Selamat datang di blok pertanian semoga bermanfaat buat petani...

Salam Pertanian
Petani Sejahtera Bangsa Berjaya

Rabu, 09 Februari 2011

Pelaksanaan Produksi Benih

PENDAHULUAN

Benih secara umum adalah istilah yang dipakai untuk bahan dasar pemeliharaan tanaman atau hewan. Istilah ini biasanya dipakai bila bahan dasar ini berukuran jauh lebih kecil daripada ukuran hasil akhirnya (dewasa). Dalam pertanian, benih dapat berupa biji maupun tumbuhan kecil hasil perbanyakan aseksual. Benih diperdagangkan tidak untuk dikonsumsi. Bidang perikanan juga memakai istilah ini untuk menyebut hewan yang masih muda yang siap dipelihara hingga dewasa.
Budidaya tanaman membutuhkan berbagai teknik untuk mengoptimalkan produksi. Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman dipelihara dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah) dipanen. Kegiatan produksi pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman. Pembibitan tanaman adalah suatu proses penyediaan bahan tanaman yang berasal dari benih tanaman (biji tanaman berkualitas baik dan siap untuk ditanam) atau bahan tanaman yang berasal dari organ vegetatif tanaman untuk menghasilkan bibit (bahan tanaman yang siap untuk ditanan di lapangan).
Pembenihan merupakan suatu proses yang penting untuk pengenmbangan pertanian. Dengan menggunakan beberapa teknik tanaman, hasil pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dari tanaman bisa diperoleh. Teknik tanaman yang akan dikembangkan meliputi berbagai teknik dari setiap aspek pembibitan dan produksi benih. Dalam teknik pembibitan dan produksi benih akan diterangkan landasan teori dan langkah kerja tentang teknik penyiapan bahan tanam berupa benih dan bibit tanaman, persiapan lahan dan penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian hama, penyakit dan gulma, pemeliharaan tanaman, perlakuan khusus pada tanaman, pembungaan dan pembuahan, pemanenan dan pascapanen.



Pelaksanaan Produksi Benih

Benih memiliki beberapa definisi, yaitu bahan tanaman untuk dikembangbiakkan, baik berupa bahan generatif maupun vegetatif (SK Menhut No. 57 Tahun 1990 tentang Benih Tanaman Hutan. Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang digunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha penanaman.
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Tidak hanya tanaman pangan saja melainkan pula tanaman perkebunan dan tanaman pakan ternak.
Tahapan perkembangan perbenihan yang telah dicapai pada saat ini berbeda antar kelompok tanaman. Secara umum, perbenihan tanaman pangan telah digarap paling dahulu dan paling maju dibandingkan dengan kelompok tanaman lainnya. Perbenihan tanaman perkebunan berada pada posisi kedua setelah tanaman pangan, sedangkan tanaman pakan dan tanaman hutan industri dan tanaman reboisasi berada pada tahap pengembangan berikutnya yang keduanya relatif sama tingkatannya.
A. Komponen dan Lingkup Kegiatan Produksi Benih
Teknik produksi benih sedikit berbeda dengan teknik produksi non-benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana aspek kemurnian genetik menentukan kelulusan dalam sertifikasinya. . Teknik budi daya ini secara internal dilaksanakan oleh penangkar benih dalam bentuk roguing dan secara eksternal dilaksanakan oleh BPSB dalam bentuk pengawasan di lapang.
Adapun teknik budi daya mulai dari pengolahan tanah hingga panen antara teknik budi daya produksi benih dan non benih secara relatif sama. Dalam kegiatan produksi benih terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan yaitu benih atau tanaman, lingkungan tumbuh atau lapang produksi dan pengelolaan atau budidaya.
Tanaman lazimnya mengalami dua tahap perkembangan yaitu vegetatif dan reproduktif. Tahap perkembangan vegetatif meliputi perkecambahan benih, pemunculan bibit, dan pertumbuhan bibit menjadi tanaman dewasa. Tahap perkembangan reproduktif meliputi pembentukan bunga, pembentukan benih, pemasakan benih dan pematangan benih. Siklus perkembangan yang lengkap pada akhirnya akan menghasilkan benih. Produk reproduktif itu disebut benih karena secara ekologis dimanfaatkan tanaman untuk melanjutkan keturunannya.
Lingkungan tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tanah atau substrat tempat tumbuh benih/tanaman, iklim atau cuaca dan makhluk biologis (hama, gulma, penyakit dan jasad bermanfaat). Tanah atau substrat tempat tumbuh merupakan komponen pemasok hara dan air yang diperlukan tanaman selain sebagai tempat hidup makhluk/komponen biologis. Komponen biologis yang dapat merugikan meliputi hama, penyakit dan gulma, sedangkan yang menguntungkan tanaman antara lain bakteri Rizhobium dan cendawan Mycorrhizae. Lingkungan tumbuh yang baik memungkinkan produksi benih yang baik pula.
Pengelolaan atau teknik budidaya tanaman untuk menghasilkan benih mencakup dua prinsip, yaitu prinsip genetik dan prinsip agronomis. Dalam prinsip genetik, teknik budidaya diarahkan untuk menghasilkan benih yang bermutu genetik tinggi, yakni benih yang sesuai dengan diskripsi varietasnya. Dalam prinsip agronomis, teknik budidaya tanaman diarahkan untuk menghasilkan benih yang bermutu fisiologis dan mutu fisik yang tinggi, selain hasilnya juga diharapkan tinggi. Pengelolaan atau teknik budidaya dimaksudkan untuk memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman.
Secara agronomis, pelaksanaan produksi benih mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Pemilihan dan Penyiapan Lahan Produksi
Untuk menghasilkan benih bermutu, tanaman harus diusahakan secara intensif pada lahan yang memenuhi persyaratan dan dikelola sesuai dengan keadaan agroklimat setempat. Lahan untuk tempat produksi benih bersertifikat harus dipilih dengan beberapa pertimbangan dan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Lahan yang subur dan ketersediaan air
Air dapat disediakan secara teknis melalui irigasi atau secara alami sebagai lahan tadah hujan. Air sangat dibutuhkan terutama pada saat tanaman memasuki masa pengisian biji (grain filling). Perlu diperhatikan pula bahwa memproduksi benih umumnya dilakukan di luar musim tanam (off-season) karena untuk memenuhi kebutuhan benih pada musim berikutnya.
b. Adaptasi tanaman/varietas terhadap lingkungan produksi
Setiap tumbuhan memiliki sebaran wilayah geografis yang berbeda-beda untuk memungkinkan mempertahankan hidupnya. Wilayah sebaran meliputi jenis tanah, iklim dan ketinggian dari permukaan laut. Ketinggian tempat tidak dapat dimanipulasi dan kesuburan tanah lebih udah dikendalikan daripada iklim. Iklim sangat sulit dikendalikan, tetapi dengan kemampuan akal manusia unsure-unsur iklim dapat diatur di dalam suatu lapang poduksi yang serba terkendali.
Produsen benih seharusnya memilih lapang produksi yang sesuai dengan tanaman yang akan diusahakan. Oleh karena itu, mutlak diperlukan pengetahuan yang memadai sehubungan dengan karakteristik dan perilaku tanaman di samping pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan hidup tanaman dan kondisi lapang produksi.
c. Sejarah pertanaman yang berkaitan dengan varietas atau spesies yang ditanam sebelumnya
Untuk menghindari percampuran varietas, sejarah lahan, yakni catatan urutan jenis dan varietas tanaman yang pernah ditanam, perlu diperhatikan. Secara umum, dalam satu lokasi lahan produksi benih tidak dapat ditanami dua varietas berbeda dari jenis tanaman yang sama secara berturut karena akan menimbulkan penyerbukan silang. Adanya tanaman voluntir juga merupakan kontaminan. Selain dari dalam lahan, percampuran dapat terjadi dari pertanaman sejenis yang berbeda varietas yang ada di sekitar lahan produksi. Cara menghindarinya dengan melakukan isolasi waktu atau isolasi jarak. Isolasi diterapkan apabila pada satu areal pertanaman terdapat kemungkinan terjadinya penyerbukan silang. Jika kemungkinan penyerbukan silang tidak terjadi maka isolasi tidak perlu dilakukan.
Dalam pelaksanaannya, isolasi sering sulit dilaksanakan karena sulit mencari lahan produksi benih yang betul-betul ideal dan mengatur keserempakan pola dan waktu tanam petani. Oleh karenanya, isolasi yang sering dilakukan yaitu menanam tanaman barier (tanaman penghalang) sehingga dapat menghemat waktu (tidak perlu isolasi waktu) dan dapat memanfaatkan ruang antara pertanaman. Adapun upaya untuk menghindari percampuran varietas dari dalam lahan produksi, dilakukan rouging (pencabutan tanaman voluntir/tindakan seleksi dengan membuang bibit atau tanaman yang mempunyai tipe simpang atau sakit).
d. Rotasi tanaman
Rotasi ini bertujuan untuk mengurangi hama penyakit, tanaman voluntir dan memanfaatkan tanaman yang masih tersisa atau yang ditinggalkan oleh tanaman sebelumnya.
e. Kemudahan akses untuk informasi dan transportasi yang kaitannya nanti dalam menunjang berbagai pemberian masukan ke lapang produksi dan pemasaran.
Lahan untuk produksi benih peru disiapkan demgan pengolahan tanah dengan tujuan untuk menggemburkan, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas organisme tanah, serta menciptakan aerasi yang baik. Selain itu, pengolahan tanah dapat juga bermanfaat dalam mengendalikan gulma dan membebaskan lahan dari sisa-sisa tanaman atau benih tanaman yang ada. Untuk itu, hendaknya cukup tersedia waktu antara saat pengolahan tanah dan waktu tanam sehingga benih gulma dan tanaman dari pertanaman sebelumnya tumbuh dan dapat dicabut.
Proses penyiapan polybag untuk pembibitan dimulai dengan menentukan komposisi media pembibitan. Pada umumnya komposisi media yang diharapkan adalah mempunyai kandungan hara makro dan mikro, mangandung bahan organik, aerasi baik dan dapat menyimpan air dengan efisien. Untuk media pembibitan para petani penangkar benih biasanya menyiapkan komposisi media tanah: kompos (1: 1).
Media tanah dan kompos yang telah disiapkan harus dicampur dengan merata agar kondisi media tanam seragam baik secara fisik, kimia dan biologis. Para petani pengangkar biasanya melakukan pencampuran sebagai berikut: karung tanah dicampur satu karung kompos lalu diaduk sampai rata, kegiatan ini dilakukan berulang-ulang sampai volume media tanam diperkirakan mencukupi untuk mengisi polybag.
Media tanam kemudian diisikan ke polybag. Para petani biasanya menyiapkan kotak kayu untuk memberdirikan polybag atau kaleng atau botol plastik. Polybag dibuka mulutnya dan setelah polybag berdiri pada tempatnya, maka media pembibitan disiramkan ke atas polybag terbuka sampai penuh, kemudian masing-masing polybag dirapikan dan disiram dengan air.
2. Penumbuhan tanaman
Penumbuhan tanaman adalah proses dimana benih mengalami perkembangan sampai siap dipanen dengan berbagai perlakukan. Perlakuan yang dilakukan untuk menumbuhkan tanaman yaitu dengan penanaman dan pemeliharaan tanaman. pada penanaman ini biasanya dilakukan persemaian atau pembibitan. Pada pembibitan kultivar hybrid (F1) biasanya benih disemai dalam barisan telah ditetapkan sebelumnya. Persemaian biasanya dilakukan dengan menbuat bedengan-bedengan, lokasi pembuatan bedengan sebaiknya di dekat lokasi penanaman agar mudah melakukan pemindahan (transplanting).
Beberapa alasan sehingga perlu dilakukan persemaian dan pembibitan terlebih dahulu sebelum ditanam ke lapang :
a. Kesulitan mempersiapkan bedengan semai secara langsung di lapang
b. Tanaman biasanya memerlukan naungan untuk menghindari sengatan matahari, angin dingin dan hujan badai
c. Memudahkan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman saat stadium bibit
d. Dapat lebih memperpanjang musim tanam
e. Reguing dapat dilakukan lebih awal
f. Untuk mendapatkan tanaman yang lebih seragam
g. Karena harga benih mahal
h. Dapat lebih menghemat waktu dan tenaga kerja pada fase awal produksi
Kebutuhan benih yang ditanam per hektar juga harus diperhatikan karena mampu menentukan kerapatan populasi tanaman. Kerapatan tanaman mempengaruhi intensitas cahaya dan kebutuhan air yang diperlukan tanaman. Kerugian dari persemaian tanaman dengan kerapatan tanaman yang rendah tidak mampu berkompetisi dengan gulma sehingga tanaman tidak bisa matang secara seragam.
Setelah benih matang maka dilakukan pemindahan atau transplanting yang terdiri dari dua kegiatan yaitu pencabutan dan penanaman kembali bibit di lapangan. Beberapa manfaat dilakukan transplanting adalah :
a. Bahan kimia untuk pengendalian hama dan penyakit dapat diberikan ketika bibit dalam fase pembibitan
b. Bibit tersebut dapat diseleksi lebih dulu sehingga seragam sebelum dipindahtanamkan
c. Pemeriksaan terhadap tanaman dapat dilakukan secara lebih intensif agar didapatkan bibit yang baik
Setelah dilakukan pencabutan maka dilakukan penanaman langsung di lapangan. Benih biasanya ditanam dalam barisan-barisan dengan dibenamkan pada dalam lubang tanam. Penanaman menggunakan lubang bermanfaat untuk mengurangi kebutuhan benih, tanaman yang tumbuh terdistribusi dengan merata, memungkinkan pengendalian gulma dengan penanaman sisipan, menyediakan jalur untuk rouging dan inspeksi tanaman. Jarak tanaman pada penanaman di lapang juga harus diperhatikan. Jarak terbaik tanaman tergantung pada kebiasaan tumbuh dan penyebaran lateral sistem perakaran. Selain itu, pengaturan jarak tanaman mampu menyesuaikan intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman.
Pemeliharaan tanaman sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam pemeliharaan tanaman adalah :
1. Penjarangan
Tujuan dari penjaringan sendiri yaitu untuk memproleh kerapatan dari tanaman itu sendiri supaya hasilnya lebih optimum per satuan luas.
2. Pendangiran
Pendangiran adalah kegiatan menggemburkan tanah yang bertujuan untuk menghindari pemadatan tanah di sekitar tanaman dan membersihkan lahan dari gulma. Sebaiknya pendangiran dilakukan seperlunya saja dan jangan terlalu dalam agar tujuan pembersihan gulma tercapai.
3. Pengendalian Gulma
Gulma adalah tanaman yang mampu mengganggu tanaman budidaya. Gulma merupakan pesaing tanaman dalam memperoleh air, cahaya dan unsure hara serta inang dari hama dan penyakit tertentu. Pertumbuhan gulma juga sngat tidak terkendali untuk itu gulma harus dikendalikan. Gulma dapat dikendalikan dengan berbagai cara aantara lain adalah drainase, penggenangan, rotasi tanaman, penggunaan pupuk, penyemaian, dan penggunaan herbisida.
Pada dasarnya gulma merupakan tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin unsur hara sampai tempat yang kaya unsur hara. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Banyak batasan pengertian tentang gulma, tetapi secara umum gulma dapat didefinisikan sebagai kelompok jenis tumbuhan yang hidupnya atau tumbuhnya tidak dikehendaki oleh manusia karena dianggap mengganggu dan bisa merugikan hasil tanaman yang dibudidayakan.

4. Irigasi
Irigasi atau pengairan dilakukan untuk menghindari kekurangan air pada tanaman. Kebutuan air pada tanaman yang baru dan lama ditanam berbeda. Tanaman baru biasanya memerlukan pengairan lebih sering daripada yang sudah mantap pertumbuhannya.
5. Pemupukan
Tanaman dalam fase perkembangan vegetative memerlukan hara mineral yang cukup, salah satu cara untuk mencukupi asupan hara bagi tanaman dengan pemupukan. Penggunaan pupuk hendaknya terbatas karena bila terlalu berlebih malah membuat produksi benih tidak maksimal.
6. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Salah satu faktor penghambat yang perlu dipertimbangkan selain benih yang baik adalah serangan hama dan penyakit. Untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit, sebelumnya harus mengenal dan memahami jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman tersebut. Biasanya serangan hama dan penyakit dalam pertanaman dipengaruhi sedikit banyak oleh iklim dan kehadiran mereka dalam tanah.
Metode pengendalian hama dan penyakit yang sama dipergunakan seperti pada petanaman untuk pangan dan pakan. Penguburan sisa-sisa tanaman dengan pembajakan dan rotasi tanaman bisa mengurangi resiko penyakit terbawa dari tanaman musim sebelumnya. Perawatan benih dan penyemprotan insektisida merupakan praktek yang lazim, tetapi tambahan insektisida khusus kadang-kadang perlu untuk tanaman benih. Resiko penggunaan insektisida terhadap serangga penyerbuk harus selalu diperhatikan.
7. Penegakan Lanjaran dan Para-Para
Lanjaran diperlukan oleh tanaman tertentu yang merambat ke atas seperti kacang panjang, mentimun, dan paria. Lanjaran harus kuat karena untuk menompang tanaman, panjang dan posisinya juga harus disesuaikan dengan masing-masing kebutuhan tanaman. Para-para juga diperlukan untuk spesies tertentu. Lanjaran dan para-para yang lebih kuat diperlukan jika tanaman menghasilkan bauh yang ukurannya besar, seperti labu air, labu siam, dan bligo.
8. Pemangkasan
Pemangkasan diperlukan untuk tanaman-tanaman tertentu guna menghasilkan tajuk yang tinggi. Tomat dan kangkung misalnya merupakan tanaman yang memerlukan pemangkasan. Dalam prduksi benih rumput-rumputan, pemangkasan sering dilakukan untuk keperlluan mengatur pembungaan dan juga mengatur produksi benih.
9. Membantu Penyerbukan
Penyerbukan kadang-kadang perlu dibantu, terutama untuk tanaman-tanaman yang membutuhkan bantuan serangga saat proses penyerbukannya. Praktek demikian merupakan hal-hal yang lumrah dilaksanakan khususnya pada Negara-negara maju, misalnya dengan memanfaatkan bantuan lebah yang diternak.
10. Perlindungan Tanaman dari Kontaminan Serbuk Sari Lain.
Kontaminasi serbuk sari selain berasal dari tanaman-tanaman yang ada di dalam kebun produksi juga bisa dapat berasal dari tanaman-tanaman yang berasal dari luar kebun produksi benih yang sedang kita tangani. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap sekeliling kebun, produksi benih, khususnya pada saat sebelum dan selama pembungaan. Dengan demikian diharapkan kontaminasi serbuk sari dari luar areal produksi benih bisa dikurangi.
3. Pemanenan Tanaman
Pemanenan harus dilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat agar daya simpan benihnya tinggi. Saat terbaik untuk melaksanakan panen bagi tanaman-tanaman yang ditanam untuk menghasilkan benih adalah pada saat tanaman menghasilkan benih bermutu tinggi dalam jumlah yang maksimum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tuingkat produksi benih dapat berasal dari lingkungan manapaun dari tanaman itu sendiri. Beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian agar produksi dapat lebih tinggi antara lain :
1. Tegakan tanaman yang tumbuh baik dan seragam
2. Proses pematangan tanaman berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu lama, tetapi juga tidak terlalu pendek
3. Tingkat kebersihan penyerbukan dan pembuahan yang tinggi sehingga dapat terbentuk rangkaian buah yang baik.
A. Penentuan Saat Panen
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan saat panen antara lain adalah jumlah dan mutu benih yang dihasilkan. Terkadang, terdapat petani yang melakukan penundaan saat panen benih dengan pertimbangan agar jumlah benih yang dihasilkan dapat lebih baik, mengingat pada fase masak fisiologis biasanya benih masih memiliki kadar air yang terlalu tinggi untuk dipanen. Namun, penundaan yang terlalu lama di lapangan juga dapat meningkatkan kehilangan benih dan menurunnya mutu benih yang terlalu ekstrim karena cuaca di lapangan yang sangat berfluktuasi antara hujan dengan cerah. Laju pengeringan batang, polong, benih atau rangkaian benih secara alamiah akan lebih dipercepat apabila keadaan lingkungan panas dan kering.
Pada awal proses pengeringan, benih masih menempel pada tanaman induknya, dan pengeringan dirangsang dengan cara alami, yakni dengan menggunakan sinar matahari dan angin. Pada proses selanjutnya, petani dapat menggunakan cara alami atau buatan, tergantung pada fasilitas yang dimiliki. Walaupun demikian, kehilangan kadar air harus dipandang sebagai suatu proses yang menentukan mutu akhir dari benih yang dihasilkan.
Jika benih dipanen sebelum fase pemasakan, maka ukuran benih belum cukup memadai dan benih akan menjadi keriput pada saat pengeringan. Selain itu, benih juga akan sulit untuk dipisahkan pada saat perontokan, sulit dikeingkan, tidak tahan simpan, dan dalam masa perkecambahannya akan memiliki vigor yang rendah.
Sedangkan jika benih dipanen setelah benih masak pada tanaman, maka sebagian benih akan hilang karena rontok, rebah, atau akan dimakan serangga maupun burung. Benih yang tetap pada tanaman akan terlalu kering dan mudah pecah, bahkan sangat mudah pecah selama perontokan, disamping akan mundur dalam kapasitas perkecambahan dan vigornya akibat deraan cuaca. Sebagai contoh, pada tanaman jenis polong-polongan akan menyerap air dalam jumlah yang banyak saat terjadi hujan lebat dan akan mempertahankannya untuk beberapa waktu.
B. Sistem Panen
Sistem panen dapat dilakukan dengan menggunakan dua tahap, yaitu tahap pemotongan dan tahap perontokan. Pemotongan merupakan suatu proses pemisahan antara bagian batang dan beberapa daun tanaman yang mengandung benih dengan bagian dasar tanaman. Sedangkan perontokan merupakan proses pemisahan benih dengan bagian tanaman yang telah dipotong sebelumya.
Pada beberapa spesies tanaman, benih dipanen dengan cara pemetikan menggunakan tangan. Praktek ini dilakukan pada pertanaman sayuran yang benihnya tidak matang sekaligus. Contohnya adalah pada tanaman kapas, kacang gude, wortel, dan beberapa kultivar Pennisetum.
Di samping pemetikan dengan tangan, terdapat dua sistem panen yang lazim, yaitu pemotongan dan perontokan sebagai dua operasi yang terpisah, dan kombinasi kedua operasi itu. Keunggulan dari kedua sistem itu tergantung pada tiga faktor, yaitu efektivitas pengeringan alami, kehilangan yang diakibatkan oleh rontok dan tingkat kerusakan mekanis benih. Kerusakan mekanis dapat disebabkan oleh kegagalan dalam pemasangan alat perontok, tetapi sifat dan besaran kerusakan dipengaruhi oleh kadar air benih. Jika benih terlalu basah, benih terhancur atau jaringan-jaringannya menjadi memar, jika terlalu kering benih mudah menjadi retak.

1. Pemotongan dan Perontokan
Pada umumnya, pemanenan dilakukan dengan cara memotong tanaman dan membiarkannya sampai kering di lapangan. Pemotongan ini dapat dilakukan secara alami dengan tenaga manusia, yaitu dengan menggunakan sabit atau pisau. Setelah benih cukup kering, kegiatan perontokan dapat segera dilaksanakan.
Dalam beberapa spesies tanaman, jaringan batang dan daun berangsur-angsur menguning, dan ketika benih matang jaringan ini mati atau hampir mati. Tanaman dipotong sebelum benih mulai rontok, dan diikat ke dalam berkas-berkas ikatan. Setelah dikeringkan secara alami, ikatan-ikatan terebut diangkut ke tempat perontotkan atau ditimbun sebelum waktu perontokan. Contoh tanaman yang biasanya menggunakan metode ini adalah jenis serealia berbenih kecil, rumput-rumputan yang tumbuh tegak, dan beberapa jenis kacang-kacangan.
Pada spesies tanaman lain, sementara benih menjadi matang, batang dan daun masih tetap hijau, dan massa bahan-bahan vegetatif harus dilayukan dengan mengeringkan di bawah cahaya matahari atau diangin-anginkan. Dalam tanaman-tanaman ini, tanaman yang telah dipotong dibiarkan tersebar dalam bentuk barisan-barisan (windrow), atau timbunan kecil, atau bahkan disusun pada rak-rak dalam keadaan basah. Jika cukup kering untuk perontokan, bahan diangkut ke mesin perontokan statis, atau diambil dari windrow dan dirontok dengan combine harvester. Ini merupakan metode yang lazim untuk tanaman-tanaman rerumputan dan banyak kacang-kacangan.
2. Pemanenan Langsung dengan Combine
Pemanenan dengan combine adalah memanen padi dengan merontokkan batang dan daun secara langsung. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Metode ini biasanya digunakan pada pemanenan serealia dalam skala besar. Dalam pemanenan system combine terdapat dua jenis alat yang digunakan, yaitu:
a. Head-feed type combine harvester
Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Combine jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi.
b. Standard type combine harvester
Mesin panen padi jenis ini adalah mesin yang dikembangkan di Amerika dan Eropa, yang dipergunakan juga untuk memanen gandum. Padi yang dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan. Gabah hasil perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas permukaan tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding type).
Dalam memanen dengan cara combine diharapkan tanaman dalam keadaan kering. Pengeringan pada tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama pengeringan tanaman secara manual dengan membiarkan tanaman mengering dengan sendirinya antara 3-10 hari. Kedua, pengeringan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan bahan kimia seperti:
1) Desikan
Bahan kimia ini dapat merusak membran sel dan menyebabkan kematian jaringan hijau.
2) Defolian
Bahan ini dapat menyebabkan penglepasan etilen dalam daun.
3) Sterilan tanah
Bahan tersebut dapat merusak akar dan menghentikan pengambilan air.
Dari kesemua bahan kimia tersebut Desikan adalah bahan paling efektif untuk digunakan namun harganya mahal dan berdampak negative berupa perubahan warna serta perkecambahan yang terjadi jelek.
Guna mendapatkan benih yang baik hendaknya penyemprotan pembungaan dilakukan tidak lama sebelum pemasakan dengan menggunakan resin plastik yang larut air. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah gugurnya benih secara fisik ketika matang sehingga pemanenan dapat dilakukan sampai beniih matang sepenuhnya. Adapun kekurangan pemanenan dengan metode ini adalah pemanenan hanya dapat dilakukan apabila benih dalam keadaan matang. Untuk mengatasi masalah tersebut telah ditemukan 2 metode baru, yaitu:
a. Pemanenan menggunakan mesin bergerak melalui pertanaman sambil memukul/ menggosok perbungaan untuk melepaskan benih yang matang dan menyisakan benih yang belum matang pada pohon/ tanaman.
b. Pemanenan menggunakan metode yang memungkinkan benih rontok ke atas tanah dan kemudian mengambilnya dengan mesin Sunction Harvester.
c. Pengaruh Panen Terhadap Daya Simpan Benih
Penyimpanan dilakukan untuk benih yg tidak langsung dipakai (karena kelebihan ataupun memang hrs disimpan dahulu sebelum ditanam). Untuk menghambat deteriorasi (kemunduran), harus disimpan dengan metode tertentu agar benih tidak mengalami kerusakan/penurunan mutu. Kondisi benih saat dipanen memiliki pengaruh yang sangat menentukan terhadap daya simpan.
Benih yang dipanen sebelum benih itu masak tidak dapat disimpan dalam waktu lama. Cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan penggantian benih basah dan kering sebelum dan selama benih dipanen. Misalnya benih kedelai yang masak dalam cuaca hangat memiliki kadar air antara 11% - 20%. Adapun pengaruh dari cuaca basah adalah meningkatkan jumlah dan berkembangbiakan spora cendawan yang terbawa ke dalam penyimpanan.tujuan utama dari penyimpanan benih adalah:
- Untuk mengawetkan cadangan makanan dari musim ke musim
- Memperthankan viabilitas benih
- Melindungi benih dari penyebab kemunduran viabilitas benih
- Penyimpanan benih bermakna ekonomis / saat pemasaran yang tepat
- Perkembangan teknologi genetika, penyimpanan jangka panjang
Beberapa penyebab hilangnya viabilitas selama penyimpanan adalah kerusakan mekanis yang terjadi ketika pemanenan ataupun pada pengolahan berikutnya. Contoh; pengupasan kacang tanah atau pemanenan jagung dengan mesin pipil. Semua ini dapat terjadi karena kesalahan dalam menyetelan mesin combine harvester/ perontokan. Pada jagung 70%benih rusak setelah pemipilan pada kadar air 8%. Pengaruh dari kerusakan adalah terdapatnya luka pada embrio sehingga cendawan mudah masuk selama proses penyimpanan. Kerentanan terhadap keusakan dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk benih serta sifat-sifat lain. Benih dengan bentuk bulat lebih penyimpanannya lebih tahan lama dari benih gepeng. Benih dengan ukuran besar (kacang-kacangan) dan benih beradikula menonjol (sorgum, kacang tanah dll) lebih mudah mengalami kerusakan, begitu pula dengan benih berminyak akan lebih rentan rusak dari pada benih lainnya.
Faktor terpenting dalam penyimpanan benih adalah kadar air benih ketika akan disimpan.Untuk mendapatkan kadar air benih yang sesuai setelah pemanenan dilakukan pengeringan. Apabila benih tidak dikeringkan dengan seragam, maka kadar air mungkin akan terlalu tinggi pada titik terisolasi di dalam peyimpanannya sehingga menyebabkan kemunduran benih yang kemudian merata pada seluruh benih di tempat penyimpanan. Selain itu daya simpan benih juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti:
1) Pengaruh Genetik
Variasi Antar spesies; berupa Benih umur panjang (Barley dan Oats) dan benih umur pendek (Selada, bawang, kacang tanah)
2) Pengaruh Kondisi Sebelum Panen
Erat kaitannya dengan kondisi lingkungan tumbuh/ lapangan selama perkembangan benih (suhu, intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, unsur hara, cekaman biotik/ abiotik). Tingkat kemasakan benih/ optimal (cadangan makanan, kesehatan, viabilitas benihnya). Kondisi benih waktu masih di lapangan, selama prosesing, cara dan tempat penyimpanan
3) Pengaruh iklim terhadap umur/ masa simpan benih
 Faktor lingkungan yang paling dominan pengaruhnya
 Cuaca berpengaruh terhadap kondisi fisik benihnya (pecah, luka dan kerapuhan bagian pelindung/ kulit benihnya).
 Pengaruh iklim terhadap proses perkembangan/ pemasakan benihnya
 Hujan sebelum panen dapat memacu perkecambahan
4. Penaganan Benih agar Siap Salur
Benih saat sudah siap salur harus disimpan agar tetap terjaga kelembabannya maupun proses perkecambahannya. Teknik penyimpanan benih siap salur harus dilakukan sesuai dengan sifat daya simpan benih yang diproduksi. Terdapat dua pengelompokkan benih menurut daya simpannya, yaitu: tipe ortodoks (memerlukan kadar air yang rendah untuk penyimpanannya) dan tipe rekalsitran (memerlukan kadar air yang tinggi untuk penyimpanannya).
Rumusan tentang pengaruh temperatur dan kadar air benih terhadap daya simpan benih yaitu sebagai berikut : (1). Jumlah angka kelembapan dalam % dan temperatur dalam F tidak boleh melampaui angka 100 untuk penyimpanan benih selama 3-10 tahun. Untuk penyimpanan benih <3 tahun, angka tersebut boleh sampai 120 dengan catatan tingkat kelembapan udara tidak melebihi 60 f. (2). Daya hidup benih menjadi setengahnya jika temperatur dinaikkan 5 c. Hal ini berlaku bila tempat penyimpanan dengan kelembapan 20-70% dan temperatur 0-50 C. (3). Daya hidup benih menjadi setengahnya jika kadar air benih ditingkatkan 1% untuk kisaran benih berkadar air 5-14%.
Gas yang berpengaruh terhadap aya simpan benih di penyimpanan ntara lain oksigen (O2), karbon ioksida (CO2), dan nitrogen (N2). emakin tinggi kadar O2 di ruang penyimpanan, daya hidup benih akan semakin turun. Meningkatnya kadar CO2 dapat meningkatkan daya simpan benih bawang merah. Nitrogen dapat mempercepat kemunduran benih bawang merah dan sawi (Nurwardani, 2008).
Cara penyimpanan benih ada dua sistem yaitu penyimpanan terbuka dan penyimpanan terkendali. Sistem penyimpanan terbuka berarti tidak ada perlakuan terhadap kondisi lingkungan ruang penyimpanan. Daya simpan benih tergantung pada kondisi daerah penyimpanan. Di daerah dengan iklim yang lembap dan temperatur tinggi, daya simpan benih akan cepat menurun. Di daerah dengan iklim kering dan dingin, benih bisa tahan lama disimpan. Pada sistem penyimpanan ini, biasanya benih dikemas dengan wadah yang tidak kedap, seperti kain blacu, karung goni, kertas semen, dan bahan porus lain. Sistem penyimpanan ini hanya cocok untuk benih yang disimpan dalam jangka pendek (<3 bulan). Pada sistem penyimpanan benih terkendali, lingkungan ruang penyimpanan dikontrol atau dikendalikan sedemikian rupa sehingga daya hidup benih dapat dipertahankan sesuai dengan keinginan (lama yang diinginkan).
B. Klasifikasi dan Sistem Produksi Benih
Benih sumber atau benih yang akan digunakan untuk memproduksi benih haruslah bermutu tinggi dan jelas asal-usulnya. Syarat mutu bagi benih bersertifikat antara lain murni (sesuai dengan sifat-sifat induknya), sehat (bebas dari hama maupun penyakit), bersih (bebas dari kotoran maupun campuran varietas lain), dan memiliki daya tumbuh yang tinggi. Benih sumber yang digunakan dalam produksi benih harus berasal dari kelas yang lebih tinggi seperti dalam sistem alur perbanyakan mono generation flow atau poly generation flow.
Berdasarkan fungsi dan cara produksi, benih terdiri atas benih inti (nucleous seed), benih sumber, dan benih sebar. Benih inti adalah benih awal yang penyediaannya berdasarkan proses pemuliaan dan/ atau perakitan suatu varietas tanaman oleh pemulia pada lembaga penyelenggara pemuliaan (Balai Penelitian Komoditas). Benih inti merupakan benih yang digunakan untuk perbanyakan atau menghasilkan benih penjenis (Breeder Seed/BS).
Benih sumber terdiri atas tiga kelas, yaitu benih penjenis (BS/ Breeder Seed), benih dasar (BD/ Foundation Seed/FS), dan benih pokok (BP/ Stock Seed/SS). Benih penjenis merupakan perbanyakan dari benih inti yang selanjutnya akan digunakan untuk perbanyakan benih kelas-kelas selanjutnya, yaitu benih dasar dan benih pokok.
Uraian dari masing-masing kelas benih adalah sebagai berikut:
1. Benih Penjenis (Breeder Seed/BS)
Benih penjenis adalah benih sumber yang diproduksi dan dikendalikan langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan atau diberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut. Saat ini benih penjenis dikelola oleh UPBS di Balai Penelitian Komoditas, misal untuk kedelai di Balitkabi. Dalam sertifikasi, benih penjenis dicirikan oleh label berwarna putih (rencana menjadi warna kuning) yang ditandatangani oleh pemulia dan Kepala Institusi penyelenggara pemuliaan tersebut. Benih penjenis digunakan sebagai benih sumber untuk produksi atau perbanyakan benih dasar (FS/BD).
2. Benih Dasar (BD/ Foundation Seed/FS)
Benih dasar adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsen benih (BBI, BPTP, perusahaan benih BUMN/swasta yang profesional) dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu). Benih dasar merupakan benih sumber untuk perbanyakan/produksi benih pokok. Karena benih dasar merupakan turunan pertama (F1) dari benih penjenis. Benih ini diproduksi dan diawasi secara ketat oleh pemulia tanaman sehingga kemurnian varietasnya dapat dipertahankan. Benih dasar ini diberi label sertifikasi berwarna putih.
3. Benih Pokok (BP/ Stock Seed/SS)
Benih pokok merupakan F1 dari benih dasar atau F2 dari benih penjenis. Benih pokok adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsen penangkar benih di daerah dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu) dan diberi label sertifikasi berwarna ungu.
4. Benih Sebar (BR/ Extension Seed/ES)
Benih sebar (BR/ Extension Seed/ES) disebut benih komersial karena merupakan benih turunan dari benih pokok, yang ditanam oleh petani untuk tujuan konsumsi. Benih pokok dan benih sebar umumnya diperbanyak oleh Balai Benih atau penangkar benih dengan mendapatkan bimbingan, pengawasan dan sertifikasi dari BPSB. Benih sebar diberi label sertifikasi berwarna biru. Untuk benih palawija, selain benih sebar berlabel biru juga terdapat benih sebar berlabel hijau yang merupakan keturunan dari benih sebar berlabel biru.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih bermutu yang terus meningkat, sementara jumlah benih bermutu yang beredar belum sesuai dengan yang dibutuhkan maka dimungkinkan untuk diproduksi benih berlabel merah jambu (LMJ). Pengadaan benih LMJ tidak melalui proses sertifikasi, tetapi tetap memenuhi standar laboratorium untuk pelabelan.
Selain dengan pengkelasan benih, upaya pemenuhan kebutuhan benih bersertifikat juga dilakukan dengan strategi alur perbanyakan benih yang terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Perbanyakan Tunggal
Benih dengan indeks penangkaran tinggi menggunakan pola alur perbanyakan tunggal, seperti padi dan jagung. Pada sistem alur perbanyakan benih alur tunggal, tiap kelas benih diperbanyak untuk menghasilkan kelas benih di bawahnya sehingga F3 dari benih penjenis adalah kelas benih sebar
b. Perbanyakan Ganda
Adapun benih yang memiliki indeks penangkaran rendah dapat menggunakan pola alur perbanyakan ganda seperti pada kedelai. Pada sistem alur perbanyakan ganda, setiap kelas benih dapat diperbanyak untuk menghasilkan kelas benih yang sama dengan maksimal generasi diperbanyak 4 kali. Dengan demikian, F3 dari kelas benih penjenis bukan benih sebar, melainkan benis penjenis ke-3 yang dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan kelas benih penjenis ke- 4 atau kelas benih dasar.
c. Perbanyakan Transisi
Ada juga sistem alur perbanyakan transisi dalam perbanyakan benih kacang-kacangan. Pada sistem alur perbanyakan ini, benih diperbanyak secara alur generasi tunggal sampai dengan kelas benih pokok dan selanjutnya benih diperbanyak secara alur ganda untuk menghasilkan kelas benih sebar. Hal ini pun diterapkan dengan pertimbangan kebutuhan benih di lapang sehingga tidak perlu benih F4.



PENUTUP


Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Tidak hanya tanaman pangan saja melainkan pula tanaman perkebunan dan tanaman pakan ternak.
Pembenihan merupakan suatu proses yang penting untuk pengenmbangan pertanian. Dengan menggunakan beberapa teknik tanaman, hasil pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dari tanaman bisa diperoleh. Teknik tanaman yang akan dikembangkan meliputi berbagai teknik dari setiap aspek pembibitan dan produksi benih. Benih juga menjadi salah satu faktor produksi penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Sebab, benih sebagai titik awal penentuan kualitas dan kuantitas produksi. Ketersediaan benih bermutu secara cepat dan tepat serta memadai salah satu persyaratan dalam usaha peningkatan produktivitas panen. Sayangnya, meski mengklaim sebagai negara agraris, Indonesia masih kalah ketimbang negara tetangga seperti India, Thailand, dan Malaysia.



















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pasca Panen Padi. http:// diperta-ntb/Juklak/pasca_panen_padi.htm. Diakses pada tanggal 7 September 2010.
Mugnisjah, W. Q dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Nurwadani, P. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 2 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Rukmana, R. dan S. Saputra, 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta.
Saepudin. 2009. Pemanenan dengan mesin combine dan reaper. http://saepudin-keinginanuntukmaju.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 September 2010.
Sipayung .1990. Virus (Entomopatogen), Sarana Pengendalian Biologis Hama Daun Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Marihat : Pematang Siantar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang membuat petani untuk menggunkan pestisida untuk mengendalikan hama.