daerah satu dengan daerah lain memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda untuk tanaman kelapa sawit.
Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan pohon tidak stabil atau pertumbuhan tanaman yang tidak normal. Defisiensi tersebut dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik. Gejala visual tersebut yang dipakai untuk identifikasi defisiensi unsur hara. Gejala defisiensi bersifat relatif, seringkali defisiensi salah satu atau beberapa unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri dari tiga lapisan:
• Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
• Mesoskarp, serabut buah
• Endoskarp, cangkang pelindung inti. Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi (Yuniastuti, et al. 2001).
Lamanya proses pembentukan buah (dari saat penyerbukan sampai matang), tergantung pada keadaan iklim dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Selama buah kelapa sawit masih muda yaitu sampai berumur 4,5–5 bulan, lelapa sawit berwarna ungu. Setelah itu kulit buah (exocarp) berangsur berubah dari ungu menjadi merah kekuningan. Pada saat ini terjadilah pembentukan minyak yang intensif pada daging buah (mesocarp) dan butir-butir minyak tersebut mengandung zat warna karotin yang berwarna jingga. Satu tandan buah telah siap dipanen apabila beberapa buah dari tandan tersebut telah terlepas dan jatuh ke tanah (Anonima, 2010).
Tanah tropis kekurangan unsur hara N, P dan K sehingga ketiga unsur hara tersebut harus ditambah melalui pemupukan anorganik yang terdiri dari 1.3 kg N, 0.2 kg P, dan 1.8 kg K untuk setiap tanaman selama satu tahun. Kekurangan unsur N, P, K dan Mg menghambat pertumbuhan kelapa sawit sehingga tanaman menjadi kerdil (Anonimb, 2010).
Nitrogen berperan dalam penyusunan protein, klorofil dan berperanan terhadap fotosintesa . Kekurangan Nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning pucat dan menghambat pertumbuhan. Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi. Penyebab defisiensi Nitrogen adalah terhambatnya mineralisasi Nitrogen, aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang, pemupukan Nitrogen tidak efektif. Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur ini adalah aplikasi secara merata di piringan,Tambah Urea pada tanaman kelapa sawit, aplikasi Nitrogen pada kondisi tanah lembab, kendalikan gulma (Andrean, 2009).
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimum antara lain melakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru yang seumur dengan tanaman yang mati, cadangan bibit untuk penyulaman terus dipelihara sampai dengan umur tahun dan selalu dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar, penyiangan gulma dilakukan 1 bulan sekali, lakukan perawatan dan perbaikan parit drainage, pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun, lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman (Karp, 1999).
Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang sangat penting artinya. Tujuan pemupukan adalah menambah ketersediaan unsure hara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal atau pupuk majemuk, terutama yang mengandung N, P, K, Mg, dan B. Beberapa jenis pupuk yang dapat digunakan antara lain urea, TSP, KCl, Kieserite, dan Borax (Ginting, 1997).
Manfaat dilakukannya pemupukan antara lain: menyuburkan tanah (dalam waktu minimal 3 bulan), menyehatkan tanaman (dalam waktu minimal 1 bulan) dan meningkatkan penyerapan unsure hara dan mengoptimalkan metabolisme tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan baik dan tidak mudah stress, mempercepat pertumbuhan tunas baru dengan kualitas daun lebih panjang, lebih lebar, dan warna daun lebih hijau mingkilap, mengurangi kerontokan bunga & buah sehingga produksi meningkat, dan meningkatkan kualitas, kuantitas serta rendemen kadar minyak CPO( Anonim, 2010).
Bilangan pelepah yang dihasilkan meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dan kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Pelepah sawit meliputi lai daun, dengan setiap satunya mengandungi lamina, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang lai daun. Lai daun berukuran 55 sentimeter hingga 65 sentimeter dan menguncup, dengan lebarnya antara 2.5 sentimeter hingga 4 sentimeter. Ada dua jenis bentuk kedudukan lai daun dalam Elaeis oleifera. Pelepah sawit tersusun dalam bentuk pusaran, dengan setiap lapan pelepah membentuk satu pusaran (Birowo, 2008).
Kelapa sawit, karet dan kakao berkembang biak dengan cara generatif. Biji yang matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Sedangkan kakao sebagai bahan baku pembuatan ban dan alat-alat lain.
Kelapa sawit, karet dan kakao mempunyai prospek yang cukup cerah di Indonesia. Semakin meningkatnya kebutukan akan CPO, latek dan coklat menambah peluang untuk mengembangkan tanaman tahunan. Hasil perkebunan selain digunakan sebagai bahan mentah industri pangan juga digunakan sebagai bahan mentah industri non pangan. Perkebunan lebih sering ditawarkan sebagai solusi pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimum antara melakukan pemangkasan, penyianangan gulma , pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun, lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman yang sudah dibuat.
Pupuk merupakan salah satu faktor penentu yang sangat mempengaruhi produksi tanaman, karena pupuk merupakan sumber nutrisi bagi tanaman, mengingat keterbatasan tanah dalam memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman budidaya. Dalam melakukan pemupukan seharusnya kita selalu berpedoman pada prinsip 4 T dalam pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu.
Disamping itu dengan pemupukan yang tepat maka pupuk yang diberikan lebih efisien / tidak mubazir dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan demikian akan menghemat biaya pemupukan dan lebih efektif. Hanya saja saat ini jenis pupuk yang beredar di pasaran lebih bersifat umum, belum mengarah kepada pupuk yang spesifik, baik spesifik tanaman maupun spesifik lokasi, sehingga petani masih menghitung lagi pupuk apa yang harus di tambahkan atau dikurangi karena pada daerah satu dengan daerah lain memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda untuk tanaman kelapa sawit.
Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan pohon tidak stabil atau pertumbuhan tanaman yang tidak normal. Defisiensi tersebut dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik. Gejala visual tersebut yang dipakai untuk identifikasi defisiensi unsur hara. Gejala defisiensi bersifat relatif, seringkali defisiensi salah satu atau beberapa unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri dari tiga lapisan:
• Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
• Mesoskarp, serabut buah
• Endoskarp, cangkang pelindung inti. Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi (Yuniastuti, et al. 2001).
Lamanya proses pembentukan buah (dari saat penyerbukan sampai matang), tergantung pada keadaan iklim dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Selama buah kelapa sawit masih muda yaitu sampai berumur 4,5–5 bulan, lelapa sawit berwarna ungu. Setelah itu kulit buah (exocarp) berangsur berubah dari ungu menjadi merah kekuningan. Pada saat ini terjadilah pembentukan minyak yang intensif pada daging buah (mesocarp) dan butir-butir minyak tersebut mengandung zat warna karotin yang berwarna jingga. Satu tandan buah telah siap dipanen apabila beberapa buah dari tandan tersebut telah terlepas dan jatuh ke tanah (Anonima, 2010).
Tanah tropis kekurangan unsur hara N, P dan K sehingga ketiga unsur hara tersebut harus ditambah melalui pemupukan anorganik yang terdiri dari 1.3 kg N, 0.2 kg P, dan 1.8 kg K untuk setiap tanaman selama satu tahun. Kekurangan unsur N, P, K dan Mg menghambat pertumbuhan kelapa sawit sehingga tanaman menjadi kerdil (Anonimb, 2010).
Nitrogen berperan dalam penyusunan protein, klorofil dan berperanan terhadap fotosintesa . Kekurangan Nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning pucat dan menghambat pertumbuhan. Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi. Penyebab defisiensi Nitrogen adalah terhambatnya mineralisasi Nitrogen, aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang, pemupukan Nitrogen tidak efektif. Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur ini adalah aplikasi secara merata di piringan,Tambah Urea pada tanaman kelapa sawit, aplikasi Nitrogen pada kondisi tanah lembab, kendalikan gulma (Andrean, 2009).
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimum antara lain melakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru yang seumur dengan tanaman yang mati, cadangan bibit untuk penyulaman terus dipelihara sampai dengan umur tahun dan selalu dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar, penyiangan gulma dilakukan 1 bulan sekali, lakukan perawatan dan perbaikan parit drainage, pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun, lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman (Karp, 1999).
Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang sangat penting artinya. Tujuan pemupukan adalah menambah ketersediaan unsure hara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal atau pupuk majemuk, terutama yang mengandung N, P, K, Mg, dan B. Beberapa jenis pupuk yang dapat digunakan antara lain urea, TSP, KCl, Kieserite, dan Borax (Ginting, 1997).
Manfaat dilakukannya pemupukan antara lain: menyuburkan tanah (dalam waktu minimal 3 bulan), menyehatkan tanaman (dalam waktu minimal 1 bulan) dan meningkatkan penyerapan unsure hara dan mengoptimalkan metabolisme tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan baik dan tidak mudah stress, mempercepat pertumbuhan tunas baru dengan kualitas daun lebih panjang, lebih lebar, dan warna daun lebih hijau mingkilap, mengurangi kerontokan bunga & buah sehingga produksi meningkat, dan meningkatkan kualitas, kuantitas serta rendemen kadar minyak CPO( Anonim, 2010).
Bilangan pelepah yang dihasilkan meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dan kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Pelepah sawit meliputi lai daun, dengan setiap satunya mengandungi lamina, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang lai daun. Lai daun berukuran 55 sentimeter hingga 65 sentimeter dan menguncup, dengan lebarnya antara 2.5 sentimeter hingga 4 sentimeter. Ada dua jenis bentuk kedudukan lai daun dalam Elaeis oleifera. Pelepah sawit tersusun dalam bentuk pusaran, dengan setiap lapan pelepah membentuk satu pusaran (Birowo, 2008).
Sabtu, 19 Juni 2010
Peran makrofauna bagi tanah
Metode pengambilan populasi makrofauna tanah yang berada di dalam tanah (aneksik dan endogeik) dapat dilakukan dengan metode sortir tangan (Hand Sorting Method) (Swift dan David, 2001).
Di kalangan fauna tanah makrofauna berpotensi terbesar mendayai langsung sifat-sifat fungsional tanah. Makhluk-makhluk ini menghaluskan dan mengagihkan ulang sisa organic dalam profil tanah yang meningkatkan luas permukaan dan ketersediaan substrat organic bagi kegiatan mikrobia. Golongan tertentu makrofauna tanah, terutama semut, rayap, dan cacing tanah dapat mengubah banyak struktur tanah yang pada gilirannya dapat mempengaruhi infiltrasi, daya antar hidrolik dan pelindian (Burges and Raw,1987).
Pengaruh makrofauna dalam proses pendauran hara tanah adalah memotong-motong sisa tumbuhan, merangsang kegiatan mikrobia. Dalam struktur tanah, makrofauna mencampurkan zarah organic dan jasad renik, menciptakan biopori, memajukan humifikasi, menghasilkan gentel tinja (Tan,1994).
Kelompok fauna tanah dapat dipindahkan lebih lanjut menurut ukuran badan menjadi mikrofauna (kira-kira <100µm), mesofauna (100µm -1cm), dan makrofauna (lebih dari 1cm ). Yang termasuk mikrofauna adalah protozoa, dan nematode, mesofauna adalah rayap, semut dan cacing tanah termasuk hewan infertebrata. Mereka berperan penting dalam tanah. Hampir semua mesofauna dapat menggenag dalam keadaan asam. Makrofauna lebih menyukai keadan lembab dan masam lemah sampai netral (Schroder, 1984)
Semut, rayap, laba-laba termasuk binatang berderajat agak tinggi. Kesemuanya dengan berperan membantu pelapukan danpenghancuran bahan organic di dalam tanah. Tetapi tidak sedikit pula yang merugikan pada pertumbuhan tanaman. Organisme-organisme yang berkependudukan di dalam tanah yang sanggup mengadakan perubahan-perubahan besar di dalam tanah, terutama dalam lapisan atas atau top soil di mana akar tanaman dapat dengan mudah diperoleh bahan makanam (Sutejo et al., 1991).
Jumlah dan macam makrofauna pada tanah alfisols ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, semakin tersedianya bahan organik maka populasi makro fauna juga semakin tinggi, karena bahan organik merupakan sumber makanan makrofauna dalam tanah sedangkan pada tanah alfisols kandungan BO-nya rendah maka makrofauna yang ditemui terbatas jumlah dan macamnya.
Makrofauna dalam tanah mempunyai peranan penting baik dalam memperbaiki sifat fisik tanah dan dekomposisi seresah dan biomassa. Karena makrofauna tanah seperti rayap dan semut biasanya membuat gundukan dan lubang dalam tanah (krotovinas) yang membantu dalam penggemburan tanah, memperbaiki aerasi dan kesarangan tanah dan sebagainya. Sehingga pada tanah alfisols ini kedua makroorganisme tersebut yaitu rayap dan semut labih banyak peranannya dalam perbaikan sifat fisik tanah selain cacing dimana cacing dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena cacing dapat memperbaiki aerasi dan draenasi tanah melalui gerakannya dalam tanah. Selain bahan organik populasi makrofauna juga dipengaruhi oleh jenis vegetasi diatasnya karena vegetasi mengeluarkan cairan atau eksudat melalui akar – akarnya yang memberikan sumber makanan dan mengkondisikan tanah sedemikian sehingga mendukung kehidupan makrofauna.
Makro fauna sangat penting bagi dunia pertanian untuk memperbaiki aerasi dan draenasi, serta meningkatkan kesburunan bagi tanah. makrofauna tanah juga digunkan sebagai indikator kesuburan tanah.......
Di kalangan fauna tanah makrofauna berpotensi terbesar mendayai langsung sifat-sifat fungsional tanah. Makhluk-makhluk ini menghaluskan dan mengagihkan ulang sisa organic dalam profil tanah yang meningkatkan luas permukaan dan ketersediaan substrat organic bagi kegiatan mikrobia. Golongan tertentu makrofauna tanah, terutama semut, rayap, dan cacing tanah dapat mengubah banyak struktur tanah yang pada gilirannya dapat mempengaruhi infiltrasi, daya antar hidrolik dan pelindian (Burges and Raw,1987).
Pengaruh makrofauna dalam proses pendauran hara tanah adalah memotong-motong sisa tumbuhan, merangsang kegiatan mikrobia. Dalam struktur tanah, makrofauna mencampurkan zarah organic dan jasad renik, menciptakan biopori, memajukan humifikasi, menghasilkan gentel tinja (Tan,1994).
Kelompok fauna tanah dapat dipindahkan lebih lanjut menurut ukuran badan menjadi mikrofauna (kira-kira <100µm), mesofauna (100µm -1cm), dan makrofauna (lebih dari 1cm ). Yang termasuk mikrofauna adalah protozoa, dan nematode, mesofauna adalah rayap, semut dan cacing tanah termasuk hewan infertebrata. Mereka berperan penting dalam tanah. Hampir semua mesofauna dapat menggenag dalam keadaan asam. Makrofauna lebih menyukai keadan lembab dan masam lemah sampai netral (Schroder, 1984)
Semut, rayap, laba-laba termasuk binatang berderajat agak tinggi. Kesemuanya dengan berperan membantu pelapukan danpenghancuran bahan organic di dalam tanah. Tetapi tidak sedikit pula yang merugikan pada pertumbuhan tanaman. Organisme-organisme yang berkependudukan di dalam tanah yang sanggup mengadakan perubahan-perubahan besar di dalam tanah, terutama dalam lapisan atas atau top soil di mana akar tanaman dapat dengan mudah diperoleh bahan makanam (Sutejo et al., 1991).
Jumlah dan macam makrofauna pada tanah alfisols ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, semakin tersedianya bahan organik maka populasi makro fauna juga semakin tinggi, karena bahan organik merupakan sumber makanan makrofauna dalam tanah sedangkan pada tanah alfisols kandungan BO-nya rendah maka makrofauna yang ditemui terbatas jumlah dan macamnya.
Makrofauna dalam tanah mempunyai peranan penting baik dalam memperbaiki sifat fisik tanah dan dekomposisi seresah dan biomassa. Karena makrofauna tanah seperti rayap dan semut biasanya membuat gundukan dan lubang dalam tanah (krotovinas) yang membantu dalam penggemburan tanah, memperbaiki aerasi dan kesarangan tanah dan sebagainya. Sehingga pada tanah alfisols ini kedua makroorganisme tersebut yaitu rayap dan semut labih banyak peranannya dalam perbaikan sifat fisik tanah selain cacing dimana cacing dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena cacing dapat memperbaiki aerasi dan draenasi tanah melalui gerakannya dalam tanah. Selain bahan organik populasi makrofauna juga dipengaruhi oleh jenis vegetasi diatasnya karena vegetasi mengeluarkan cairan atau eksudat melalui akar – akarnya yang memberikan sumber makanan dan mengkondisikan tanah sedemikian sehingga mendukung kehidupan makrofauna.
Makro fauna sangat penting bagi dunia pertanian untuk memperbaiki aerasi dan draenasi, serta meningkatkan kesburunan bagi tanah. makrofauna tanah juga digunkan sebagai indikator kesuburan tanah.......
Langganan:
Postingan (Atom)